tigapuluh tujuh | maaf

42 9 0
                                    

Segera meninggalkan tempat ini adalah satu-satunya pikiran yang ada di kepala Lidya. Dengan sekuat tenaga ia menahan buliran bening yang sudah siap meluncur bebas di pipinya.

Mengapa hatinya terasa begitu sesak melihat Adnan yang dipeluk seorang wanita yang cantik molek, bahkan Lidya merasa semakin rendah saja dihadapannya.

Buliran air matanya sudah terlanjur jatuh. Dengan kasar ia menyeka air matanya, sialnya malah bertambah banyak ditambah isakan kecil yang keluar dari mulut kecilnya.

"hiks.." Lidya terus berjalan keluar mall tanpa peduli arah yang ia tempuh akan berakhir dimana.

"Lidyaa..!" itu suara Adnan yang berusaha mengejarnya dengan tergesa-gesa.

Gadis itu berlari tanpa menoleh kanan kiri jalan, dan tanpa ia sadari juga sebuah motor melaju kencang kearahnya.

"LIDYA AWAS!!" teriak Adnan melihat motor itu semakin dekat dengan Lidya.

Sadar dari kekalutan pikirannya, Lidya melihat arah kanannya yang terdapat motor melaju kencang.

Tin! tin!

Brukkkk..!!!

"Akh.." Lidya memejamkan mata merasa kepalanya terbentur trotoar namun itu bukan ringisan dari Lidya melainkan..

"Kak Adnan!!!.." teriak Lidya melihat Adnan yang siku dan keningnya berlumuran darah. Tangis Lidya kian menjadi, setelah melihat keadaan Adnan yang sangat tidak baik.

"Kk-kak.. Maaf,hiks..kak! Bb-bangun hiks.."

"Tolong...!!! Hiks.." teriak Lidya berusaha mencari pertolongan.

"Lid..ya..Mm-maaf.." ucap Adnan Lirih ditengah luka disekujur wajah dan tangannya.

"Enggak hiks..! Maafin Dya.. Hiks.." Lidya menggeleng tegas dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.

"j-jangan..Nangis.." Namun Lidya tetap menangis bahkan semakin deras air matanya.

Tak lama ambulans datang usai ditelpon oleh beberapa warga yang menyaksikan kejadian tersebut.

"kakak gaboleh tutup mata hiks..!" ucap Lidya setelah ia menaiki ambulans. Bahkan tangannya tanpa sadar menggenggam tangan Adnan membuat pria itu terseyum ditengah ngilu yang ia rasa.

Gadis itu terus beristigfar melafalkan segala pujian dan dzikir berharap pria yang sedang berbaring didepannya tetap terjaga.

Setelah 10 menit perjalanan, akhirnya ambulans sampai. Dengan segera petugas membawa Adnan menuju UGD.

"maaf mbak tunggu disini" ucap suster yang siap membawa Adnan kedalam ruang operasi. Tangis Lidya kembali terdengar pilu. Ia merutuki dirinya yang berjalan tanpa melihat sekitar hingga kejadian ini menimpa Adnan.

Adzan dzuhur berkumandang, mengehentikan isak tangis Lidya. Ia bergegas menuju mushalla rumah sakit dengan baju yang terdapat bercak darah. Apapun keadaan nya, ia harus selalu menghadap sang pencipta. Ia juga akan meminta kesembuhan bagi Adnan yang kini sedang berada di ruang operasi.

Lidya kembali menangis saat berdoa, saat ini taada yang penting selain keselamatan Adnan. Selama 10 menit ia bersimpuh, gadis itu kembali menuju ruang operasi.

Gadis itu lupa menghubungi Ayu tentang kejadian ini. Ia langsung mencari handphone nya kemudian mendial nomor bunda Ayu dengan gemetar.

"hallo..assalamualaikum, kenapa nak?"

"wa-Waalaikumsallam, Bunda..hiks.."

"kamu kenapa? Adnan nakalin kamu? Bilang sama bunda" terdengar nada khawatir dari Ayu diseberang sana.

Pelangi Untuk Lidya (Completed✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang