empatpuluh | pingit

49 8 0
                                    

Tak terasa ujian nasional sudah 2 hari Lidya jalani. Terakhir, adalah pelajaran bahasa inggris favoritnya. Meskipun Lidya menyukai pelajaran ini tetap saja gugup melandanya.

Dimulai dari soal procedure text, passive voice hingga text report Lidya isi dengan teliti membuat lipatan dahinya semakin tercetak.

Dua jam berlalu akhirnya Lidya dapat bernafas lega. Semua soal telah dijawabnya meski ada beberapa yang membuatnya ragu.

"alhamdulillah..."

"ayo Lid kita keluar" ajak Anita.

"yok.."

"Izza..."

"Inul..." teriak Anita dan Lidya bersamaan setelah keluar dari ruang ujian.

"gimana?" tanya Lidya pada ketiga temannya.

"duh..puyeng gw, itu ngomong apaan coba mbak-mbaknya nya gw ga paham" keluh Husnul mendengar soal listening tadi.

"bener banget tuh Nul, gw juga gitu" Nita menyetujui ucapan Husnul.

"yang penting udah bebas, alhamdulillah..." Farizza menimpali.

"mending makan-makan yuk, merayakan kebebasan kita dari UN" ajak Husnul yang langsung diangguki kedua sahabatnya kecuali Lidya.

"yah..Dya gabisa.."

"yah..."

"yaudah gapapa, lo pulang aja Lid"

"kok-..." sergah Husnul namun langsung dicegah Farizza dengan menepuk pelan tangannya.

"beneran gapapa?" tanya Lidya memastikan.

"iya, sana pulang aja"

"oke..assalamualaikum semua"

"Waalaikumsallam..." jawab ketiganya kompak.

"kok lu nyuruh Lidya pulang sih Za?"

"iya lu, ga seru tau gaada si Lidi"

"lu pada emang ga inget? Lidya pasti lagi masa pingitan oon!"

"ooo...iya"

"yaudah yuk katanya mau makan"

"lets go...."

"ajak si Dinda suruh nyusul"

"siap!"

*****

"mamak....!!" teriak Lidya sambil menuruni tangga membuat seisi rumah beristigfar.

"kenapa sih dek"

"itu baju siapa yang ada di kamar adek?" tanyanya bingung. Melihat baju putih mengantung dikamarnya yang lebih mirip gaun.

"baju kamu lah!"

"tapi adek gapunya baju kayak gitu!"

"itu baju nikahan lo oon!" sarkas Hesti.

"teh...!" marah Laras mendengar kata tidak baik keluar dari mulutnya.

"ehh beneran?!" pekik Lidya kegirangan.

"pikun banget, lo yang milih dek masa iya lupa" cibir Hesti.

"hehe...kebagusan soalnya"

"kamu gaboleh keluar rumah sampai nikahan nanti ya" ucap Laras mengingatkan putri bungsunya.

"lama banget" keluhnya sambil mengerucutkan bibir.

"calon suami adek nanti ada yang ngambil gimana?"

"Hush kalo ngomong! Ucapan adalah doa dek"

"astagfirullah maaf mak..." ucapnya sambil menunduk.

Pelangi Untuk Lidya (Completed✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang