Aku langsung meletakkan minuman Mbak Tata di atas meja resepsionis yang terbuat dari marmer, begitu menginjakkan kaki di kantor.
Kepalaku dipenuhi oleh orang aneh dan misterius yang kutemui tadi. Berbagai pertanyaan berjejalan hingga rasanya mau pecah tempurungku.
Walaupun sebenarnya aku ingin langsung pulang dan bertanya pada Don dan yang lainnya tentang orang itu, tapi ada sesuatu yang menahanku. Instingku mengatakan untuk merahasiakan dulu keberadaan orang itu."Tunggu! Kalau orang tadi bisa mendapatkan nomor gue, bahkan menjual nama Don, artinya dia bukan orang sembarangan." Aku melempar tubuh sembarangan di kursi hingga benda itu bergeser, "Bagaimana menghubunginya? Sedangkan saat gue hubungi nomor yang tadi dipakainya langsung tersambung dengan Don?" aku menekan puncak kepalaku sambil membentur-benturkan kepala ke partisi dengan pelan.
"Kurang kenceng, Chi! Sini gue bantuin. Biar benjol sekalian," ucap Mbak Tata sambil meletakkan minuman di mejaku. Aku hanya mendelik padanya. "Lo kalau gak ikhlas, mending gak usah beliin sekalian," cibirnya.
"Yeee! Bukannya makasih, malah ngedumel."
"Nih, ya! Pertama. Kopinya pahit. Lo kata jamu! Kedua, ukurannya kecil banget. Kan gue mintanya yang gede," protes Mbak Tata.
Aku mendengus saking kesalnya, tapi aku juga mau tertawa mendengarnya. "Untuk gulanya, sorry! My bad! Gue lupa. Gue pesennya yang skinny, tapi kan bisa tambahin sendiri gulanya. Sedangkan ukurannya, kan lo sendiri yang minta tall alias kecil."
Aku makin mumet saat Mbak Tata masih ngajakin debat tentang ukuran gelas. Dia masih kekeh kalau arti tall itu tinggi alias besar. Aku sampai ngakak saking tak tahannya. Peduli setan dengan orang kantor yang autosinis. Aku mengatur posisi kursi, lalu mengetik kata kunci pada laman pencarian, kemudian kupinta Mbak Tata membacanya sendiri. Mukanya seketika berubah. Aku menepuk-nepuk bahunya.
"Lain kali, searching dulu sebelum protes! Biar gak malu-maluin," bisikku. Mbak Tata membuang muka, tapi enggan meninggalkan mejaku. Dunia ini penuh dengan orang-orang ajaib. "Jangan ngambek mulu, nanti cepet keriput, lho!" rayuku, "ada apa lagi, Mbakku? nggak ada kerjaan, ya? Emang nggak ada tamu?" tanyaku untuk mencairkan suasana.
Mbak Tata akhirnya buka suara. Minuman yang dia bilang gak enak, tetap diseruputnya. "Gue bete, Chi! Kayaknya di depan gue gitu-gitu aja deh, gak bisa berkembang. Kalau gue ngelamar jadi marketing, gimana?" intonasi suaranya langsung berubah, dari lirih ke semangat.
"Lo berkembang kok, Mbak," ledekku dan Mbak Tata mendelik, "terserah lo aja, sih. Kan lo udah tahu, gimana kerjaan di sini. Lo kan lebih senior dari gue. Tinggal bilang aja sama si Bos."
"Nanti lo ajarin, ya!" Aku mengangguk pelan. "Gue serius, Chiara!" timpalnya dengan suara lebih tinggi.
"Gue juga, Mbak Tata!" sahutku dengan nada yang serupa.
"WOI, BERISIK!!" protes beberapa karyawan berbarengan. Mbak Tata langsung kabur ke posisinya.
Suara bisik-bisik masih berdengung seperti kawanan lebah setelah Mbak Tata pergi. Aku sudah terbiasa dengan kelakuan mereka yang seperti itu, jadi aku nggak mau ambil pusing. Lebih baik aku menyumpal telinga dengan headset, mengeraskan volumenya, lalu mulai memeriksa beberapa surel. Lebah-lebah itu menghilang.
Mataku terpatri pada email dengan subjek 'Awalan dan Akhiran bergantian'. Badan suratnya berisi rangkaian kata yang mirip puisi.Orang tua mana yang sanggup berpisah dengan putrinya
Lari dari kenyataan sama buruknya
Dengan menyembunyikan kebenaran yang adaRahasia besar layaknya pelukan erat
Seperti hangatnya surya di pucuk Bromo
Bocah kecil terkagum sampai mengucap, Wow!
Ratusan mata menatap kagum pada keindahanJangan mudah dalam menilai
Alangkah baiknya sebuah penyelidikan
Memanfaatkan seluruh kemampuan2 orang sahabat jumlah yang banyak
2 orang musuh juga banyakSendirian!
Akan menjadi keputusan yang baik.
Manusia di bawah emas membawa petunjuk."Apa lagi, nih?!" sungutku, "niat banget ngirimin puisi lewat email." Langsung kuhapus email itu tanpa pikir panjang. Semenit kemudian, kukembalikan lagi pesan itu ke tempatnya semula. "Ini dari laki-laki itu."
=================================
Aku nangis dulu yaaa. Huaaaa...huaaa...huaaaaa...
Tau nggak sih, aku tuh ngerasa 24 jam sehari itu gak cukup! Bayangin aja! Karma masuk day 32 dan aku baru publish part 10 😫
Meskipun utang partku banyak, tapi aku gak mau nyerah. Aku tetep akan berusaha menyelesaikan cerita ini tepat waktu.
Doakan yaaaa!!
Satu lagi, jangan lupa goyang jempolnya.
See yaaa next part,
San Hanna
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiara's Little Secret [COMPLETED]
Literatura FemininaDemi mendapatkan sebuah petunjuk tentang jati dirinya, Chiara harus menyelesaikan sebuah misi. Tidak boleh ada kata gagal dalam melaksanakannya. Dalam menjalankan misinya, Chiara harus menjadi bayangan. Dia boleh terlihat, tapi tak boleh tertangkap...