Hari jadi minggu,minggu berkumpul jadi bulan. Lidya dan keempat sahabatnya terus disibukan oleh persiapan-persiapan ujian yang semakin dekat.
Bulan depan UN akan dilaksanakan. Mereka telah disibukan dengan berbagai simulasi,ujian praktek, bimbel dan segala macam kegiatan yang cukup menguras tenaga dan kesabaran.
Tak beda dengan Adnan yang sudah melaksanakan praktik kerja lapang ditambah dengan skripsi yang sudah mulai ia garap.
"Lid, lu kebagian sesi berapa?" tanya Izza. Mereka sedang bersantai menunggu adzan ashar berkumandang dipenjuru mushalla sekolah.
"Dya sama Nita dapet sesi 2"
"wah Husnul sama Izza juga sesi 2,paling kalian beda ruangan" Dinda menimpali.
"Dinda sesi berapa emang?" tanya Lidya.
"gw mah sesi 1,Pagi-pagi"
"wahaha nolep lu" ejek Husnul namun tak dipedulikan Dinda. Menurutnya meladeni Husnul hanya buang-buang waktu dan tenaga.
"duh, gw khawatir pas ujian listening bahasa inggris ini" risau Izza.
"gw juga mendadak tuli kalo bagian bahasa inggris, percuma pake earphone tetep aja jadi bolot" tambah Husnul dengan ekspresi berlebihan.
"iya loh gw juga, apa gw bawa penghapus yang udah dikasih ABC aja terus dikocok?" Anita bermonolog sambil menatap langit mushalla dengan jarinya yang mengetuk-ngetuk dagu.
"gausah kayak gitu,Nita kan duduk disamping Rohman, pasti semangat ngejainnya ya'kan?" goda Lidya.
"mana ada! Yang ada dia panas dingin deket si komeng hahaha" sanggah Husnul membuat semua terbahak kecuali Anita yang tangannya sudah mengudara hendak menerjang kepala Husnul.
"berisik ogeb!ini rumah Allah" marah Nita namun mereka masih tertawa dengan volume lebih rendah.
.
.
.
"assalamualaikum.." salam Lidya saat memasuki rumahnya."Waalaikumsallam.." Laras memberikan tangannya yang langsung disambut Lidya untuk disalami.
"udah shalat?"
"udah kok mak"
"makan gih"
"nanti aja,Dede belum laper"
"nanti Sabtu kamu pergi ke butik ya, sama Adnan"
"ngapain mak?" tanya Lidya heran.
"fitting baju"
"ohh, cuman berdua?"
"nanti ditemenin bunda Ayu"
"yaudah"
"hmm..mamak" panggil Lidya.
"kenapa?"
"nanti cateringnya dari mamak?" tanyanya penasaran.
"iya, kamu tenang aja gausah banyak mikirin persiapannya udah ada mamak sama bunda Ayu yang urus, oke?" jelas Laras sambil mengelus kepala anak gadisnya.
"oke, Dya mau mandi dulu"
Laras menatap putri bungsunya yang berlalu menuju kamarnya.
Ia tak menyangka bahwa Lidya yang manja pada dirinya dan almarhum suaminya dulu sudah besar akan segera meninggalkan dirinya dan rumah yang telah ditinggali mereka selama belasan tahun.Wanita yang sudah berumur separuh abad lebih itu menyeka bulir bening yang jatuh secara tiba-tiba saat mengingat kebersamaan keluarga mereka yang dulu masih lengkap.
******
"bang!"
"kenapa bun?"
"lusa abang kuliah ga?" tanya ayu pada Adnan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Untuk Lidya (Completed✔️)
Novela Juvenil"Dya sekarang gasuka sama pelangi!" Ucapnya tak bisa dibantah. Namun pria didepannya ini hanya mengangkat sebelah alisnya kemudia bertanya sangat singkat. "kenapa?" Gadis itu mengembuskan nafas lelah "kalo sifat kakak dingin kayak gini,Dya harusnya...