(22)

503 69 10
                                    

Sudah dua pekan berlalu, dan Mr B belum menghubungiku lagi. Selama itu juga aku tak bertemu Don, baik saat sarapan atau makan malam. Pernah aku mengerjakan laporan di ruang tengah hingga pagi, sengaja menunggunya pulang, tapi masih juga tak bertemu. Belakangan ini, Don dan Mr B itu jadi sangat misterius.

Aku dan teman-teman pun masih belum mendapatkan misi lagi, baik sendirian maupun berkelompok. Mungkin Don sudah memperhitungkan masa-masa seperti ini, jadi dia membiarkan kami bekerja layaknya orang biasa di luar sana. Konon katanya, seseorang yang terlatih sekalipun jika dia tak mengasah kemampuannya, maka semua itu akan musnah. Makanya, aku dan teman-teman tak pernah mengendurkan latihan kami setiap hari.

Hari-hariku jadi membosankan dan hidupku terasa hambar. Latihan-kerja-pulang-main game-tidur, begitu saja terus setengah bulan ini. Pak Dasim pun berulah, dia akan menyetujui cutiku setelah urusan Pak Yudhi beres. Masalahnya, bukan beres di atas kertas, tapi benar-benar selesai acaranya. Bukan soal berapa lamanya, tapi aku harus meminimalisir bertemu dengan Pak Yudhi.

Ah, aku pun belum sempat mengobrol lagi dengan Hiro. Hidup tanpa misi, malah menjauhkanku dengan keluarga yang lain. Bagaimana kabarnya dia dan Liza, ya?

Marlon baru kembali. Seperti biasa, dia hanya bilang, "Hai," lalu melipir ke kamarnya. Aku sering bingung sama sikapnya. Kadang terlihat perhatian, kadang cuek kebangetan. Kalau sedang begini, aku tuh kayak dianggap arca sama dia. Tapi, kalau Andres menggodaku, dia kayak cowok super posesif. Laki-laki yang aneh.

Eh, kata Luna Marlon waktu nanyain aku. Apa kutanyain ya?

Please deh, Chiara. Kejadian itu sudah seabad yang lalu, dan lo baru mau nanyain sekarang? Kemarin ke mana aja?

Suara resek di kepala berhasil menghentikan niatku.

*

"AAARRGH!! Gue bisa stres kalau begini terus," jeritku frustasi sambil mengacak rambut. "Main game simulator sudah nggak asyik, keseringan menang." Kualihkan pandangan ke kolam dan ada desir aneh di dadaku. "Coba ah!"

Tanpa berganti pakaian, aku berlari dan langsung melompat ke kolam. Dinginnya air yang membungkus tubuhku, menimbulkan sensasi yang harus kuakui kurindukan. Aku sengaja berlama-lama dalam dekapan air untuk merasakan aliran darah yang bergolak.

Kenyamanan saat berada di dalam air tak bisa kurasakan lebih lama, karena ada seseorang atau sesuatu yang tercebut ke kolam. Riak air yang begitu tiba-tiba membuat rasa panikku mencuat. Kutendang air dan terus mengayuh untuk ke permukaan. Napasku sudah sampai tenggorokan, saat tubuhku ditarik dengan cepat.

Kuhela napas dalam untuk mengganti udara di paru-paru, begitu kepalaku menyembul. Aku terbatuk-batuk ketika berusaha bernapas dengan normal. Seseorang menyampiri handuk dan menepuk pundakku.

“Kamu nggak apa-apa?" tanyanya terdengar panik. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang, di saat aku berusaha untuk bersin, dia malah menarik tubuhku merapat ke tubuhnya, lalu menggosok-gosok punggungku.

Otakku kaku dalam posisi begini. Aku mendorongnya dengan sekuat tenaga hingga ada jarak di antara kami. Dia mau melayangkan protes, tapi keburu kuangkat sebelah tangan untuk menghentikannya dari apa pun itu, lalu ... HAATCIIH!! Sisa air yang bersarang di saluran napasku akhirnya keluar. Aku membersit lendir dari hidung, sebelum melihat lagi ke orang tadi. Jantungku seakan copot dari tempatnya begitu menyadari orang yang ada di depanku. Marlon.

Dia berdeham sebelum akhirnya mengulang tanya yang sama. Antara malu, gengsi, dan entahlah apa namanya, aku malah marah-marah sama dia. Marlon terkesiap mendengar ocehanku. "Kalau mau bertindak bodoh, bilang-bilang dulu! Biar nggak ada yang khawatir," katanya. Sekarang gantian, aku yang melongo mendengar omongannya.

Setelah melontarkan mercon, Marlon melipir begitu saja, dan itu membuatku kesal. kulemparkan handuk yang diberikannya, "Gue nggak butuh dikhawatirin sama elo!" jeritku. Handuk itu tepat mengenai punggungnya, lalu tergeletak begitu saja. Dia berhenti, menelengkan kepala, kemudian berjalan lagi tanpa bilang apa-apa. Dadaku nyeri.

=================================

Makin lama, makin deket tengah malem buat update cerita. Wakakakakak. Sumpah! Ini bukannya disengaja, tapi terpaksa.

Syudahlah. Yang penting apdet kaaaan.

Cie..cie.. ada yang kesel karen adegan gagal romantis.

See yaa, Gengs.

Chiara's Little Secret [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang