"Pintu belakang aman," ucapku.
“Ruang tengah aman," sahut Marlon.
Aku masuk melalui pintu belakang, sekaligus untuk memantau situasi dan kondisi. Tak berselang lama, aku sudah bergabung dengan Marlon. Pintu yang menuju bungker sudah terbuka. Aku cukup terkejut karena di dalam sini masih tetap rapi. Padahal kata Hiro ada tiga orang yang berjaga. Dengan gerakan kepalanya, Marlon mengajakku turun. "Jangan pakai pistol di bawah sana," katanya saat kusiagakan benda itu.
Aku nggak bisa protes karena tahu itu percuma. Marlon memimpin jalan dan aku menjejak langkahnya. Saat berada di depan pintu lift, Marlon memberi tanda ke Hiro dengan berbisik. Tiba-tiba aliran listrik di sekitar kami padam. Aku tersandung sesuatu. Tubuh orang. Pantas aku tak melihat penjaga yang disebut Hiro ada di sini. Semua sudah dibereskan dia. Bahuku melorot. "Gue dua dan dia lima."
Tunggu! Bagaimana bisa turun kalau liftnya mati?
Terdengar suara erangan yang tertahan. Marlon sedang membuka pintu lift dengan tangan kosong. Begitu ada celah, dia menjadikan salah satu kakinya sebagai poros, sementara satunya menjejak di penyangga pintu. Celah terbuka semakin lebar. Marlon menyelipkan tubuhnya di antara pintu. Dia terus mendorong menggunakan punggung dan kakinya, hingga pintu itu membuka. Lubang besar menganga di depan sana. Kotak lift berada di dasar.
“Saya akan turun lebih dulu, kamu ikuti setelahnya. Tubuh Marlon perlahan menghilang. Lenyap seperti ditelan kegelapan. Kucondongkan tubuh ke tempat Marlon berdiri tadi, ada sebuah tangga besi yang menjulur ke bawah. Kuikuti semua tindakan Marlon, dan turun perlahan.
"Apa ... menurutmu, Don masih hidup?" tanyaku ragu. Marlon membisu. "Menurutmu, apa yang membuat Luna melakukan semua ini?" Marlon masih bungkam. "Menurutmu, apa benar orang yang bernama Bara itu papanya Luna? Kenapa dia rela ngumpanin anaknya?" Walau Marlon terus bergeming, aku tetap melontarkan berbagai pertanyaan. Sampai persoalan paling receh pun tak luput kutanyakan, seperti : berapa berat badanmu sekarang sampai boleh nggak ngelamar pekerjaan di resor milikmu? Pertanyaan terakhir itu mengundang tawa kencang dari Hiro dan Andres.
"Mendingan lo jawab pertanyaannya Chiara, Lon! Daripada dia terus tanya yang nggak-nggak. Gue sama Andres udah nahan mules dari tadi di sini," cerocos Hiro.
"Berisik!" protes Marlon. "Kalian taukan, Chiara itu cuman butuh pengalih perhatian. Sama gilanya kalau ditanggapi," imbuhnya. Sebentar lagi kami sampai di bungker. "Bersiap untuk memungkinan terburuk. Drone-mu sudah siap?"
“Aye-aye, Captain!" seru Andres.
Hiro mengikik lebih kencang sampai telingaku berdenging. Dia tertawa. "Kita kayak Sponge Bob," ujarnya, lalu tertawa lagi. Tak lama Hiro mengaduh dan diam. Mungkin Andres menjitak kepalanya.
"Kita beri kejutan sama penyusup di dalam sana," ucap Hiro. "Bersiap!"
Detik berikutnya listrik menyala. Dengungan mesin begitu kencang di sini. Aku merasakan tempat ini bergetar. Mungkin efek dari listrik yang baru mengalir. Dengan isyarat tangan, Marlon memintaku tenang.Terdengar decitan pelan dari balik pintu. Marlon menyiagakan senjatanya, begitu pun aku. Pintu mulai terbuka dua penjaga keluar bersamaan. Aku dan Marlon berbagi sasaran. Dua berhasil dilumpuhkan.
"Kamu! Periksa ke atas!" perintah seseorang yang suaranya familier belakangan ini. Mr B alias Bara.
"Ada penyusup!" pekik penjaga yang baru keluar dan melihat temannya terkapar.
Marlon membekap mulutnya, kemudian memuntir kepalanya. Mendengar gemeletuk tulang lehernya saja, langsung membuat leherku nyeri.
Suara tawa jemawa menggema. "Cepat juga kalian sampai di sini. Jangan malu-malu, saya memang sudah menunggu dari tadi." Aku dan Marlon, mengintip dan membaca situasi. Sebuah anak panah melesat membelah udara. Luna. Tawa itu terdengar lagi. "Itu hanya ungkapan selamat datang dari kami." Aku terkesiap ketika mendengar suara benda dibanting. "CEPAT!" hardiknya, "atau kalian akan kehilangan momen penting dalam sejarah keluarga kalian."
=================================
Duh,sampe lupa. Berapa part lagi ini yaaaa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiara's Little Secret [COMPLETED]
Literatura FemininaDemi mendapatkan sebuah petunjuk tentang jati dirinya, Chiara harus menyelesaikan sebuah misi. Tidak boleh ada kata gagal dalam melaksanakannya. Dalam menjalankan misinya, Chiara harus menjadi bayangan. Dia boleh terlihat, tapi tak boleh tertangkap...