(48)

472 60 5
                                    

Kupantau semua lokasi vila dari ponselku. Situasi aman terkendali. Drone itu dilengkapi fitur inframerah, yang bisa mendeteksi suhu dan merekam pergerakkan makhluk hidup.

"Hei!" sapa Mbak Tata, yang membuatku cukup kaget. "Gue cariin dari tadi. Kata anak-anak lo ada di sini, jadi gue samperin." Mbak Tata tidak melanjutkan omongannya. Dia terus berjalan menuju dermaga, tempat aku duduk saat ini. "Kayaknya ada barang lo yang ketinggalan tadi di mobil kantor. Gue mau balikin dari tadi, tapi karena banyak kerjaan jadi lupa." Mbak Tata menyodorkan kalung 'pelacak'ku. Bersamaan dengan itu, dia juga memberikan secarik kertas. "Mendingan kita tidur, Chi. Besok pasti jadi hari yang melelahkan buat kita."
Aku mengangguk, mengiakan ajakannya. Ya, dia benar. Besok akan jadi hari yang melelahkan untukku.

*

Pagi-pagi buta aku sudah berlari beberapa putaran di pelataran parkir. Tubuhku harus dalam kondisi prima. Aku tak peduli hari esok. Yang kutahu, aku hidup, dan berjuang untuk hidup hari ini.

Jam tujuh pagi, semua kru sudah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Seiring putaran jarum jam, aku merasa gelisah. Sialnya aku nggak bisa mengetahui penyebabnya. Jam delapan, Luna bilang akan datang terlambat, tapi dia tak menyebutkan alasannya. Marlon pun memberitahu bahwa dia akan terlambat dari jadwal yang seharusnya. Dia bilang Hiro sedang ada masalah. Katanya Johan berhasil menemukan keberadaan Liza.
Rasanya aliran darahku membeku saat itu juga. Kakiku jadi tak bertenaga, bahkan semua otot-ototku jadi lemas.
Aku berharap mereka baik-baik saja.

"Saya sudah minta Andres untuk meluncur ke vila. Andres setuju. Dia akan segera datang saat urusannya selesai. Kamu jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja. Saya janji akan langsung ke sana, begitu Hiro dan Liza aman.”

Jam sembilan, rombongan mobil yang membawa peserta gathering sudah tiba. Mereka berkumpul di ruang tengah. Sebuah meja panjang dilapisi kain sutera putih, yang dipenuhi minuman dan makanan selamat datang, langsung di serbu peserta.

Aku terkikik melihat kelakuan orang-orang ini. Ternyata, mafia sekelas Kusumo dan antek-anteknya, masih suka menggerumuti makanan. Padahal, mereka bisa dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkan dalam satu jentikan.

Acara bebas sampai jam makan siang. Setelah itu, jadwal akan padat. Mr B mengirimiku pesan. Dia bilang agar aku bersiap-siap untuk menerima kejutan. Aku langsung melontarkan pertanyaan, tapi dia malah memutus sambungan.

Salah seorang pengawal Pak Yudhi menyampaikan pesan, agar aku menemuinya di pendopo belakang. Katanya ada yang mau dikenalkan padaku. Aku mengekor di belakang orang tadi. Ada seorang laki-laki yang sedang berbincang dengan Pak Yudhi. Aku tak bisa mengenalinya karena dia memunggungiku.

"Bapak panggil saya? Siapa yang dikenalkan ke saya?" tanyaku ramah. Pak Yudhi memintaku mengambil tempat duduk di dekat tamunya. Aku sempat merasakan mataku sedikit membesar, saat tahu siapa yang datang. Don.

Wajah Don terlihat datar tanpa ekspresi. Dia seperti tak melihatku. Setelah Pak Yudhi berdeham, Don menelengkan kepala, mengangguk pelan, lalu menarik bibirnya sedikit.

Jadi benar Don dan Pak Yudhi saling kenal. Apa Pak Yudhi tahu tentang siapa aku yang sebenarnya? Makanya dia bisa tahu di mana Liza bersembunyi, dan menyuruh Johan, cucunya, untuk menghabisi Hiro. Dan yang terpenting, kenapa Don ada di sini?Apa dia menyesal sudah menolongku dari kecelakaan waktu itu, dan sekarang dia ingin menghabisiku?

=================================

Kalo ngumpul semua begitu, yang ikutan gathering bukannya Kusumo, tapi Chiara dan keluarganya. Ckckckckck.

Luna sama Andrea mau dateng. Marlon nyusul.

Hiro juga kemungkinan dateng. Eh dateng apa kaga ya? Emang masih hidup dia, secara dikejar Johan.

Hmmm... Tungguin aja deh ya.

See yaaaa, Gengs.

Chiara's Little Secret [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang