Foto benda yang kuduga bom itu sudah kukirimkan ke Andres. Dari semua anggota keluarga, hanya Andres yang rasanya bisa diajak diskusi. Marlon? Lupakan! Dia pasti akan langsung memintaku untuk mundur. Hiro, sebelas - dua belas sama Marlon, apalagi hal ini akan berdampak langsung pada Liza. Sedangkan Luna, aku nggak yakin dia tahu banyak tentang senjata.
Sampai aku kembali ke rumah, Andres belum menjawab pertanyaanku. Aku sempat melihatnya sedang teleponan di pinggir kolam. Dia hanya mengangkat tangannya untuk menyapaku. Biasanya Andres akan bertingkah seperti itu jika sedang menghadapi masalah.
Kujadikan tangan sebagai bantalan dan terus memandangi plafond. Sudah sedari tadi kucari informasi tentang kotak hitam itu dalam database keluarga, tapi tak kudapati apa-apa. Bahkan benda yang mirip dengannya pun tidak ada. Apa Mr B ini juga mengembangkan teknologi sendiri sejak keluar?
Lamunanku buyar saat pintuku diketuk dengan keras. "Siapa?" teriakku dari dalam. Tak ada sahutan. Dengan malas, kuseret kaki untuk jalan dan membukakan pintu. Sebuah piring menyambutku tepat di depan muka, begitu pintu terbuka. Aku mundur selangkah karena terkejut. Luna malah terkikik. Dan aku memberengut.
“Sorry," katanya sambil merangsek masuk. "Mungkin lo udah makan di luar, tapi gue tau, lo gak bakalan nolak ini. Barusan gue angetin. Pluuuus, gue tambahin moza-nya." Luna memutar-mutar piring itu tepat di depan mukaku. Aroma Mac and Cheese seperti membekap wajahku. Otakku seakan meleleh, melihat lelehan keju yang menutup permukaan makanan itu dengan sempurna.
Tak perlu aba-aba untuk menyambar piring. "Yang begini paling enak dinikmati panas," ucapku tak sabar. Luna terus mengoceh selama aku makan. Dan aku nggak tahu apa yang dikatakannya, sampai ....
"Chiara!" jeritnya hingga aku tersedak. Aku terbatuk-batuk. Luna menyodorkan segelas air putih dengan muka tertekuk. "Kebiasaan, deh! Nyesel gue bawain," rajuknya.
"Jangan gitu, dong. Sorry. Sorry. Kan lo tau banget gimana gue kalau udah ketemu ini." Kusodorkan padanya piring yang sudah tandas isinya. Kalau nggak ada Luna, mungkin sudh kujilati sisa krim yang menempel."Jilatin aja! Pake malu segala." Ucapan Luna membuatku terkesiap. "Kita tumbuh bareng, Chi. Gue tau banget kelakuan lo. Dan cuman gue yang tahu lo masih mengompol sampai umur tiga belas ....”
Kutaruh piring itu di meja, kemudian membekap mulut Luna. Dia berhasil menghalau tanganku, lalu menggunakan tepi ranjang untuk melompatiku. Gerakan andalannya. Dalam sekejap, Luna sudah berpindah ke pintu. Bisa saja tak kuabaikan dia, tapi cewek resek itu malah terus mengoceh. "Tukang ngompol." Sial.
Cepat juga larinya, gumamku saat tak mendapati Luna di lorong.
"Gue di sini," teriak Luna dari ruang tengah. Dia melambaikan tangan begitu aku melihat. Sekarang dia menari-nari di bawah sana.
"Awas lo, ya!" pekikku. Aku mundur tiga langkah, lalu berlari, dan melompati railing. Aku berguling dua kali sebelum menjejakkan kaki. Luna sudah menghambur ke luar. "Lo bisa lari, tapi gak bakal bisa sembunyi," jeritku.
Luna berlari sambil sesekali menengok ke belakang. Itulah kecerobohannya, dan aku berhasil memanfaatkannya. Begitu dia berpaling, aku menyelinap ke belakang pilar, dan menunggunya lengah. Aku bisa mendengar dia menghentikan langkahnya, kemudian kuterjang. Sayang, Luna berhasil lepas dari kuncianku. Tubuhnya menggeliat seperti cacing. Dia kabur.
Tak lama terdengar sesuatu yang tercebur dalam kolam. Jeritan Luna yang minta tolong terdengar setelahnya. Aku sampai menabrak vas, saking terburu-buru menuju sumber suara. Luna sedang berkecipak di tengah kolam. Tangannya menggapai-gapai udara dan mulutnya terbuka lebar.
"Kaki gue keram," jerit Luna sebelum kepalanya masuk air. Tanpa pikir panjang, aku melompat dan berenang secepat yang kubisa untuk menolongnya. Satu kayuhan lagi, Luna bisa kuraih. Begitu akan kusentuh, kepala dan separuh tubuhnya menyembul ke permukaan. Dia tertawa. "Hebat! Udah nggak takut air sekarang," katanya enteng.=================================
Hmmm... Becandaannya, parah!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiara's Little Secret [COMPLETED]
ChickLitDemi mendapatkan sebuah petunjuk tentang jati dirinya, Chiara harus menyelesaikan sebuah misi. Tidak boleh ada kata gagal dalam melaksanakannya. Dalam menjalankan misinya, Chiara harus menjadi bayangan. Dia boleh terlihat, tapi tak boleh tertangkap...