duapuluh satu | kado dari Adnan

54 10 0
                                    

Acara resepsi masih berjalan di rumah Lidya. Anita dan Husnul pun entah sudah makan berapa porsi nasi dan cemilan yang ada. Katanya 'rezeki gaboleh di sia-siain' harusnya memang begitu atau mereka yang seperti busung lapar.

"udah berapa piring?" tanya Farizza pada 2 gembul yang sedang melahap es doger.

"baru sepiring zaa" ucap Husnul.

"sepiring nasi, sepiring kue, sepiring buah dan terakhir segelas es doger hahaha" tambah Anita membuat teman-teman nya terbahak.

"ya allah lancarkan lah rezeki teh Hesti dan suami, juga mamak Laras yang makananya sudah disosor 2 bocah gendeng ini" ucap Dinda sembari mengadahkan tangannya layaknya sedang berdoa.

Ting!

Bunda Ayu
:bentar lagi bunda sampai.

"Dya ke depan dulu ya.." pamit Lidya pada teman-teman yang masih mengunyah makanan.
Gadis itu berjalan menuju bagian depan tenda untuk menjemput Ayu.

Disisi lain Adnan bersama ibunya menuju rumah Lidya."kok abang tau sih rumah Lidya?" Tanya Ayu penuh selidik.

"aa-anu bun, abang udah..udah minta alamatnya sama Lidya" pria itu merutuki dirinya mengapa ia jadi gugup dan langsung berangkat menuju lokasi tanpa bertanya pada bundanya. "jangan sampe bunda tau kalo anaknya udah pernah kesini" batin Adnan.

Selang beberapa menit Mobil mereka sudah sampai disebuah rumah dengan tenda putih dengan ramai orang didalamnya.

"bunda duluan aja,abang mau nyari tempat parkir yang kosong" usul Adnan sambil celingukan mencari parkiran.

"Assalamualaikum bunda.. " suara seorang gadis menyambut Ayu.sambil mengambil tangan wanita paruh baya itu untuk disalami.

"Waalaikumsallam,wah Lidya makin cantik aja!" puji Ayu tulus melihat penampilan Lidya yang memakai kebaya mocca namun tetap syar'i. Wajahnya pun dibalut makeup tipis namun begitu mempesona.

"Alhamdulillah,bunda sendiri aja?"

"sama Adnan,tapi lagi parkir mobilnya tadi" "itu Adnan" tunjuk Ayu pada pria yang mengenakan batik coklat berjalan menuju mereka.

"tolong ya,jantung Dya gausah loncat-loncat gini ya allah" batin Lidya melihat penampilan Adnan.gadis itu terseyum ramah pada Adnan.
Sebenarnya Adnan pun tak jauh beda dengan Lidya,ia memuji penampilan gadis didepannya hari ini begitu cantik meski hanya dalam hati.

"ah sampe lupa, ayo bunda masuk" ajak Lidya.

"mamak..!"Laras menoleh mendengar panggilan anaknya.

"ini bund--.."

"Ya allah mbak Laras" ucap bunda Ayu terkejut melihat wanita yang disebut 'mamak' oleh Lidya

"ini Ayu kan? Ihh ga nyangka banget ketemu disini "
Lidya dan Adnan memandang heran interaksi Antara 2 wanita didepannya ini. Ternyata mereka sudah saling kenal.

"Lidya,mamah kamu ini senior bunda pas kuliah dulu,bunda juga sering pesen catering mamah kamu buat arisan atau buat dikantor ayah Adnan" jelas Ayu yang membuat Lidya mengerjap-ngerjapkan matanya.

"mamak sama bunda Ayu ngobrol dulu ya dek, kamu temenin Anaknya sana" usir Laras yang membuat Lidya melirik Adnan sekilas.

"em-aanu..k-kak kesana aja yuk?" ajak Lidya sedikit gugup. Adnan hanya mengangguk.

"Kakak mau makan?"

"iya"singkat Adnan.ia memang belum makan dari bangun tidur.

"mau Dya ambilin?" Adnan menggeleng. Lidya menghela nafas,ia merasa bicara dengan patung.

Pelangi Untuk Lidya (Completed✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang