Melihat tingkah dan pengetahuannya selama ini, aku yakin itu bukan bros biasa. Bisa jadi GPS, kamera pengintai, atau bisa juga peledak. Tentu saja aku nggak akan ceroboh, dengan menerimanya begitu saja.
"Ini GPS, kalau itu yang mau kau ketahui." Orang itu tertawa dengan jemawa. "Saya harus memastikan kamu benar-benar menjalankan apa yang saya perintahkan.”
Aku mengambil benda itu dari tangannya dan mengamatinya sebentar. Tak lama ponselku bergetar. Nomor tanpa nama tertera di layar. Aku langsung mencari Mr B, dan ... ya, dia menghilang.
“Nanti saya katakan apa misi pertamamu. Bukan sekarang atau besok, tapi dalam waktu dekat."
Sambungan terputus begitu saja.
*
Aku menangkap ada yang aneh. Saat Mr B menghilang, Don juga seperti lenyap. Semalam Mr B muncul, pagi ini Don timbul. Aku curiga hal ini saling berhubungan, tapi apa, bagaimana, dan mengapanya, aku nggak tahu.
Bukan cuman itu, pagi ini semua penghuni rumah tampak aneh. Hiro yang sudah berpakaian rapi. Andres yang sibuk dengan laptopnya sampai melewatkan sarapan. Luna pun langsung ngantor tanpa sarapan. Dan Marlon ... dia masih menganggapku arca.Ya, sejak kejadian di kolam waktu itu, Marlon tak pernah menyapaku lagi. Aku nggak menganggap itu masalah besar, tapi diperlakukan begini rasanya juga nggak enak. Melihatnya meninggalkan meja, aku pun langsung menelan roti yang baru kukunyah tiga kali. Demi kelancaran perjalanan makanan itu di kerongkongan, kudorong dengan jus jeruk.
Marlon hendak menutup pintu mobilnya begitu aku sampai parkiran. "Tunggu!" kataku sambil setengah berlari. Pintu mobil bergeming saat aku ada di sampingnya.
"Ada apa? Saya ganggu kamu?"
Ya ampun! Kayaknya dia marah betulan.
"A-aku mau minta maaf.”
"Oke." Marlon langsung menutup pintu mobilnya. Hatiku mencelus begitu mesin dihidupkan. Kaca jendelanya turun, "Sudah dimaafkan sebelum kamu memintanya," katanya.
Padahal Marlon hanya mengucapkan kalimat yang nggak lebih dari enam kata, tapi mataku basah. Baru akan melangkahkan kaki, ponselku bergetar. Marlon? Menelepon?
"Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat. Mungkin lusa. Nanti aku jemput.”
"Oke." Sambungan terputus, tapi hatiku tenang.
"Woi! Lagi happy bener kayaknya." Suara barusan membuat suasana hatiku ambyar. "Chi, lo lagi sibuk nggak? Gue mau curhat nih."
Mataku mendelik mendengar omongan Hiro barusan. "Lo kesambet apaan? Pagi-pagi mau curhat sama gue. Biasanya ngevlog. Pasti fans lo dengan senang hati mendengarkan curhatan idolanya.""Lo tuh yang kesambet. Pagi-pagi udah nyinyir." Kutinggalkan saja dia. "Eh, Chiara! Iya-iya, maaf. Gue serius. Gue mau ngomong soal Liza."
Hiro memaksa mengantarku ke kantor, karena dia tahu hari ini jadwal mobilku yang direparasi. Butuh waktu yang nggak sebentar bagi kendaraan kami setiap kali diperbaiki atau untuk modifikasi. Semua itu demi mendukung misi yang kami jalankan. Meskipun satu keluarga dan satu rumah, tapi apa pun yang ada di mobil masing-masing, hanya teknisi dan pemiliknya yang tahu, apa yang ada di dalamnya.
Dalam perjalanan, Hiro menceritakan keinginannya untuk menyembunyikan Liza di rumahnya yang lain. Si Rambut Gulali itu bilang, kalau dia merasa tertekan bekerja di perusahaan Yudhistira. Bukan karena Pak Yudhi, tapi karena cucunya, Johan.Johan memperketat pengawasan ke Liza, hingga gadis itu risih. Jika ada Pak Yudhi, Johan tidak berani bertingkah, tapi begitu Liza sendiri, Johan mulai macam-macam. Katanya, Liza sempat dikejar pengawal Johan saat melarikan diri semalam.
Semalam? Apa cewek yang menabrakku tadi malam?
=================================
yaaaah, apdetan keduanya udah ganti tanggal. Gak papalah yaaa beda menit doang.
See yaaa in next part. Nggak sabar mau bikin Chiara sama Marlon berantem. Ekh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiara's Little Secret [COMPLETED]
ChickLitDemi mendapatkan sebuah petunjuk tentang jati dirinya, Chiara harus menyelesaikan sebuah misi. Tidak boleh ada kata gagal dalam melaksanakannya. Dalam menjalankan misinya, Chiara harus menjadi bayangan. Dia boleh terlihat, tapi tak boleh tertangkap...