*Tidak ada gading yang tak retak. Bangkai mau ditutupi bagaimanapun, akan tercium juga. Nggak ada kejahatan yang sempurna. Dan masih banyak lagi pribahasa untuk menggambarkan perbuatan lo." Aku memutar bola mata saat Marlon menatapku bingung. "Belakangan ini gue jadi sadar dan belajar banyak hal. Salah satunya adalah tetap memegang teguh prinsip. Lo juga benar tentang intuisi gue yang di atas rata-rata." Aku terus bicara sambil merenggangkan otot-otot. Perlahan dan tanpa disadari siapa pun, jarakku dan Don kian dekat.
"Semua omongan lo itu nggak ngejawab pertanyaan gue."
"Mau tau aja atau mau tau banget?" Aku membalas dengan telak, menggunakan kata-katanya sendiri.
Wajah Luna tampak mengeras dan dia berusaha melepaskan kunciannya. Celah yang kutunggu akhirnya tiba. Dari jarak ini, aku bisa menolong Don.
Dengan ayunan kaki setengah lingkaran, kutendang kursi yang diduduki Bara. Dia terkesiap dan reaksinya lambat karena gerakanku yang tiba-tiba. Bara kehilangan keseimbangan hingga kepalanya terbentur tepi meja. Dia mengerang sambil memegang kepalanya.Kutarik Don dari tempatnya. Bukannya menurut, Don malah mengernyit seperti menahan sakit. Kuperhatikan lagi wajah dan tubuhnya. Ya Tuhan! Apa itu yang ada di bibirnya? Lem? Pantas dia tak berkata sejak tadi. Air mataku jatuh begitu saja. Kulihat ada bercak merah di sekitar mulutnya. Mungkin akibat erangannya saat Bara cerita.
Bajingan itu masih berusaha bangkit.
Don masih bergeming dan aku mulai kesal. Kupegang bahunya dengan kuat agar dia mau bergerak. Tanganku basah. Bau anyir menyeruak. Mataku memanas dan tubuhku gemetar. Kubanting gelas di meja dan mengambil pecahan yang paling besar. Kusayat kemeja gelap yang membungkus tubuh Don. Lagi-lagi air mataku tumpah. Ada luka panjang yang menganga di bahunya. Luka baru.Tanganku mengepal. Mataku nyalang melihat Bara. Amarahku memuncak. Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya. Kuserang lelaki itu tanpa ampun. Tinju dan tendangan bertubi-tubi kulayangkan padanya. Bara memuntahkan cairan merah segar. Dia menjilat bibirnya dan menelan sisa darah. Aku terengah dan dia tertawa pongah.
"Hanya segitu kemampuanmu?" ejeknya. Bara terbatuk-batuk, lalu meludah.
Hatiku belum puas. Apa yang dia terima masih tak setimpal dengan perbuatannya selama ini. Bara menggerakkan tangannya. Dia menantangku. Kuayunkan tinjuku ke wajahnya. Bara bergeser, hingga yang terpukul hanya udara kosong. Kuputar tubuhku dengan tangan terayun, dan masih bisa dihindarinya. Kombinasi tinju dan tendangan juga tak ada yang bisa menyentuhnya sedikit pun.
"Lemah," cibirnya. "Kau tau kenapa dia," Bara menunjuk Don, "diam saja sedari tadi? Selain mulutnya sudah dikunci, saya rasa dia tak akan mau pindah dari tempat duduknya yang nyaman. Tau kenapa? Karena dia takut mati. Nanti dia akan menyesal dan malu saat bertemu Aya.”
"Jangan sebut nama Mamaku!"
"Mata itu. Saya suka mata itu. Mata yang sama dengan Aya. Sorot matanya pun sama saat Aya-ku marah."
"DIAM!" kulancarkan lagi tendangan yang mengarah ke pelipis Bara yang terluka. Sayang, aku kalah cepat. Bara merendahkan tubuhnya, lalu mengait kakiku yang jadi poros. Tubuhku berdebum menghantam lantai.
Marlon mendorong tubuh Luna. Dia bergegas menghampiriku tepat sebelum Bara melayangkan tendangan ke tubuhku. "Hiro, lacak tubuh Don! Cari tahu apa yang didudukinya. Cepat!" bisik Marlon sambil menekan earphone-nya. "Pilih lawan yang sebanding. Hanya banci yang melawan perempuan.” Marlon berdiri di depanku. Menjadi tameng. Marlon tak perlu menunggu persetujuan Bara. Dia langsung memulai duel tanpa senjata.
Aku tak tenang melihat Don. Perasaan khawatir sangat pekat bersarang di dada dan kepala. "Hiro, cepat!" pintaku tak sabar.
“Gue nggak yakin, tapi gue rasa Don duduk di atas peledak. Benda itu mirip ranjau. Gue nggak bisa menjinakkannya dari jauh. Satu-satunya cara, lo harus cari benda lain yang beratnya sama dengan Don, untuk menggantikannya.”
Pantas sedari tadi dia bertahan di situ. Menerima apa saja perlakuan Bara padanya. Aku nggak tahu, apa bisa menerimanya sebagai Papaku, tapi aku tak terima dia diperlakukan begitu.
=================================
Makin dekat, dan aku makin deg-degan. Oh my! Tau gak sih aku sampe ke bawa mimpi udah ngelarin CLS. 🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiara's Little Secret [COMPLETED]
ChickLitDemi mendapatkan sebuah petunjuk tentang jati dirinya, Chiara harus menyelesaikan sebuah misi. Tidak boleh ada kata gagal dalam melaksanakannya. Dalam menjalankan misinya, Chiara harus menjadi bayangan. Dia boleh terlihat, tapi tak boleh tertangkap...