sebelas | gausah dibales

57 14 0
                                    


" cinta gua ga pantes buat cewek yang main kasar kek lo. Jangan pernah sentuh lidya dengan tangan kotor lo itu atau gua sendiri yang akan turun tangan!. "
Tunjuk Rohman pada Karin. Rahangnya sudah mengeras, ia muak dengan tingkah Karin yang sudah keterlaluan ini.

Mereka seperti nya salah tempat untuk beradu mulut. Pasalnya semua siswa menonton adegan bak telenovela itu.

Ada yang mulai berbisik-bisik sambil menatap Karin yang mereka anggap paling cantik di kelas nya hari ini malah main tangan akibat memperebutkan seorang pria.

" apa lo semua liatin gw hah?! " Karin berteriak di kelasnya menatap nyalang Murid-murid yang menonton nya tadi.

Ia berlari meninggalkan kelas dengan air mata yang sudah merembes mengalir di pipinya.
Masa bodoh dengan jam pelajaran yang akan dimulai. Karin hanya ingin menenangkan diri saat ini.

--------

Jam sudah menunjukan pukul 15.15 bel pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu.
Anita berjalan sendirian menuju masjid sekolahnya.

Saat sudah memasuki masjid dilihatnya Husnul, Farizza dan Dinda yang sedang mengobrol ria.

" kok sendirian? " tanya Husnul melihat hanya anita yang biasanya diikuti Lidya dibelakang nya.

" Lidya sakit, tadi pulang "

Temanya hanya mangut-mangut namun langsung kaget mendengar perkataan Anita selanjutnya.

" Lidya ditampar Karin sampe sudut bibirnya robek " ucap Anita sambil menunduk.

" APA..?! "
mereka kaget dan refleks berteriak di dalam masjid.

Anita menghela nafas panjang, padahal sengaja ia memelankan suaranya karena sadar ini dalam masjid.

" kok bisa sih? " ucap Farizza heran. Dinda dan Husnul mengangguk merasa penasaran.

" dia iri sama Lidya karena Rohman lebih milih Lidya "

" lah si mbaknya ngalen, perasaan mana bisa dipaksain" ucap Husnul gemas.

" untung cuman Lidya yang kena coba kalo lo juga kena?"
Ucap Dinda sedikit menyindir Anita.

Sekarang Anita sadar jika cintanya memang salah untuk saat ini. Apalagi kemarin ia sampai menangis tersedu-sedu hanya karena seorang pria.

" kalo mamak atau kakaknya tau bisa bahaya ini! " ucap Farizza panik.

" tadi gw udah beli masker buat nutupin bekas tamparannya kok, tapi keknya sekarang dia demam "

" mending jenguk sepulang sekolah yuk?? " ucap Dinda dengan semangat.

Ketiga orang dihadapannya ini mengangguk antusias mendengar ucapan Dinda.

--------

" kok bisa gini sih dek? " tanya Hesti pada adiknya yang sekarang malah demam. Yang ditanya hanya diam sambil melahap bubur yang telah Hesti beli di depan kompleks.

" itu maskernya buka aja! Emangnya ga sesak? " Lidya menggeleng tegas mendengar perintah Hesti. Gawat kalo sang kakak tau sudut bibir Lidya yang robek akibat belaian karin di toilet.

Saat inipun Lidya melahap bubur dengan membelakangi Hesti. Dengan alasan malu jika makan sambil diliatin.

" assalamualaikum..! " terdengar salam dari pintu masuk rumah. Lidya sudah familiar dengan suara itu. Mereka pasti keempat sahabatnya. Anita mungkin sudah mengatakan yang telah Lidya alami hari ini di sekolah.

" teteh buka pintu dulu, abisin buburnya! " Lidya hanya mengangguk lemah.

5 menit kemudian pintu kamar lidya terbuka menampilkan keempat teletubies berseragam smk.

Pelangi Untuk Lidya (Completed✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang