(45)

484 62 5
                                    

Satu selesai, tinggal tunggu hasil. Kukabari Marlon dan mengajaknya bertemu. Komunikasi kami pernah lebih absurd dari ini. Kadang aku berkhayal bisa melakukan telepati dengannya. Jika bukan karena latihan dan pengalaman di lapangan, aku benar-benar menyangka bisa membaca pikirannya.

Cukup lama aku berputar-putar di jalanan sebelum pulang.
Malam semakin larut saat aku sampai rumah. Luna langsung menarik tanganku menuju halaman belakang. Bukan hanya nggak membiarkanku mandi atau beristirahat, bahkan kakiku saja belum melewati pintu utama. Dia sempat mengomel karena ponselku tak bisa dihubungi.

Luna menyodorkan sebuah amplop cokelat. Di dalamnya ada duplikat berkas di meja kerja Don. "Gue lihat foto yang sama, yang Tata ambil dari lemari kaca Kusumo.”

"Waktu gue tinggal 24 jam lagi, Lun," lirihku. "Gimana caranya lo bisa masuk ke ruang kerja, Don? Lo udah sering masuk ke sana?" tanyaku penasaran. "Ajarin gue dong! Gue bisa masuk, kalau memang Don manggil. Intinya butuh undangan buat masuk." Aku berdecak kagum dengan cara apa pun yang dipakai Luna.

Luna memintaku untuk memeriksa berkas itu bersamanya malam ini juga. Dia pun terus mengingatkan sisa waktu yang kupunya. Kemarin malam aku hanya tidur dua jam, dan sekarang tubuhku lelah. Aku terus menguap saat Luna mengajak berdiskusi.

"Gue nggak sanggup. Gue harus tidur. Kepala gue bisa pecah kalau dijejali banyak informasi sekaligus." Aku menguap lagi. "Ini gue bawa. Nanti gue baca pagi-pagi. Gue yakin dengan otak yang fresh, bisa lebih baik mencerna informasi. Lagian, apa sih yang bakalan terjadi dalam lima jam ke depan?"

Kutinggalkan Luna yang bergeming di tempatnya. Otot-otot di tubuhku terasa kaku. Aku melakukan peregangan sebentar. Memutar pinggang ke kiri dan ke kanan. Beberapa kali terdengar suara gemeletuk. "Ah! Enak banget."

Jam dinding menunjukkan pukul tiga pagi saat aku selesai memeriksa berkas dari Luna. Kucatat beberapa hal dan membandingkannya dengan data lain. Luna benar. Omongan Kuwat tidak boleh dipercaya sepenuhnya, tapi dia juga tidak berbohong tentang beberapa hal. Don dan Kusumo, memang sudah saling kenal sejak lama. Vila yang disewa Kusumo adalah salah satu aset milik Don.

Melihat semua pertalian ini, aku jadi menaruh curiga dengan Pak Dasim. Pak Yudhi adalah klien lamanya, sementara Don adalah rekanan bisnisnya. Aku nggak akan terkejut, jika ternyata Pak Dasim merupakan salah satu dari kami.

*

Mbak Tata mengajakku untuk menginap di vila. Dia bilang ada sedikit masalah di sana. Aku yakin itu ulah Mr B. Aku sudah berada di mobil ketika Hiro mengirimiku pesan. Sesaat aku ragu, namun kupilih untuk menemui Hiro lebih dulu. Kuminta Mbak Tata untuk berangkat lebih dulu. ada sorot aneh dalam tatapannya.

“Serius, Mbak! Nanti gue nyusul ke sana. Sekarang ada urusan penting pake banget." Kuucapkan semua itu sambil menatap lurus ke matanya.

Kusunggingkan senyum dan anggukkan pelan kepala. Dia menangkap maksudku, lalu berangkat dengan sopir travel.

Aku sedang dalam perjalanan menuju kantor Pak Yudhi saat Mr B menelepon. Dia menanyakan keberadaanku dan kalung pemberiannya. Benda itu nggak ada di leherku. Mr B sempat mengancam akan membatalkan perjanjiannya denganku, jika aku macam-macam.

Dia takut dan panik. Kepanikan itu musuh besar bagi logika. Satu rencanaku berhasil.

Begitu tiba di kantor Pak Yudhi, karyawan yang waktu itu yang mengantarku. Awalnya dia sempat bingung, ketika kubilang ada janji temu dengan bosnya. Wajar sih! Pak Yudhi ada jadwal meeting di luar kantor hari ini sejak pagi.

"Saya akan telepon Pak Yudhi di depan, Mbak. Oh iya, Mbak siapa namanya?" kataku sambil mengeluarkan ponsel. Dia terlihat kikuk, dan melarangku menelepon. Dia langsung menyilakanku menunggu. Tadinya aku mau basa-basi menanyakan Liza, tapi dia langsung memberitahukan sebelum aku bertanya. Katanya bahwa Liza sedang cuti dua pekan.

Begitu aku sendirian di ruangan Pak Yudhi, lemari kayu yang jangkung bergerak. Kepala Liza menyembul dari celah sempit di antara lemari dan dinding. Dia menginstruksikanku untuk masuk ke sana.

=================================

15 parts left. Bentar lagi tamat nih. Endingnya gimana yaaaa???

Chiara's Little Secret [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang