Luna terus meyakinkanku, bahwa apa yang dikatakan Kuwat tidak boleh dipercaya sepenuhnya. "Gue yakin bukan Don orangnya. Dia adalah orang yang memegang teguh kepercayaan, dan dia juga yang mengajarkan kita untuk setia." Kepalaku sakit. Seperti ada yang menekan kuat di dari dalam. Luna memelukku untuk menenangkan.
Luna memaksa mengambil alih kemudi. Dia sempat berhenti sebentar untuk membeli makanan. Aku tidak bisa berpikir saat ini. Rasanya semua sambungan sel-sel otakku putus begitu saja. Dadaku sesak. Aku nggak ingin mempercayai semua ini. Memang aku sempat membencinya, setelah dia memaksaku untuk menghadapi ketakutanku.
Mobil berhenti mendadak. "Kita harus buktiin omongan orang tadi. Kita harus periksa ruang kerja Don, lalu kita cocokkan dengan semua informasi yang ada. Baik itu yang berasal dari dokumen yang pernah gue kasih, keterangan Kuwat, dan data milik Don." Luna mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya. "Ini nomor plat mobil-mobil itu. Yang paling atas, adalah nomor plat mobil yang tercebur sungai, sisanya mobil pelaku."
Kuambil lagi kemudinya, walau diiringi protes Luna. Ucapan Luna benar. Aku harus membuktikan semuanya sendiri.
*
Aku menurunkan Luna di ruko depan. Kami berpencar untuk menjalankan rencana yang tadi disusun di jalan. Sementara Luna mencari informasi di rumah, aku akan mencari Liza. Hiro dan Liza sama-sama sudah menghilang dua hari. Dan aku yakin, mereka sedang bersama saat ini. Sebelum itu, aku harus bertemu seseorang.
Kutelepon Marlon dan menanyakan pesananku. Begitu dia bilang pesanannya sudah ready, aku langsung meluncur. Di tempat yang dijanjikan, aku bertemu Marlon dan Mbak Tata. Setelah menyerahkan benda terkutuk itu, kami berpisah. Tanpa sapaan, tanpa ucapan. Talk less do more.
Aku menurunkan kaca dan menyapa petugas jaga. Setelah menyebutkan alamat tujuanku, mereka menyilakanku masuk. Kubunyikan klakson di depan pagar, namun penghuninya tak mau menunjukkan batang hidung. Setelah kukirimi Hiro pesan melalui jalur khusus, pagarnya bergeser.
Tak ada waktu untuk berbasa-basi. "Mana Liza? Gue ada perlu sama dia. Penting!"
Hiro menatap mataku penuh selidik. Dengan gerakan kepala, dia mengajakku masuk."Siapa yang datang? Katamu penghuni di sini tak suka bertetangga." Liza sampai lupa mengatupkan bibir begitu melihatku. "Kamu?!"
Kami bertiga bicara di ruang tengah. Aku menceritakan semuanya, kecuali bagian keterangan yang diberikan Kuwat. Separuh diriku melarang untuk menceritakannya. Liza terperangah mendengar ceritaku.
"Gue tau, meski lo benci sama Johan dan mau kabur dari keluarganya, tapi lo gak akan rela biarin Pak Yudhi celaka." Liza terpaku, lalu mengangguk lemah. "Dan entah apa alasannya, gue yakin, Pak Yudhi juga lebih senang lo jauh dari Johan. Buktinya, lo dan Hiro masih utuh sekarang." Hiro bergeming dan Liza mengangguk. "Gue tahu semuanya tentang keluarga Kusumo ...."
"Nggak." Liza menyela omonganku. "Semua data di komputer Pak Yudhi, adalah pancingan. Pak Yudhi sadar musuhnya banyak, makanya dia menyiapkan semua itu. Data aslinya ada ruangan di sana, tapi di tempat berbeda."
Tempat berbeda? Mungkinkah ada ruang rahasia?
"Saya memang nggak mengenalmu, Chiara, tapi kalau Hiro memberitahumu tempat ini, pasti kamu bisa dipercaya. Ingat hari saat kamu menunggu Pak Yudhi, saya bilang dia ada di ruangannya, tapi tak lama saya katakan beliau sudah pergi? Aku mengangguk. Di dalam ruangan Pak Yudhi, di balik lemari ...."
"Ada ruang rahasia. Dari sanalah Pak Yudhi bisa keluar tanpa diketahui siapa pun. Dan di tempat itu juga seluruh datanya tersimpan. Itu kan yang lo mau omongin." Mata Liza terlihat membesar sesaat, sebelum kembali ke ukuran semula, dan mengangguk. "Waktu gue sedikit. Gue mau minta bantuan kalian. Please.”
=================================
Kok au jadi deg-degan yaaaaak
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiara's Little Secret [COMPLETED]
ChickLitDemi mendapatkan sebuah petunjuk tentang jati dirinya, Chiara harus menyelesaikan sebuah misi. Tidak boleh ada kata gagal dalam melaksanakannya. Dalam menjalankan misinya, Chiara harus menjadi bayangan. Dia boleh terlihat, tapi tak boleh tertangkap...