Flashback
Yardan menemui Adhit di sebuah cafe tempat mereka sering nongkrong. Sebenarnya ia sedang sibuk mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan minggu depan, tapi dipaksa Adhit untuk segera datang. Ada hal penting yang katanya tak bisa dibicarakan via telepon. Mereka harus berjumpa.
"Woy bro! Tumben banget kamu cuman ngajak saya. Biasanya kan kita berempat," ucapnya setelah tiba.
"Aku mau cerita."
"Curhat soal Ayesha? Udah sih, tembak aja kalau emang suka gak bakal ditolak pasti."
"Aku tahu, Yesha udah sayang banget sama aku dan aku lebih sayang dia, Yar."
"Lalu?"
"Aku mau kamu jagain Yesha."
"Saya? Gak gak gak! Kamu mau saya mati suruh jagain singa betina kayak dia. Garang Dhit, gak mau saya."
"Yardan, aku sebenarnya bingung kalian kenapa musuhan begini sih?"
"Silahkan tanya sama Ayeshamu. Dia yang selalu cari gara-gara, keras kepala dan selalu mau menang sendiri."
"Kalian berdua gak ada bedanya kalau kulihat." Yardan terdiam tak tahu lagi harus membalas apa.
"Yardan, kali ini aku minta tolong banget. Aku gak percaya orang lain selain kamu. Kita pernah memulai pertengkaran dengan Reza dan teman-temannya, aku takut mereka masih menyimpan dendam."
"Lalu mengapa saya yang harus menjaga Ayesha? Mengapa bukan kamu saja?"
"Karena aku gak bisa."
"Alasannya?"
"Aku harus pindah ke Jakarta Yardan. Semua berkasnya sudah diurus papaku. Besok mungkin aku gak bisa berangkat bersama Ayesha. Aku titip dia yah," jawabnya pelan.
"Dhit, kok mendadak begini? Kamu juga tidak cerita pada mereka berdua?"
Adhit menggeleng, sebenarnya dia juga bingung harus bertindak bagaimana. Ia takut jika mengatakan yang sebenarnya ia malah tak tega untuk pergi.
"Gak ada pilihan lain Yardan. Jangan beritahu mereka dulu sebelum aku sampai di Jakarta. Aku tahu Yesha pasti kecewa."
***
Kepalaku terbentur keras saat mobil yang dikemudi Yardan tiba-tiba berhenti secara mendadak. Fazaira di depan juga mengaduh kesakitan. Yardan hampir saja menabrak seorang pejalan kaki. Jelas sekali ia menyetir sambil melamun.
"Yang bener dong kalau nyetir!" ucapku refleks.
"Iya maaf-maaf."
"Fokus Yardan, fokus!" ucapku masih mengomel.
"Iya, Yesha saya kan udah minta maaf," balasnya dengan nada kesal.
"Stop-stop! Duh, kalian berantem lagi. Udah dong," Fazaira ikut bersuara. Aku memilih diam sembari mengelus kepalaku yang rasanya nyut-nyutan. Berdebat dengan Yardan pasti tak ada habisnya.
Sesampainya di sekolah aku menemui Didi, meminta penjelasan tentang Adhit yang mungkin dia tahu, tapi kawanku yang satu itu tidak mau mengatakan apa-apa. Mengapa semua orang bungkam ketika kutanya perihal Adhit. Ulang tahunku masih lama, apa Adhit sudah mau memberi kejutan secepat ini.
"Di, please kasi tahu aku dimana Adhit."
"Sumpah demi apapun, Sha. Aku gak tahu."
"Aku traktir di kantin deh," tawarku.

KAMU SEDANG MEMBACA
R A S A
Fiksi RemajaKisah ini tentang Ayesha, si gadis penyuka sepi namun juga bukan pembenci ramai. Bersama sahabat-sahabatnya kisah SMA dilaluinya dengan banyak cerita. Prinsipnya laki-laki idaman itu yang seperti ayah, humoris dan romantis. Jadi, jangan heran jika a...