Kesurupan Masal (2)

9.6K 382 13
                                    

"Te- Terus sekarang apa!?" Seru Kaia kepada Septa. Mereka berdua yang mengunci diri di UKS itu mengintip dari jendela terhadap kondisi sekolah mereka yang ada di luar. Para guru berhamburan panik menuju ke lapangan, dan para murid-murid bertengger berkumpul di muka kelas masing-masing, menonton kejadian yang ada di lapangan. Seluruh kegiatan mengajar langsung terhenti. Semua guru yang sebenarnya kebingungan itu berusaha menenangkan kumpulan anak-anak yang mengamuk dan meraung kesurupan. Hssss!!!! Ada yang mendesis seperti ular. Ada juga yang mengaum serta merangkak seperti harimau. Terlihat, banyak anak-anak yang tadinya jam olahraga sedang mengamuk dan bertarung melawan sesama anak yang kesurupan.

"Kamu lihat itu? Beberapa yang kesurupan itu ada yang kemasukan dari penjaga sekolah dan pasukan Ratu! Mereka saling bertempur karena tidak suka pasukan Ratu datang sembarangan!" Mata Septa selain menatap para siswa yang kesurupan di lapangan, juga tampak jelalatan melihat langit, dan ke arah yang dalam mata biasa tak akan terlihat apa-apa. Cowok itu melihat sesuatu yang lain. Sebuah perkelahian sedang terjadi di alam sebelah, dan Kaia yang sudah menutup mata batin itu beruntung tidak melihat makhluk-makhluk mengerikan itu saling bertengkar. Gulp... Kaia menelan ludah. Melihat ekspresi Septa saja sudah membuatnya sangat bersyukur karena tidak ikut-ikutan melihat.
"Te- Terus sekarang bagaimana?" Sekali lagi pertanyaan itu muncul dari bibir Kaia yang tidak tahu apa-apa. Septapun berbalik dari jendela dan menatap Kaia lurus di mata gadis cantik itu.
"Enggak ada." Septa menggeleng.

"H- Huh!?" Kaia tercekat bingung. "Apa maksudmu enggak ada?"
"Ratu itu mengincarmu. Kamu lihat sendirikan karena tidak bisa gangguin kamu yang mata batinnya sudah tertutup, dia sampai merasuki Lulu? Kalau kamu mau selamat, kamu mesti sembunyi di sini." Septa melipat tangan dan memastikan semua pintu serta jendela sudah tertutup rapat, dan juga memastikan kalau mereka hanya berdua di sana. Karena Ratu sudah memasuki Lulu, otomatis dia sudah terikat akan aturan dunia tiga dimensi, sehingga dia tetap harus membawa tubuh Lulu untuk masuk melalui pintu atau jendela. Tetapi... Septa menekan dagunya. Kalau Ratu memutuskan untuk pergi dari tubuh Lulu dan mengincar mereka di UKS, Septa tak bisa memikirkan cara lain selain lari ke rumah dan minta tolong Kakek Sanjaya.

"Lulu!?" Kaia terbelalak ketika ia ingat akan kondisi sahabatnya yang ia tinggal di dalam kelas tadi. Kelas mereka masih tertutup rapat. Tak ada tanda-tanda sosok Lulu dan teman-teman Kaia yang kesurupan itu keluar dari sana dan ikut bergabung ke perkelahian di lapangan. "Terus Lulu bagaimana!?" Kaia berbalik menatap Septa dengan wajah pucat khawatir.
"Itu..." Septa memalingkan wajah. "Kita tak punya pilihan lain. Aku tidak tahu berapa lama Ratu merasukinya." Wajah cowok itu terlihat tak ada harapan, memandang lantai dengan tatapan sayu.
"A- Apa yang terjadi kalau Lulu dibiarkan kesurupan begitu?" Kaia mendatangi Septa, berdiri tepat di hadapannya.
"Aku tidak tahu. Kesurupan dalam waktu yang lama bisa meruksa mental, dan yang jelas, tubuh Lulu ada dalam kuasa Ratu, dan entah Ratu mau melakukan apa.... " Kaiapun terdiam menggigit bibir. Gadis itu menunduk dan menelan ludah. Kepalan tangannya mengepal erat mengumpulkan tekad dan keberanian. Ini salahku! Aku seharusnya tidak membawa Lulu ikut masalah ini! Kalau sampai terjadi sesuatu ke Lulu... Aku... Aku.... Kaia teringat senyum Sang Sahabat, dan seketika itu juga gadis itu menemukan keberanian untuk balik badan.

Krek!!! Kaia membuka kunci pintu UKS. "Hei! Mau ke mana kamu!? Kamu sedang diincar setan-setan! Keluar dari sini bahaya!" Septa menyeru mau menyusul Kaia, Tap!!! Tangan gadis itu ditangkap Septa.
"Aku enggak bisa meninggalkan sahabatku di sana dan dirasuki Ratu!" Kaia menggeleng, dan akibat emosinya yang meledak, matanya sedikit berair.
"Itu bisa jadi jebakan biar kamu kembali lagi ke dalam kelas!"
"Aku enggak peduli!" Kaia menggeleng-geleng cepat dan sedikit air matanta terbang di udara.
Ngh! Rahang Septa beradu, "Kalau kamu mau pergi ke sana, pergi sendiri! Aku enggak mau ikutan ngebahayain nyawaku!" Genggaman tangan Septa makin erat. Maksud hati, Septa berniat menggertak Kaia agar gadis itu mengurungkan niatnya. Tapi....

Panggilan Ratu Laut SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang