tigapuluh sembilan | sekutu

42 7 0
                                    

Memikirkan hukuman dari Adnan yang terlampau banyak, Lidya jadi pusing sendiri.

Ia jadi menyesal telah mengiyakan perkataan Adnan yang ternyata cukup menguras waktu belajar nya.

"duh gimana dong" saat ini gadis itu berada di kamarnya. Ia baru teringat banyak nya materi yang harus ia pelajari.

Sebuah ide brilian muncul di otaknya.
Ia baru sadar bahwa dirinya mempunyai sekutu. Yaitu Ayu, bundanya Adnan sendiri.

Tak menunggu lama ia langsung menghubungi Ayu, yang tak disangka langsung diangkat oleh wanita paruh baya itu.

"halo,assalamualaikum bunda"

"Waalaikumsallam, ada apa sayang?"

"bunda... Hmm, Dya boleh minta tolong ngga.."

"boleh dong, minta tolong apa?"

"ng..itu tolong Bilangin ke kak Adnan hukuman Dya kurangi" cicitnya.

"hukuman? Kamu dihukum apa nak?"

"ah itu..hmm suruh dateng ke rs setiap hari, nelpon kak Adnan tiap malem sama terakhir suruh ngecek keuangan cafe bunda" Lidya menjelaskan dengan hati-hati, karena Ayu juga belum tentu berpihak padanya. Gadis itu menunggu dengan was-was jawaban dari Ayu.

"astagfirullah itu anak! Yaudah nanti bunda bilang, kamu tenang aja"

"mhh..bun sebenernya Dya bisa aja cuman kalo tiap hari, Dya kan ada jadwal bimbel sama belajar malemnya"

"pokoknya kamu tenang aja, bunda malah takut nanti mantu bunda kecapean trus sakit bunda gamau"

"iya hehe.. Kalo gitu makasih ya bun, a-anu bunda jangan marahin kak Adnan juga kasian masih lemes" ucapnya sedikit khawatir.

"bunda ga janji, ini bunda juga lagi di jalan mau ke rumah sakit" Lidya menggigit bibir bawahnya, ia jadi takut Adnan semakin marah karena ia bersekutu dengan Ayu.

"yaudah deh bun makasih banyakk yah, Dya tutup assalamualaikum.."

"iya sayang, Waalaikumsallam.."

Tut.. Tut..

******

"bang,kamu kasih hukuman apa ke mantu bunda?" tanya Ayu sambil mengupas apel.

"ohh itu... Eh bunda tau d-..."

"kamu kasih hukuman apa hm?" Adnan masih bungkam hingga Ayu kembali bersuara. "abang fikir ga sih, kalo Lidya itu lagi sibuk buat ujian?"

"tiap pulang sekolah dia bimbel, malemnya belajar lagi kalo abang nyuruh dia sebanyak itu Bisa-bisa mantu bunda jadi anemia pas jadi manten!"

Adnan kembali bungkam, ia tak memikirkan jauh kesana. Perkataan Ayu benar. Adnan begini pun memang sudah takdirnya bukan salah Lidya. Namun pria itu malah mengambil untung dari kejadian ini.

"bunda gamau tau, abang harus batalin hukumannya biar cafe ada Bayu yang hadle"

"iya maaf.." cicitnya.

"maafnya ke mantu bunda!"

"iya nanti"

"awas kalo boong!"

Adnan mengambil ponselnya hendak menelpon Lidya. Taada jawaban hanya suara operator yang memberitahu bahwa nomornya tidak aktif.

Nanti malam saja ia menelpon Lidya, saat bundanya taada dan hanya ia yang ada sehingga dapat bebas berbicara.

******

"Za..jawaban nomor 3 essai halaman 15 apa?" tanya nya saat mengerjakan buku latihan soal matematika untuk UN.

Pelangi Untuk Lidya (Completed✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang