Padahal masih awal hari, tapi pikiranku sudah lelah. Kejadian semalam hingga pagi ini benar-benar membuat otakku kerja ekstra. Sampai di depan kantor pun, cerita Hiro belum usai. Jadilah dia minta bertemu siang ini. Aku berharap tidak ada yang aneh-aneh di kantor sekarang.
Saat menginjakkan kaki di ruangan, aku cukup terkejut melihat Mbak Tata berada di kursiku dan komputerku hidup. Aku sengaja berjalan perlahan dari arah samping. Dengan hati-hati kudekati dia yang sedang membuka surel. Cewek Subur itu masih berusaha masuk ke email-ku, meski dia sudah mencoba berbagai kombinasi huruf dan angka.
Lo pikir gampang mau bobol password email gue? Meski cuman urusan pekerjaan, gue nggak pernah seroboh itu, cibirku dalam diam.
"Ngapain lo di meja gue? Mau ngacak-ngacak, ya!" cecarku dengan sengaja.
Ada jeda sebentar sebelum Mbak Tata bereaksi. "Ngagetin aja, lo!" katanya. Dia tampak gugup, seperti orang yang ketahuan mau berbuat sesuatu. "Komputer gue eror, lagi dibenerin IT."
Aku berusaha merespons senormal mungkin. Aku nggak mau dia merasa gimana-gimana. "Ya udah. Pake aja! Gue bisa buka email dari hape." Mbak Tata memandangku dari kepala hingga ke kaki. Aku jadi ikutan memperhatikan tubuhku. "Napa, sih?"
"Ada yang beda sama lo," jawabnya cepat, "tapi apanya itu yang gue bingung. Auranya beda aja."
"Aura Kasih? Cakepan gue kali," sahutku asal. Bibirnya Mbak Tata mengerucut, tapi tatapannya masih menyelidik. "Geseran, dong! Gue mau ambil berkas di laci."
Begitu aku membungkuk, Mbak Tata berteriak, "ITU DIA!" Suaranya itu kayak nusuk gendang telinga langsung. Kupingku jadi berdenging. “Cieeee, pake bros. Ada apa, nih?"
Kupasang senyum paling manis, lalu mengisyaratkan dia untuk mendekat. Muka penasarannya nggak bisa disembunyikan lagi. Begitu dia menyodorkan telinganya, "KEPO!" jeritku, dan Mbak Tata memekik. "Budek, kan? Sama!"
Aku bukan tipe orang yang mau menerima perlakuan tidak mengenakkan dari siapa pun. Nggak ada istilah nggak apa-apa atau biarin aja, yang diiringi alasan untuk membenarkan tindakan itu. Kadang, pembiaran kayak gitu malah bikin pelakunya nggak sadar. Aku nggak peduli orang mau berpendapat apa tentangku. Toh, aku nggak bergantung sama mereka.
Mbak Tata masih merajuk karena peristiwa tadi. Dan dia nggak jadi meminjam komputerku. Aku langsung menjalankan rutinitas pagiku seperti biasa. Mengecek email, memeriksa pekerjaan yang tertunda kemarin, dan mengatur rencana untuk hari ini. Setelah acara Pak Yudhi selesai, aku akan melepaskan posisi marketing sepenuhnya. Karena itulah, aku harus menyelesaikan semua laporan.
Kalau data klien biasa, dalam sekejap juga bisa kuselesaikan. Masalahnya, aku harus mengakali data klien-klien yang luar biasa. Sepertinya aku harus minta bantuan Andres untuk hal ini. Dia kan punya banyak tentakel, ng ... anak buah.
Ada untungnya Mbak Tata masih ngambek. Saat jam makan siang, dia sudah ngeluyur pergi. Bagus sih! Jadi aku nggak perlu memberi alasan kenapa nggak maksi bareng. Tepat jam dua belas, Hiro menelepon dan mengatakan sudah ada di depan kantor. Aku curiga dia nggak ke mana-mana sejak tadi.
Begitu masuk mobil Hiro, aroma makanan langsung menguar. "Lo mau piknik? Gila makanan segitu banyak buat apaan?" tanyaku saat melihat jok belakang.
"Gue nggak tau lo mau makan apa? Jadi gue beli aja, apa yang terlintas dipikiran,” sahutnya enteng. Kenapa hari ini banyak orang stres, ya? "Kita ngobrol dan makan sambil jalan. Jam satu pas, gue drop lo lagi, oke?"
Hiro mengambilkan kantong berwarna coklat dengan logo M. Dia menyodorkan sebuah burger. Saat Hiro sedang melumuri makanannya dengan saus, ponselnya di atas dasbor berbunyi. Wajah perempuan yang tampak di layar, membuatku sedikit terkesiap. Hiro memasang earphone nirkabel dan langsung mengobrol.
Untung ada banyak makanan. Setidaknya aku nggak kayak kambing congek di sini.
=================================
Kok aku jadi curiga sama si Tata, ya? Kamu juga, nggak?
.
Kita
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiara's Little Secret [COMPLETED]
ChickLitDemi mendapatkan sebuah petunjuk tentang jati dirinya, Chiara harus menyelesaikan sebuah misi. Tidak boleh ada kata gagal dalam melaksanakannya. Dalam menjalankan misinya, Chiara harus menjadi bayangan. Dia boleh terlihat, tapi tak boleh tertangkap...