3.9 PLANNING

1.4K 328 335
                                    

Brak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak

Soobin masuk ke kamarnya dan membanting pintu. Napasnya memburu, dia melempar tas yang digendongnya ke sembarang arah. Dia benar-benar marah dan tidak percaya bahwa Arin menjebaknya. Arin tega sekali membiarkannya meminum soju.

Soobin merogoh ponsel di saku celana. Tangannya bergerak cepat mencari nomor Arin yang waktu itu pernah menghubungi. Namun, sialnya Soobin sama sekali tidak menemukan nomor tersebut di daftar riwayat panggilan. Sepertinya Arin sudah menghapus tanpa seizin darinya.

"ARGHHH!!!"

BRAG

Soobin melempar ponselnya ke arah dinding hingga membuat benda pipih itu rusak dalam sekali hantaman.

"Sialan!!!!"

Soobin mengambil bantal dan melemparnya ke sembarang tempat. Setelah melempar bantal-bantal, dia melempar selimut dan mengacak tempat tidurnya. Lalu, dia berjalan menuju meja belajar dan langsung membanting semua benda yang ada tadinya tersusun rapi.

Soobin melampiaskan marahnya pada benda-benda yang ada di kamar. Demi apa pun, dia sangat ingin menghajar Arin.

Setelah mengacak-acak kamarnya hingga menjadi berantakan, Soobin berjalan menuju cermin. Dia menatap pantulan dirinya sendiri. Dan...

PRANG

Tangannya yang sudah terkepal kuat langsung dihantamkan ke arah cermin hingga pecah berkeping-keping. Jangan lupakan tangan Soobin yang langsung berdarah setelah melakukan itu.

"AAAARRRGGGGHHH. Sialan!!!!!"

Di luar sana, tanpa sepengetahuan Soobin, ibunya menguping di depan pintu kamar. Air mata wanita paruh baya itu tidak bisa ditahan lagi. Dia merasa kasian pada putranya dan merasa tidak percaya jika yang telah menjebak putranya itu adalah Choi Arin.

◍◍◍

"Ah, aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Kau tidak kenapa-kenapa, kan? Kenapa juga tidak bangun, eoh?" Tanya Jiso dengan nada sedih.

"Dokter Seokjin bilang aku terlalu kelelahan. Saat ibu membangunkan, aku tidak merasakan apa pun," jawab Nam Hee.

"Begitukah? Lain kali kau tidak boleh terlalu kelelahan. Kau itu harus tahu batasan, ya." Hyeri memperingati.

Nam Hee mengangguk setuju. Hingga tiba-tiba saja ada orang yang masuk ke dalam ruangan.

"Choi Yeonjun, kau kemari juga?" Tanya Jaemin setelah melihat kedatangan Yeonjun. Lelaki itu masuk ke dalam dengan sebuah buket bunga di tangannya.

"Iya, aku ingin menjenguk temanku. Kalian masih di sini? Aku kira sudah pulang," balas Yeonjun dengan ramah. Lelaki itu berjalan menghampiri, lalu menyerahkan bunga ke pangkuan Nam Hee.

"Terima kasih," kata Nam Hee sambil menerima bunga itu.

Yeonjun tersenyum dan mengangguk. "Sama-sama, bagaimana keadaanmu?" Tanyanya kemudian.

[✓] HOME: sincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang