Lidya melajukan motornya bukan kearah rumah,ia malah menuju taman kota yang lumayan ramai saat sore seperti ini.
Sekuat tenaga ia menahan bendungan air matanya agar tidak jebol.ia kecewa pada sahabatnya sendiri mengapa Anita tidak jujur saja kepadanya bahwa ia juga menyukai Rohman. Lidya merasa Anita tidak percaya pada dirinya sebagai seorang sahabat.
Bukan,bukan tentang pria yang Anita sukai. Namun mengapa harus ia rahasiakan dari Lidya yang kini merasa semakin bersalah dan juga gagal menjadi seorang sahabat yang harusnya mendengar segala keluh kesahnya.
Lidya juga merasa semakin bodoh. Tidak memahami perasaan Anita, tidak mengerti kenapa saat ia bercerita tentang Rohman begitu antusias dan terakhir kali ia tampak murung saat tau Rohman mencintai Lidya.
Gadis itu merasa percuma memiliki nilai bahasa inggris terbaik, ataupun pandai merangkai puisi cintanya padahal perihal sahabatnya juga ia mendapat nol besar.
Lidya mengusap air mata yang merembes di pipinya,pertahanannya runtuh tak peduli banyaknya pengunjung taman kota saat ini.
"nih..." seseorang menyodorkan saputangan pada Lidya. "bersih kok"
"kak Adnan?" gadis itu dengan segera menghapus jejak air mata dengan punggung tangannya. Sedetik kemudia menerima uluran saputangan dari Adnan.
"kenapa?" tanya Adnan sambil duduk agak jauh dari kursi yang Lidya duduki.
"kak Adnan kok ada disini?"
"ck,kalo ditanya jawab bukan balik nanya"
Lama Lidya bungkam,akhirnya gadis itu membuka suara. "pelajaran memahami perasaan orang lain gaada ya kak?" tanyanya datar sambil memandang lurus kedepan.
Sungguh,jika situasinya tidak seperti ini Adnan ingin sekali menyemburkan tawanya. Pertanyaan gadis disamping nya ini sungguh sangat lucu,namun Adnan hanya diam menyimak.
"bener kata temen-temen,Dya cuman pinter di pelajaran diluar itu isinya oon!" ucapnya kesal sambil menepuk pelan puncak kepalanya.
"Dya gatau perasaan sahabat sendiri,sampe sahabat Dya ga percaya sama Dya buat berbagi perasaannya yang ternyata sahabat Dya suka sama orang itu dan orang itu ternyata suka sama Dya, hiks.." ucapnya sambil terisak. Saat ini Adnan merasa dirinya juga merasakan sakit yang Lidya derita. Pria itu tidak suka melihat Lidya menangis seperti ini. Tangannya gatal sekali ingin menghapus air mata Lidya dan membawanya kedalam pelukan Adnan agar gadis itu merasa tenang.
Namun Adnan tau diri,ia bukan mahram Lidya,yang pria itu lakukan hanya menjadi pendengar yang baik. Sepertinya Lidya butuh menangis untuk meluapkan isi hati nya.
Adnan ingin melihat senyum gadisnya lagi, senyum yang dapat memporak-porandakan hati Adnan sekaligus membawa kebahagiaan setiap orang terdekatnya.pria itu ingin mengusir awan gelap yang menghalangi pelangi untuk Lidya.
"Lidya.." gadis itu menoleh.
"sebelum datangnya pelangi kamu harus merasakan awan mendung,hujan dan terkadang kilatan petir barulah pelangi itu muncul'bukan?, sama seperti ujian hidup.sebelum kamu merasakan kebahagiaan kamu harus melewati rintangan dulu" ucapnya panjang lebar diakhiri senyum yang menawan.
Senyum itu dapat menghipnotis setiap orang yang melihatnya, termasuk Lidya yang masih setia menatap selama beberapa detik namun langsung ia akhiri.
"Dya kan udah belajar suka sama matahari bukan pelangi lagi!" kesalnya teringat yang ia katakan kemarin-kemarin pada Adnan. Kali ini Adnan tak bisa menahan tawanya.
"yaudah sekarang jangan nangis! Mana ada matahari nangis"
Gadis itu menangguk patuh, membuat senyum Adnan kembali terbit bersama matahari yang masih cerah meski sudah menunjukan pukul 16.30 . Teringat akan sesuatu Lidya berkata pada Adnan "oiya makasih brosnya kak,Dya suka banget"
"pulang gih,mama kamu mungkin nyariin" titah pria itu.
"sekali lagi makasih buat brosnya, makasih buat saputangan nya makasih buat nasehatnya, makasih juga udah dengerin omongan Dya yang banyak, hehe.." "kalo gitu Dya pamit assalamualaikum.."
"Waalaikumsallam.."
Gadis itu berlalu meninggalkan Adnan seorang diri di kursi taman. Sebenarnya Adnan hanya iseng mengunjungi taman sekaligus menenangkan pikirannya akibat perseteruan nya dengan Amel di kampus.
*Flashback on
"Nan,kok kamu seenak nya komen di instagram aku kemaren?!" Ucapnya kesal mengingat komentar pedas Adnan pada laman instagram miliknya. Hal itu membuat Amel malu sekaligus menurunkan harga diri Amel sebagai wanita most wanted di kampus.
"harusnya saya yang bicara seperti itu kepada kamu yang tak punya malu mendekati dan menggoda pria yang bukan mahram kamu! Beraninya kamu mengunggah foto saya karena saya dari dulu hanya diam atas semua kelakuan kamu!" ucapnya tegas penuh penekanan.
"aku kan cinta sama kamu! Tapi kamu ga pernah liat aku sama sekali! Kamu harusnya cuman milik aku Adnan! Milik aku!" Amel berteriak sambil menggenggam tangan Adnan membuat seisi kampus langsung melihat perseteruan panas tersebut.
Pria itu langsung menepis kuat-kuat tangan Amel yang menempel padanya,membuat Amel terhuyung kehilangan keseimbangan namun tidak sampai jatuh.
"asal kamu tau, itu bukan cinta tapi obsesi! Mulai sekarang jangan pernah ganggu hidup saya lagi atau dengan terpaksa saya harus berbuat kasar pada wanita murahan seperti kamu!"
"cih,jangan sok jual mahal kamu Adnan! banyak laki-laki diluar sana yang rela bertekuk lutut dihadapan Amel, dan orang seperti kamu bukan apa-apa!" Adnan yang sudah berjalan menjauh jadi berbalik kearah Amel membuat wanita itu terseyum kemenangan berfikir Adnan akan menarik kata-katanya.
"saya tidak peduli,saya juga tau sudah berapa banyak pria kaya raya yang menjadi korban kamu. Atau bahkan tarif mereka per malam hanya untuk tidur dengan mu? Jangan membuat aku geram sehingga mengungkap semua kebusukanmu"
Ucapnya tepat di telinga Amel membuat wajah cantik Amel menjadi pucat bak mayat hidup.Melihat Amel yang membeku Adnan terseyum miring,pria itu memang mengetahui keseharian Amel dari Orang-orang kepercayaan nya. Ayahnya yang juga pembisnis terkenal membuat ia merasa penting untuk berjaga-jaga apalagi terhadap wanita ular seperti Amel.
Adnan meninggalkan area kampus setelah perdebatan nya selesai. Pria itu yakin berita ini akan semakin meluas, menjadikan Adnan Trending topik yang menyia-nyiakan Amel si bintang kampus idola para mahasiswa.
*Flashback off
Adnan pun meninggalkan taman kota yang semakin sore dan berjalan menuju motor kesayangannya hendak pulang ke rumah.
******
Mentari sudah tenggelam di ufuk barat menyisakan rona jingga dilangit sang pencipta.
Lidya sedang berkutat dengan buku puisinya saat ini. Gadis itu terkadang memilih buku sebagai curahan hatinya dikala manusia hanya membuat ia kecewa.
*Jangan berharap lebih*Ada saja pihak dimana yang satu biasa saja.
Sedang satunya diam-diam menyimpan rasa.
Merasa dispesialkan padahal hanya menjadi salah satunya.Pada akhirnya kenyataan datang,
Yang berharap pun tersakiti
Sedang yang diharapkan tak merasa bersalah sama sekali.Maka untukmu yang tengah berharap,
Jika kamu bertanya
Mengapa dia biasa saja?
Maka jawabannya adalah..
Karena ia tak memiliki perasaan apa-apa padamu.Lidya Khalida Larasati
Goresan pena hitam memenuhi lembar buku puisi Lidya. Gadis itu beranjak dari duduknya setelah mendengar seruan ilahi pada hambanya agar melaksanakan shalat.
----------*********----------
Sekian, jazakumullah khairan
Jangan lupa vote, komen share ke temen-temen kalian.DinaLarasati^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Untuk Lidya (Completed✔️)
Teen Fiction"Dya sekarang gasuka sama pelangi!" Ucapnya tak bisa dibantah. Namun pria didepannya ini hanya mengangkat sebelah alisnya kemudia bertanya sangat singkat. "kenapa?" Gadis itu mengembuskan nafas lelah "kalo sifat kakak dingin kayak gini,Dya harusnya...