"Lagi apa dek?" tanya Laras melihat putri bungsunya sudah memainkan tepung saat jam masih menunjukkan pukul 8 pagi.
"bikin cireng mak"
"kenapa ga beli di mang Obet?"
"ini kak Adnan yang minta" kebingungan Laras terjawab sudah. Putrinya itu biasanya lebih memilih membeli cireng mang Obet yang berada di jalan raya dekat gapura kompleks. Lidya hanya membuat cireng jika mang Obet tidak jualan atau ingin memakan cireng original saja yang tanpa isi.
"nanti Adnan jemput kesini?" dijawab dengan anggukan oleh Lidya.
"nanti mamak minta cirengnya ya?"
"iya nanti Dya pisahin"
******
Adnan sedang bersiap di kamarnya, hari ini ia memakai kemeja marron yang sudah digulung hingga siku. Tubuhnya sudah harum dengan sabun dan sedikit semprotan parfum.
Sudah jam setengah 10. Ia harus segera berangkat menuju rumah Lidya.
"bik, bunda dimana?" tanya Adnan pada Art rumahnya saat sudah berada di ruang tamu.
"sudah berangkat dari jam 9 den, katanya aden suruh jemput non Lidya aja langsung,nyonya sudah ada di butik" jelasnya.
"ohh, makasih ya bik"
"iya den"
Adnan bergegas mengambil kunci mobilnya,meskipun pria itu lebih suka motor ia tidak mau terlalu dekat dengan Lidya karena belum sah.
"bismillah.." ucap Adnan saat mulai mengeluarkan mobil dari garasi rumah nya. 20 menit menyusuri jalanan akhirnya ia sampai di rumah Lidya.
"Huft.." pria itu menghela nafas sebentar, menormalkan debaran jantung nya yang sudah tak karuan padahal baru saja sampai di gerbang rumah calon mertuanya.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamualaikum.." beberapa saat menunggu akhirnya pintu terbuka, menampilkan gadis yang selama ini menghantui pikiran Adnan.
Senyum manis dan tulus menyambut Adnan yang masih berdiri didepan pintu.
"Waalaikumsallam.." jawab Lidya setelah membuka pintu, ia menatap sebentar Adnan yang terlalu.. Tampan hari ini. Ah sial jantung Lidya tak paham situasi. Mengapa harus bedebar hanya karena menatapnya sebentar.
"masuk dulu kak"
"mama ada?" tanya nya.
"lagi dibelakang"
"saya diluar aja"
"yaudah, Dya ambil tas dulu"
Adnan mengangguk membiarkan Lidya mengambil tasnya."ayo kak" ucap Lidya saat sudah mengambil tasnya.
"ngga pamit dulu?"
"udah kok, katanya berangkat aja, mamak lagi tanggung nyiram tanaman"
"yaudah yuk"
"eh,eh tunggu!" Adnan mengehentikan langkah nya kemudian menoleh kearah Lidya.
"nih cirengnya" dua kata satu kalimat namun mampu membuat senyum Adnan terbit.
"makasih.." Lidya hanya mengangguk.
"bunda kemana?" tanyanya saat sudah masuk mobil namun taada orang selain mereka berdua.
"udah duluan"
Mobil hitam Adnan mulai meninggalkan pekarangan rumah Lidya.
Sepanjang jalan taada yang memulai pembicaraan. Lidya melirik Adnan yang sedang berkendara, namun sebelah tangannya malah terulur mengambil sepotong cireng yang Lidya buat tadi pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Untuk Lidya (Completed✔️)
Ficção Adolescente"Dya sekarang gasuka sama pelangi!" Ucapnya tak bisa dibantah. Namun pria didepannya ini hanya mengangkat sebelah alisnya kemudia bertanya sangat singkat. "kenapa?" Gadis itu mengembuskan nafas lelah "kalo sifat kakak dingin kayak gini,Dya harusnya...