Septa!

7.1K 320 15
                                    

"Oke anak-anak, sekarang waktunya kita istirahat! Biar nanti besok kita bisa puas main di pantainya!" Wali kelas Septa menyeru di tengah rumah penginapan yang sudah disewa mereka semua. Rumah itu tepat berada di pinggir Pantai Selatan. Septa yang kembali menginjakkan kaki di daerah sana setelah apa yang terjadi sempat gugup, kalau-kalau ia akan bertemu dengan salah satu anggota keraton. Tapi... Setelah turun dari bus dan segera menyembunyikan diri ke dalam penginapan, Septa yang mengintip ke jendela tidak menemukan ada yang aneh di pantai. Pasir putih itu ramai diinjak, tapi bukan oleh orang-orang berpakaian adat seperti sebelumnya. Yang ada di Pantai Selatan hanyalah turis biasa seperti dirinya dan juga teman-teman sekelasnya.

Aneh. Apa rencana si Lulu ini!?

"Iya Bu!" Sahut mereka semua saling tatap lalu menaikkan alias, tampak memberikan kode satu sama lain yang hanya dimengerti murid-murid. Liburan seperti ini lalu langsung tidur padahal baru jam 8 malam? Remaja-remaja itu tentu cekikikan dan menyusun rencana untuk memanfaatkan momen liburan sekelas yang jarang datang ini sampai ke titik penghabisan. Meskipun Septa terpinggirkan dari bagian kelas, dirinya yang seumuran itu tentu tahu apa rencana teman-teman kelasnya itu. Septa juga tahu kalau ia tidak akan bisa menghentikan niat teman-teman sekelasnya yang ingin pergi menyelinap keluar malam-malam lalu bermain di pantai.

Pertama, mereka semua sudah memantapkan niat, dan yang kedua, dirinya yang tidak akrab dengan semuanya tidak mungkin membujuk mereka semua. Seandainya saja Kaia yang ada di sini! Gumam Septa mengepalkan tangan erat.

Setelah makan malam, dan hari semakin larut, Septa mulai mendengar suara langkah kaki mengendap-endap. Dia yang sejak tadi tidak tidur dan hanya memejamkan mata segera membuka mata. "Ssssstttttttt..." Beberapa dari mereka mendesis sambil sedikit cekikikan. Wali kelas mereka yang tampaknya kelelahan selama perjalanan sudah langsung tepar, tidur nyenyak di kamar. "Hihihi!" Remaja-remaja itu pun berjalan keluar sambil cekikikan.

Sial! Septa lalu tidak punya pilihan lain, ikut keluar mengawasi mereka. "Eh!? Septa!? Tumben ikut? Haha!" Septa tidak menjawab. Cowok itu ikut di belakang, mengikuti teman-teman sekelasnya yang sekarang berjalan ke tepi pantai. Pemandangan pantai malam hari itu gelap. Laut dan langit menjadi hitam, menyembunyikan apa yang ada. Tapi... Malam ini, entah kenapa, Septa merasa ada sesuatu yang aneh.

Angin yang berhembus membuat bulu kuduknya merinding. Tapi, bukan cuma itu. Septa yang melihat bahu Lulu naik turun menahan tawa membuat kengerian yang menjalar dari ujung kaki ke ujung kepala. Ia tahu ada yang salah dengan pantai selatan malam ini. Dan, Septa juga tahu kalau apa pun rencana Lulu, sekarang telah dimulai.

*****

"Kamu ingin keris itu? Kehehe..." Giginya yang telah jarang-jarang tak sempurna tampak tersenyum terkekeh, diiringi dengan tatapan mata yang jelalatan menatap Kaia dari bawah ke atas, "Ayo kita bermain dulu."
"Kuh!" Kaia mengepalkan tangan. Gadis itu tahu apa kemauan mesuk Kakek di depannya. Lalu, Kaia yang hendak melangkah maju dihalangi tangan Mbah Kasmirah, "Tolong Ki..." Ucap Mbah Kasmirah sambil mengintip ke arah Kaia, "Berikah gadis ini kesempatan. Kekusaan Ratu sudah cukup lama berlangsung, dan sudah saatnya kita hentikan!"

"Hmh!" Ki Sapta mendengus dan justru makin cengenegsan mendengar ucapan Mbah Kasmirah, "Kamu memintaku mengkhianati Ratu? Kamu lupa kalau aku pengabdi tertinggi di sini!?" Mata Ki Sapta kemudian terbelalak. Dalam sekejap, matanya yang tadi sedikit kuning langsung memerah darah, melototi Mbah Kasmirah. Bwush... Kaia yang tidak mendapati sorot mata mengerikan itu saja rasanya mau pingsan gemetaran, apalagi Mbah Kasmirah yang sekarang terkencing saking ketakutannya. Kakek Sanjaya juga sama gemetarnya dengan Kaia, sedangkan Ibu Lulu kebingungan, tak tahu apa yang terjadi karena pintu dihalangi Kaia dan Mbah Kasmirah yang berdiri berdampingan.

Panggilan Ratu Laut SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang