06.55
"Huft..." lidya menghela nafas lega setelah memarkirkan motor merah kesayangan nya. Untung saja gerbang sekolahnya belum ditutup sehingga ia bisa masuk tanpa khawatir dihukum gds (gerakan disiplin siswa).
Lidya berlari kecil menyusuri lorong sekolah hingga ke kelasnya. Dilihatnya kelas yang sudah sepi karena sudah berbaris di lapangan, menyisakan seorang yang masih tertinggal. Ellin baru saja tiba sebelum lidya.
" lin, bareng! " Ellin mengangguk sambil menunggu Lidya yang menaruh tasnya di tempat duduknya.
Lapangan luas didepannya kini telah dipenuhi lautan manusia berseragam putih abu. Lidya dan ellin celingukan mencari barisan kelas nya yang ternyata berada di ujung.
" hah...hah.." Lidya mengatur nafasnya yang ngos-ngosan akibat berlari bersama ellin tadi dengan posisi memegangi kedua lututnya.
" gw kira lu ga sekolah lid "
Anita menoleh pada lidya yang baru bergabung dalam barisan." dedek kesiangan bangunnya tadi "
Anita kembali menghadap depan karena upacara sudah dimulai.
Petugas pengibar bendera sudah melaju di depan sana.
Sedangkan dibelakang petugas pmr berlalu-lalang membopoh siswi yang sakit.Saat amanat sudah dimulai tiba-tiba pembina upacara memberhentikan ucapanya dan mempersilakan siswa siswi yang telat untuk berdiri di depan yang sebelum nya sudah di foto satu persatu untuk dijadikan pajangan di mading.
Itulah yang membuat lidya khawatir jika ia telat datang ke sekolah. Lidya tak mau jadi artis yang wajahnya terpampang jelas selama seminggu penuh. Bisa-bisa predikat siswi teladan yang lidya miliki dicoret oleh gurunya.
Setelah berdiri selama hampir 1 jam lamanya upacara telah dibubarkan. Semua murid berjalan meninggalkan lapangan yang mulai terik dan segera menuju kelas.adapula yang mampir dulu ke kantin.
" kok lu bisa kesiangan sih lid? " anita bertanya. pasalnya lidya sangat jarang kesiangan dan baru tadi anita melihat lidya telat.
" gara-gara kak rangga tuh dedek gabisa tidur sampe jam setengah 12 malem " jawab lidya manyun.
" wah jadi tu orang bener deketin lu ternyata "
Lidya mengedikan bahunya, ia sudah mempunyai prinsip bahwa ia tidak akan pacaran sebelum adanya ikatan halal. Ia akui pertahanan diri nya sedikit goyah saat rangga selalu menghubungi nya hanya sekedar menanyakan kabar yang nantinya merembet ke segala topik pembicaraan.
" kamu udh bikin puisi nit? "
Tanya lidya mengalihkan topik pembicaraan mereka tentang rangga." udah kok, ga berharap dapet nilai gede gua masalah ginian "
Lidya tertawa kecil membayangkan anita yang maju ke depan untuk membaca sebuah puisi. Karena lidya tau anita tidak pandai dalam menghayati puisi. Obrolan mereka terhenti saat sudah di pintu kelas.
--------
Pukul 09.00 bu Ani memasuki kelas XI Marketing 2 yang mana itu adalah kelas lidya.
Bu ani datang membawa buku absen dan menenteng tas di tangan kirinya." baiklah anak-anak keluarkan buku kalian, dan persiapkan untuk maju ke depan membacakan puisi hasil karya kalian. Ibu akan panggil berdasarkan absen "
" baik buu.. " ucap semua murid secara kompak.
" agam haerul..maju,bawa buku kamu " bu ani mulai mengabsen
Setelah 2 orang telah maju tadi,kini giliran anita yang membacakan puisinya.
Seperti dugaan lidya tadi pagi,pasti anita membaca puisi tanpa menghayati dan malah terkesan buru-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Untuk Lidya (Completed✔️)
Ficção Adolescente"Dya sekarang gasuka sama pelangi!" Ucapnya tak bisa dibantah. Namun pria didepannya ini hanya mengangkat sebelah alisnya kemudia bertanya sangat singkat. "kenapa?" Gadis itu mengembuskan nafas lelah "kalo sifat kakak dingin kayak gini,Dya harusnya...