0.2 SUDDEN

13K 1K 116
                                    

Kesalahan dalam cerita terjadi karena ketidaksengajaan.

Selamat membaca

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dear Diary...

Sudah seminggu lamanya aku terbaring lemah, dan aku tak tau kapan aku bisa kembali melangkah. Jujur, aku merasa jenuh karena tak bisa pergi ke manapun termasuk ke sekolah.

Tuhan...

Tolong beri aku kesehatan, aku begitu merindukan teman-teman. Teman-teman hebat yang selalu menjadi penyemangat di saat aku merasa sekarat.

Cho Nam Hee. 2020.

⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯

Setelah menuliskan kembali curahan hatinya, Nam Hee menutup buku Diary itu, dan menyimpannya lagi ke laci nakas yang ada di samping brankarnya. Setelah itu, Nam Hee memandang langit ruang rawat yang berwarna putih bersih.

Ini adalah hari ke 7 Nam Hee berada di rumah sakit untuk menjalani perawatan intensif.

Jujur, dia bosan karena akhir-akhir ini dia sering sekali kambuh, dan dia hampir putus asa saat mengalami kejang waktu itu di sekolah. Rasanya, Tuhan seperti akan mengambil nyawanya saat itu juga.

Tapi, Tuhan begitu baik hati. Tuhan masih mengizinkan Nam Hee untuk tinggal lebih lama lagi di dunia-Nya. Nam Hee sangat bersyukur, dan dia berjanji akan menjadi orang yang lebih baik lagi. Dia akan sering berdoa pada Tuhan agar dia bisa mendapat kesembuhan.

"Nam Hee-ya, waktunya pemeriksaan."

Nam Hee menoleh ke arah dokter laki-laki tampan yang berjalan ke arahnya bersama dengan seorang perawat.

Nam Hee menoleh ke arah dokter laki-laki tampan yang berjalan ke arahnya bersama dengan seorang perawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kim Seok Jin. Dokter tampan yang sudah 1 tahun menanganinya, jadi tak heran jika keluarga Nam Hee begitu akrab dengan dokter Seok Jin ini.

Nam Hee juga merasa senang karena dokter yang menanganinya dikala sakit adalah Seok Jin. Jujur, selain tampan dan berkarisma, dokter Seok Jin adalah orang yang humoris dan selalu menghiburnya saat dia sedang sedih dengan satu cara ampuhnya yaitu menyanyi. Suara dokter Seok Jin benar-benar merdu, membuat Nam Hee sempat berpikir kenapa dokter Seok Jin tidak debut menjadi seorang penyanyi saja?

"Tekanan darahmu normal, kau tidak merasakan sakit apapun?" Tanya dokter Seok Jin.

Nam Hee menggeleng.

"Kalau begitu, jangan lupa makan obatnya nanti, ya?"

"Dokter, tunggu sebentar." Nam Hee memegang lengan dokter Seok Jin yang hendak pergi.

"Kenapa?" Tanya dokter Seok Jin dengan lembut

"Kapan aku bisa bersekolah?"

"Kau akan bersekolah jika keadaanmu membaik."

"Tapi aku ingin sekolah besok."

Dokter Seok Jin tersenyum. Kemudian tangannya menggenggam tangan Nam Hee yang tadi digunakan untuk menahannya pergi.

"Nam Hee-ya, tunggu sebentar lagi, ya? Dokter janji, dokter akan memperbolehkan mu sekolah lagi, tapi setelah kondisi badanmu benar-benar sehat."

Nam Hee menatap mata indah dokter Seok Jin. Lalu, Nam Hee mengangguk. "Aku harap tidak lama," katanya.

"Tidak akan lama jika kau teratur makan obatnya."

Ceklek

"Ayah? Ibu?"

Kedua orangtua Nam Hee masuk ke dalam ruangan. Mereka berdua tersenyum hangat pada putrinya.

"Bagaimana keadaannya, Dokter?" Tanya ayah.

"Sudah membaik, Tuan. Sepertinya Nam Hee sudah tidak sabar untuk pergi ke sekolah. Saya akan usahakan bahwa minggu depan Nam Hee bisa pulang," jawab dokter Seok Jin.

"Baik, Dokter. Terima kasih."

Dokter Seok Jin tersenyum. Kemudian dia pamit untuk pergi ke luar dari ruangan Nam Hee.

"Nam Hee-ya," panggil ibu.

"Iya, Bu?"

"Ibu sudah memutuskan bahwa kau akan bertunangan secepatnya."

Nam Hee membulatkan mata. "Apa? Tunangan?"

Ibu mengangguk. "Kau mau, 'kan?"

"Ini terlalu mendadak, aku akan memikirkannya dulu, ya?"

"Ah, baiklah kalau begitu. Sekarang kau istirahat lagi, ya. Ibu dan ayah akan pulang dulu, kasihan adikmu di rumah sendiri."

Nam Hee mengangguk sambil tersenyum. Setelah itu ibu dan ayahnya bergantian mencium kening Nam Hee.

Setelah kedua orangtuanya meninggalkan ruangan, Nam Hee langsung berpikir. Apa dia harus menuruti apa yang diucapkan ibunya tadi?

Bertunangan saat masih sekolah?

[✓] HOME: sincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang