(13)

818 82 8
                                    

Sudah tiga hari sejak kuterima paket berisi foto lamaku, tapi belum ada kabar dari lelaki misterius itu. Selama itu pula aku masih belum bisa berkomunikasi dengan Don. Setiap kuhubungi, ada saja alasannya untuk menolak bertemu atau bicara denganku. Parahnya lagi, seakan-akan semua berkomplot dengannya, hingga tidak ada seorang pun yang mau berbagi informasi padaku.

Hari berjalan lebih lambat, setidaknya itu yang kurasa. Mungkin karena aku harus menunggu. Ya! Aku menunggu jam makan malam. Setelah mendesak Hiro, aku berhasil mendapatkan informasi bahwa Don akan langsung pergi begitu selesai makan. Aku sengaja tidak ikut makan, berdalih ada urusan di luar.

Dengan kemampuan yang kumiliki, tak sulit bagiku untuk menyelinap ke dalam mobil Don. Dia nggak akan menduga hal ini, karena tidak ada yang berani melakukannya. Berhubung Hiro hanya memberi informasi yang sangat minim, aku memilih memakai setelan berwarna gelap berbahan kaos, sneakers, dan perlengkapan minimal.

Udara pengap di dalam sini masih bisa kutahan. Tahan, Chiara! aku terus menyemangati diri sendiri. Terdengar suara alarm, lalu pintu mobil dibuka, tak lama kemudian kendaraan ini melaju.

"Semua sudah siap? Saya tidak mau ada kesalahan sekecil apapun, atau kalian semua akan menerima akibatnya," titah Don entah pada siapa. Suaranya terdengar jelas dan tegas.

Aku sudah tak sabar ingin segera keluar. Kakiku mulai kebas, akibat terlalu lama dalam posisi tertekuk begini. Tubuhku bergoyang mengikuti laju mobil. Don sepertinya tergesa-gesa, dia tidak mengurangi kecepatannya saat menikung. Tak tahu ada yang menghadang jalan, rasanya Don menginjak pedal rem dalam-dalam dn tanpa aba-aba.

"Aaw! Tulangku remuk semua rasanya," keluhku saat tubuhku menghantam dinding mobil bagian dalam.

Aku masih berusaha merasakan setiap sendi di badanku selama beberapa saat, hingga tak kusadari mobil ini tidak lagi bergerak. Kupasang telinga agar bisa mendengar suara sekecil apapun, tapi sunyi.

Chiara bodoh! Gampang banget teralihkan oleh hal sepele, makiku dalam hati. Dengan hati-hati, aku menyelinap keluar sesenyap saat masuk. Gelap! Itu kesan pertamaku. Bukan hanya karena hari sudah malam, tapi tempat ini benar-benar gelap tanpa penerangan. Rasanya belum lama Don mengemudi dan aku yakin masih berada di ibukota, tapi daerah mana yang belum terjamah listrik?

Kukeluarkan ponsel dari saku, dalam sekian detik benda itu sudah berubah bentuk dan fungsi. Aku nggak mau ambil risiko. Lebih baik berjaga-jaga. Seperti kata orang bijak, sedia senjata sebelum menginjak tanah. Kupejamkan mata beberapa saat sebelum keluar, agar mataku lebih mudah beradaptasi dalam gelap.

Tempat apa ini? sepi, sunyi, dan gelap. Seperti berada di ruang hampa. Hanya ada hitam sejauh mata memandang. Aku mulai disergap ngeri menghadapi situasi ini. Napasku pun ikut memburu, mengimbangi kerja jantung yang ekstra. Kupejamkan mata lagi sambil mengatur napas. Perlahan tapi pasti semuanya kembali teratur.

Tubuhku langsung siaga begitu terdengar langkah. Belum juga sempat menghindar, ada yang mengunci tubuhku. Laki-laki dan tenaganya juga besar. Aku tak berkutik dalam kunciannya.

Sial! Dalam sekali sentak, orang itu berhasil merebut senjataku.

"Kalau masih mau melihat matahari besok, diam dan jangan macam-macam!" perintah lelaki itu.

Aku berusaha menyelidik orang ini, tapi tidak ada petunjuk lain yang bisa membawaku untuk mengambil kesimpulan.

"Tenang, Chiara! Kalau orang ini mau menghabisimu, sudah sedari tadi dilakukannya. Kau hanya perlu menurut," pikiranku berusaha meyakinkan diri sendiri. Aku harus menelan ludah dengan susah payah, saat ada yang melilit di kepalaku, tepatnya menutup mataku. Untuk apa lagi? tanpa ditutup pun, aku tak bisa melihat apa-apa. Bukan itu saja, tangan dan kakiku diikatnya juga, lalu tubuhku terangkat dan diletakkan di bahu. Memangnya aku sekarung beras, sampai dibawa seperti ini? protesku dalam diam.

"BERHASIL!" pekik lelaki yang membopong tubuhku, lalu disambut suara riuh rendah.

Kali ini aku tak bisa menyembunyikan kengerianku. Aku bisa merasakan banyak orang di sekitarku. Tubuhku diangkat, lalu dilempar dengan kasar. Mulutku otomatis berteriak sebelum tahu akan mendarat di mana tubuhku. Pikiranku sudah memproyeksikan adegan terburuk, tapi bukan itu yang terjadi.

=================================

Chiara kenapa ya? Lagian sok mau nguntit segala, malah dibanting-banting.
.
Makanya sabar! Napsu bener.
.
Apa yang akan terjadi dengan Chiara di part berikutnya?
.
Hidup atau mati?
.
Ya Gak mungkin mati toh! Judulnya aja Chiara's Little Secret, masa tokoh utamanya modar duluan?!
.
Yoweslah nunggu sesok.
.
Jangan lupa kasih bintang buat vote biar aku tambah semangat.
.
See yaaaa,
San Hanna.

Chiara's Little Secret [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang