empatpuluh satu | our happines

56 8 0
                                    

Lidya duduk tak tenang, pasalnya dibawah sana Adnan sudah siap menjabat tangan Adrian--kakak pertama Lidya. Kakinya gemetar, tangannya terkepal dengan mulut berkomat-kamit merapalkan doa apapun yang terlintas dibenaknya.

"dek, bisa diem ga sih?! Nanti keringetan trus ga bagus lagi makeup nya gimana" marah Hesti melihat adiknya sedari tadi bergerak gelisah.

"Dya gugup teh, ngertiin napa sih!"

"terserah deh, pas pindah ke hotel nanti udah bau asem duluan lho"
Lidya mendelik, kakaknya tidak membantu dirinya untuk mengurangi gugup.

Resepsi memang diadakan di hotel yang telah dipesan keluarga Adnan. Rumah Lidyavhanya dipakai untuk acara ijab kabul. Tamu yang diundang pun tak banyak, hanya kerabat dekat saja karena bersifat tertutup.

Status Lidya yang baru saja melaksanakan UN membuat pihak keluarga tak mau terlalu mempublikasikan pernikahan putra-putri mereka.

Terdengar suara mc yang sudah memulai acara. Dimulai dari pembukaan, pembacaan ayat suci al-qur'an, hingga saat yang paling mendebarkan juga ditunggu-tunggu.

"wahai Adnan Rahman Athariq bin Thariq Ahmad, saya nikahkan engkau dengan adik saya Lidya Khalida Larasati binti almarhum Rasyid dengan maskawinnya seperangkat alat shalat dan 20 gram emas dibayar tunai!!"

"saya terima nikah dan kawinya Lidya Khalida Larasati binti almarhum Rasyid dengan maskawin tersebut tunai!!!" dengan lantang dan tegas Adnan mengucap ijab kabul membuat Lidya mematung selama beberapa detik.

"sah?"

"sah!!!" suara serempak Orang-orang membuyarkan keterkejutan Lidya. Bulir bening meluncur bebas di sudut matanya. Kini statusnya sudah menjadi Istri sah dari Adnan Rahman Athariq.

Hesti memeluk adiknya yang sudah menangis haru. Ibu hamil itu juga ikut menangis ditambah hormon kehamilanya membuat ia mudah terbawa suasana.

"teteh tinggal dulu yah, nanti Adnan jemput kamu" belum sempat Hesti mencapai daun pintu, Laras dengan senyum mengembang telah membukanya. Membuat tangis Lidya tak mampu dibendung lagi.

"mamak...maafin adek belum bisa jadi anak yang sholehah buat mamak, maafin adek banyak salah ke mamak"

"shutt! Gaboleh nangis, adek udah cantik gini masa nangis" ucap Laras mengelus bahu putrinya, "jadi istri yang sholehah ya..harus nurut sama suami"

Nasehat Laras langsung Lidya angguki hingga ibu dari tiga anak tersebut mencium pucuk kepala putri bungsunya. Putrinya yang paling manja juga paling ceria dan cerewet.

"udah yah, mamak sama teteh turun dulu. Nanti Adnan kesini bawa dokumen nikahnya buat di tandatangan" tambahnya yang mulai meninggalkan Lidya di kamarnya.

Lidya membersihkan sisa air matanya yang membasahi pipi. Suara pintu diketuk menghentikan aktivitas nya yang kemudian berjalan menuju pintu untuk membuka nya.

Kriettt

Saat pintu dibuka, Adnan sudah berdiri tegap dengan tuxedo hitam ditambah peci yang membuat Ketampanan nya naik sepersekian persen.

"m-masuk kak" ucap Lidya terbata namun Adnan masih diam. Lidya hendak berkata lagi namun terhenti karena Adnan mengangkat sebelah tangan nya ke ubun-ubun Lidya sambil merapalkan doa.

“Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih.”

Artinya: ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.

Pelangi Untuk Lidya (Completed✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang