0.7 COME

3.4K 617 45
                                    

Keep voment.

Keep voment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kakinya berhenti di satu titik. Senyum Nam Hee terus mengembang sejak dia turun dari mobil ayahnya. Saat ini kedua matanya sedang melihat sebuah bangunan besar yang sangat dirindukan olehnya. Sekolah.

Sudah 1 minggu lamanya, dia tidak pergi ke tempat ini. Walaupun niat belajarnya tidak terlalu tinggi, tapi di tempat ini dia bisa bersenang-senang dengan teman-temannya.

"Cho Nam Hee."

Nam Hee menoleh ke belakang. Senyum yang semula tercetak jelas diwajahnya langsung menghilang ketika tau siapa yang baru memanggilnya.

Min Na Eun —teman sekelasnya— berjalan menghampiri dengan tatapan yang selalu ditunjukkan pada Nam Hee. "Hey, kau sudah sembuh? Sayang sekali, padahal aku senang jika kau tidak berada di kelas," ucapnya yang membuat Nam Hee menatap Na Eun dengan nanar.

"Kenapa kau selalu seperti ini padaku?" Tanya Nam Hee.

"Kau ingin tau?" Tanya Na Eun. "Karena aku tidak menyukaimu. Mungkin kau sudah tau itu sejak kita bersekolah di sekolah menengah," lanjut Na Eun kemudian.

Nam Hee menelan ludahnya. Na Eun tersenyum miring padanya dan pergi berlalu. Nam Hee terus terpaku padanya hingga memperhatikan kepergian Na Eun. "Kapan dia bisa berteman denganku? Apa kesalahanku sehingga dia tidak menyukaiku?"

"Eoh! Cho Nam Hee!!!"

Nam Hee kembali menoleh ke belakang. Kali ini, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas menampilkan senyum lebar. Teman-temannya memanggil.

"Ahhhhhhh, Nam Hee-ya. Aku merindukanmu," ucap Kang Hyeri yang langsung berhambur memeluk Nam Hee bersama dengan Ahn Jiso. Yang bisa dilakukan Nam Hee hanyalah membalas karena jujur dia juga merindukan teman-temannya, sangat-sangat merindukan mereka.

Hyeri dan Jiso melepas pelukan. "Maafkan kami karena jarang berkunjung ke rumah sakit. Kau tau, kan, kami sibuk belajar dan les?" Jelas Hyeri dengan sendu.

Nam Hee tersenyum. "Tidak apa-apa."

"Kau sudah sehat, 'kan? Jika merasakan sesuatu tolong beritahu kami, ya?" Pinta Jiso.

Nam Hee mengangguk. Kemudian dari satu arah, seseorang berlari mendekat. "Cho Nam Hee? Ini benar-benar dirimu?"

Nam Hee mengalihkan atensinya. Dilihatnya Na Jaemin —temannya sekaligus pacar Jiso— sudah berdiri di sebelah Jiso. "Tentu saja," balas Nam Hee.

"Kau sudah benar-benar sehat? Kenapa bersekolah sekarang? Sebaiknya jika belum sehat kau istirahat saja dulu di rumah," jelas Na Jaemin.

"Aku ingin bersekolah, aku merindukan kalian semua," balas Nam Hee lagi.

"Uhhh, Nam Hee-ya." Hyeri kembali memeluk Nam Hee, dan di susul oleh Jiso. Ketika Jaemin hendak ikut berpelukan juga, satu tangan Jiso langsung menjauhkan tubuhnya sebagai tanda bahwa dia tidak boleh ikut memeluk.

"Ish, menyebalkan."

◍◍◍

"Akhirnya kau kembali sekolah, Nam Hee-ya. Kasihan sekali Jaemin duduk sendirian selama seminggu," ucap Hyeri. Nam Hee hanya terkekeh.

"Kenapa kau tidak duduk saja bersama dengan Jaemin, Jiso-ya? Bukankah kalian berpacaran?" Tanya Nam Hee.

"Tidak. Mau. Aku ingin duduk bersama Hyeri. Jika aku duduk dengannya, yang ada dia akan terus menggangguku," jawab Jiso sambil terus fokus pada ponselnya.

"Dasar pacar menyebalkan," tutur Jaemin. "Itu, sedang apa coba?" Tanyanya karena Jiso terus fokus pada layar ponsel.

"Melihat jodoh," balas Jiso.

"Apa? Siapa? Aku, kan jodohmu."

Jiso menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan sebuah foto dari salah satu artis K-POP kesukaannya.

"Hey, jelas-jelas aku lebih tampan darinya!" Protes Jaemin.

"Benarkah? Perasaanmu saja," balas Jiso.

Nam Hee dan Hyeri terkekeh melihat perdebatan kecil yang selalu terjadi di antara pasangan ini. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka. Nam Hee ataupun Hyeri sama sekali tidak terganggu karena mereka pikir perdebatan Jaemin dan Jiso adalah tontonan yang menarik.

"Nam Hee-ya," panggil Hyeri.

"Iya?"

"Kemarin aku membeli pewarna bibir. Warnanya sangat cantik sekali. Aku juga membelikannya untukmu karena kau sangat menyukai warna itu," jelas Hyeri.

"Benarkah?"

Hyeri mengangguk. Setelah itu dia membuka tasnya dan mengambil satu pewarna bibir yang masih berada di dalam kemasan. "Ini." Hyeri memberikannya pada Nam Hee.

"Waaa, bagus sekali. Benar-benar untukku?" Tanya Nam Hee. Hyeri mengangguk. "Boleh ku coba pakai?"

"Tentu saja."

Nam Hee merasa sangat senang, lantas dia segera membuka kemasannya dan langsung bisa memegang pewarna bibir yang begitu cantik. Kemudian Nam Hee segera mengoleskannya pada bibir. "Bagaimana?" Tanya Nam Hee meminta pendapat. Apakah bibirnya terlihat bagus atau tidak.

Jiso dan Hyeri mengacungkan kedua jempolnya tanda bahwa pewarna bibir itu sangat cocok dengan Nam Hee. Nam Hee pun tersenyum senang dan mereka terkekeh kecuali Jaemin.

"Dasar perempuan."

◍◍◍

Suara langkah kaki langsung membuat murid di kelas 3-2 langsung tergesa-gesa duduk rapi di bangku masing-masing. "Selamat pagi. Hari ini sebelum pelajaran dimulai, saya ingin mengenalkan seseorang pada kalian," ucap guru wanita bermarga Kim itu. "Silakan masuk," pinta guru Kim pada orang yang ada di luar kelas. Kemudian semua mata langsung tertuju ke pintu dan seorang lelaki masuk ke dalam kelas.

Lelaki itu berdiri di depan kelas dengan senyum simpul.

"Kenapa masih ada transfer student? Ini sudah tingkat akhir, 'kan?" Itu adalah salah satu bisikan yang terdengar sama-sama di telinga lelaki yang menjadi transfer student.

"Silakan perkenalkan dirimu dulu," pinta guru Kim.

"Iya. Annyeonghaseyo." Lelaki itu membungkuk satu detik untuk menyapa. "Perkenalkan, namaku Choi Soobin. Mohon bantuan kalian semua agar aku bisa beradaptasi. Semoga kita bisa berteman baik."











⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯

⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] HOME: sincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang