Setelah berpikir lebih jauh, kuputuska untuk menemui orang ini. Jika dia mempermainkanku, akan kubuat dia menyesal. Kali ini aku lebih siap, bahkan aku sudah ada di lokasi dua jam lebih cepat. Aku berkeliling sambil memeriksa situasi, tentunya tanpa melepas pengawasan. Aku sudah menaruh kamera pengawas yang terkoneksi dengan ponselku, agar bisa memantau dari mana saja.
Tidak ada pergerakan yang aneh di tempat itu, semuanya tampak normal. Aku duduk di undakan sambil menikmati segelas es jeruk. Sesekali aku memperhatikan orang-orang yang sedang berkumpul. Ekspresi lepas mereka sempat membuatku iri. Terkadang aku kebingungan sendiri tentang hidupku. Mana yang nyata, mana yang pura-pura.Perlahan orang-orang mulai pergi. Kutandaskan sisa minuman dalam sekali tenggak sambil berjalan. Sekarang ini mudah menjumpai tempat sampah, jadi aku nggak perlu menenteng gelas plastik jauh-jauh.
Manusia yang melumuri tubuhnya dengan cat perak dari kepala sampai kaki, sedang berjalan lurus ke arah kamera. Jantungku bergemuruh. Aku menghela napas dengan susah payah. Semakin orang itu mendekat, rasanya udara di sekitarku jadi menipis. Tangannya menjulur.
Apa dia Mr B? Apa dia tahu aku menaruh kamera di situ? Sial! Aku benci menduga-duga seperti ini.
Tubuhku terdorong dengan kencang, hingga keseimbanganku goyah. Untung saja aku tidak tersungkur. Ada orang yang berlari dengan kencang. Kalau dilihat dari posturnya, aku yakin orang itu perempuan, meski dia membungkus rapat tubuhnya. Begitu dia menghilang di belokan, ada dua laki-laki yang berlari. Mereka berhenti tak jauh dariku. Sepertinya mereka kehilangan jejak, karena sekarang tampak kebingungan dan saling menyalahkan.
"Lihat orang lari lewat sini?" tanya salah seorang dari mereka. Aku menoleh ke kiri-kanan-belakang, tapi tak ada orang di dekatku.
"Hei! Kamu ditanya malah nengok-nengok!" hardik orang yang satunya. "Jawab!" Aku menggeleng. Orang itu mendengus kesal lalu mengumpat. Kemudian mereka berlari lagi.
Pandanganku mengikuti punggung mereka yang menghilang ke arah berlawanan dengan buruannya.
Bukan urusanku.
"Orang itu beruntung dengan pergi dan nggak memperpanjang urusan." Ucapan barusan membuatku siaga. Intonasi suaranya sudah kuhafal betul. Mr B. Aku menoleh ke sumber suara. Seorang lelaki yang usianya kutaksir sama dengan Don, berdiri memandangku dengan kedua tangan di kantong celana. "Akhirnya kita bisa bertemu lagi," katanya datar. Ucapan dan air mukanya serasi. Dingin.
Lagi?
Entah orang ini bodoh atau kelewat berani, menampakkan dirinya tanpa topeng atau apa pun untuk menyamarkan wajahnya. Aku bisa cepat mengenali wajah itu meski di tengah keramaian. Rahang tegas, mata tajam, dan alis tebal. Hidungnya juga agak miring. Mungkin pernah cedera parah.
"Boleh terlihat, tapi tak boleh tersentuh. Itu adalah peraturan yang diterapkan Don, bukan?" Kata-katanya membuatku bergidik. "Dia memang unik sejak dulu. Kelompok lain mati-matian menyembunyikan identitasnya, Don malah membiarkan kalian membuka semuanya." Orang itu maju perlahan. "Apa kalian tidak takut kalau semua itu nantinya akan menyusahkan?"
Aku hanya menatapnya tanpa bilang apa-apa, bahkan tanpa mengubah mimik. "Jadi, apa yang Anda tahu tentang kecelakaan itu?"
Seulas senyum terbit di muka tanpa ekspresi itu. "Tidak semudah itu, Nona. Saya butuh kamu melakukan tiga hal. Setiap misi yang berhasil, ada satu petunjuk.”
Kali ini aku yang menyeringai. "Anda telat! Don sudah melakukannya sejak lama." Aku sampai muak dengan semua petunjuk itu.
"Kalau Don benar-benar memberikan petunjuk berarti, kamu nggak akan ada di sini."
"Apa saja misinya?"
"Satu selesai, misi berikutnya diinfokan." Orang itu mengeluarkan salah satu tangannya dari saku. Tanganku pun ikut siaga. "Tenang! Ini bukan senjata. Saya akan memberikan ini padamu, sebagai hadiah karena kamu mau datang.”
"Bros?"
Orang itu mengangguk. "Dan saya mau kamu memakainya ke mana pun kamu pergi. Sampai perjanjian kita berakhir.”
=================================
Chiara dan bros = nggak cocok. Seenggaknya itu menurut akyu.
Kenapa Bros ya? Jangan-jangan bom! 😱
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiara's Little Secret [COMPLETED]
Genç Kız EdebiyatıDemi mendapatkan sebuah petunjuk tentang jati dirinya, Chiara harus menyelesaikan sebuah misi. Tidak boleh ada kata gagal dalam melaksanakannya. Dalam menjalankan misinya, Chiara harus menjadi bayangan. Dia boleh terlihat, tapi tak boleh tertangkap...