(11)

671 82 2
                                    

Hiro masih memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Angka di spidometer kini berubah menjadi 120 dan tidak ada tanda-tanda dia akan menguranginya, apalagi berhenti. Gerombolan di belakang kami masih mengejar sambil berteriak.

"MEREKA SIAPA?" pekikku. Hiro mengacuhkanku. Aku harus mengimbangi gerak tubuhnya. Ikut miring ke kiri atau ke kanan, agar tidak terjatuh.

"Merapat!" titah Hiro sambil menarik tanganku melingkari pinggangnya.

Sedetik saja reaksiku terlambat, mungkin aku sudah terpelanting ke jalanan. Posisi motor begitu rendah saat menikung tajam, hingga sisi kakiku bisa menyentuh tanah. Kami masih bertahan beberapa detik dalam posisi itu, ketika melewati kolong truk peti kemas. Hiro berbelok dan memarkirkan motornya di celah sempit. Kami meredam semua suara, termasuk deru napas.

Suara motor yang meraung-raung dan asap knalpot memenuhi atmosfer. Terdengar makian dan umpatan dari mereka saat tidak bisa menemukan yang dikejar. Lalu suasana jadi lengang. Hiro keluar dengan hati-hati untuk mengintai.

"Aman!" katanya.

"Kelamaan mejeng di depan kamera, bikin lo jadi cemen?" sindirku, "nggak sampai selusin gue kira."

"Lo nggak liat apa yang mereka bawa?" tanya Hiro gusar, "M-16! Bukan satu, tapi lima, Chiara!" geramnya. "Lo nggak liat pas mereka nembak membabi-buta."

Aku memeriksa kotak tadi, untung saja tidak rusak. Semoga bagian dalamnya pun sama baiknya dengan bungkus luarnya.

"Yuk, pulang!" ajak Hiro sambil memindahkan motor, "wait! Lo ngapain jam segini di pinggir jalan sendirian? Itu kotak apaan? Lo nggak lagi transaksi narkoba, kan?" selidiknya.

"Narkoba? Sorry! Nggak level. Dengan menyelesaikan tiga misi aja, gue bisa beli Alphard. Lo utang penjelasan soal tadi. Masih ada setengah jam sebelum sampai rumah, atau kisah tadi akan jadi issue saat sarapan besok." Hiro mengangguk lesu. 

Selebgram ini masih tak tahan menghadapi interogasi Don dan teman-teman lainnya, apalagi kalau Luna yang tanya-tanya. Dia memilih untuk menceritakan kejadiannya padaku. Tak seperti saat kabur tadi, kali ini Hiro melajukan motornya dengan santai.

Hiro sedang menghadiri pesta pribadi di sebuah hotel di bilangan Jakarta, saat bertemu seorang gadis yang menarik perhatiannya, Liza. Dalam pengakuannya, dia bilang memang mendekati perempuan itu dan mengajaknya berkenalan. Entah apa yang ada dipikirannya saat menceritakan itu, dia pikir aku mau percaya begitu saja? Hiro mengenali mimikku ketika meragukan sebuah keterangan. Dia pun mulai menjelaskan situasinya.

Dia jujur soal gadis dan perkenalan, tapi dia baru menceritakan tentang pasangan Liza yang berang akibat ulahnya. Hiro tidak bisa menahan diri untuk tampil di depan targetnya, sayang dia lengah hingga tak mengenali siapa lawannya. Johan, lelaki yang ditantangnya adalah pewaris bisnis gelap. Keluarganya terkenal sadis dalam berbisnis, yang mengandalkan otot dan alat.

Akhirnya ada benang merah antara kejadian tadi dan penjelasan Hiro. Wajar saja dia lari tunggang-langgang. Ada satu masalah lagi. Keluarga Johan juga terkenal karena rasa dendamnya. Mereka tidak akan berhenti sampai menyelesaikannya.

Mengetahui fakta itu, tidak mungkin aku bisa merahasiakan ini dari yang lain. Nyawa Hiro dipertaruhkan. Aku memutuskan untuk tetap memberitahukan hal ini, dengan atau tanpa izin Hiro.

"Lo janji, ya, nggak bocorin kejadian ini?" desak Hiro begitu selesai bercerita. Aku menganggukkan kepala tadi menyilangkan jari di balik punggung. "Lo ngapain tadi di pinggir jalan. Itu paket apa?"

"Nggak tahu isinya apa. Kan belum dibuka."

"Gue ngerasa lo itu menyimpan rahasia," ucap Hiro sambil melirikku dari spion.

"Perasaan lo aja! Kebanyakan ajep-ajep jadi halu," sahutku santai. Tiba-tiba motor berhenti mendadak dan kepalaku mengantuk helm Hiro. "Apa-apain sih? Sakit tahu!" protesku sembari mengusap jidat.

Hiro memutar tubuhnya tanpa mematikan mesin motor. "Bukan cuma gue, tapi semua. Semua yang ada di rumah, menduga lo menyimpan rahasia."

"Don?"

"Dia tidak masuk hitungan."

=================================

Kenapa ya? Laki klo di depan cewek incerannya, bawaannya mau show off terus.
.
Emang gak bisa ya, main cantik?
.
Masih zaman gitu adu otot? Kalah banteng.
.
Udeh ah! Klo dilanjutin, jiwa julid bin nyinyirku bisa bangkit. Gak jadi publish 2 part lagi. Nanti aja, yak!
.
Santuy aja kita.
.
See yaaaa.

Chiara's Little Secret [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang