Part 27

75 9 0
                                    

Fazaira

Hai, namaku Fazaira, tapi kamu bisa memanggilku Ra saja jangan seperti Adhit yang selalu memanggilku Faza. Aku tidak suka, itu tidak terdengar keren. Aku sahabat Ayesha sejak kecil dan menjadi sahabat Adhit dan Yardan juga sejak masuk SMA. Mungkin Ayesha sudah menceritakannya, aku jatuh cinta pada Yardan sejak pandangan pertama, tapi Yardan memintaku untuk menjadi adiknya saja. Sampai akhirnya aku terlanjur nyaman menjadi adiknya lalu berhenti bercita-cita untuk menjadi pacarnya dan kau tahu rasaku tiba-tiba berbeda pada Adhit. Aku juga tidak tahu rasa itu sebenarnya datang darimana mengapa selalu tiba-tiba dan tidak terencana. Jika ditanya apakah aku ingin mencitai Adhit jawabanya Tidak! Dia menyebalkan, tapi aku tidak bisa membohongi hatiku. Aku jatuh padanya entah sejak kapan. Saat Adhit pergi aku sangat merasa kehilangan, seharian mengurung diri di kamar dan mengingat tentangnya membuat aku merasa bahwa aku benar-benar mencintainya.

Aku tidak pernah berani mengatakan hal ini pada Ayesha, sebab aku pikir dia juga mencintai Adhit. Maksudku, mereka saling mencintai. Gengsiku yang teramat tinggi membuat aku tidak mudah mengutarakan rasaku seperti apa yang kulakukan pada Yardan dulu. Aku takut, Adhit malah mengejekku dan menertawaiku habis-habisan.

Saat Adhit pergi, Ayesha juga sangat kehilangan mungkin karena Adhit pergi tanpa pamit padanya. Sahabatku itu sudah seperti mayat berjalan beberapa hari, benar-benar tak terlihat ada semangat hidupnya. Namun, beberapa hari berikutnya dia kembali ceria, tapi ada yang membuatku tak suka. Ia sedang dekat dengan Arbian. Yang kutahu, Arbian adalah salah satu anggota geng Reza yang sangat menyebalkan. Aku sudah berulang kali memperingati Ayesha tentang Arbian yang tak akan membuatnya aman tapi, dia terlalu keras kepala.

Di hari minggu aku berkunjung ke rumah Ayesha seperti biasa, tapi kata bunda Ayesha sedang pergi ke taman. Biasanya ia hanya berkunjung ke sana bersama Adhit, kali ini mungkin sendiri. Aku dipersilahkan bunda masuk ke kamarnya saja dan aku dibuat terkejut dengan tumpukan bunga di atas meja. Aku tersenyum membaca tulisan-tulisan singkat yang ada di secarik kertas di setiap tangkainya sampai aku menyadari tulisan itu tak asing bagiku. Itu mirip tulisan di buku tugasku yang dikerjakan Yardan. Apa yang terjadi antara Ayesha dan Yardan, apa mereka menjalin sesuatu tanpa kuketahui.

Aku mendengar Ayesha sudah datang, kuintip dari balik jendela dan kulihat orang yang bersamanya. Laki-laki itu lagi, mengapa Ayesha tidak mau mendengarkanku. Aku buru-buru ke bawah untuk menyambutnya di pintu. Dia terlihat ceria sekali sehabis berhari minggu bersama Arbian. Bukan Ayesha jika tidak pernah melawan dan mempertahankan apa yang diyakininya. Seribu kalipun kuperingati jika Arbian belum benar-benar menyakitinya mungkin dia akan tetap begitu. Yah, sudahlah. Tulisan-tulisan Yardan di tangkai bunga-bunga itu lebih membuatku penasaran, tapi kata Ayesha itu dari Arbian. Bagaimana mungkin tulisan mereka bisa sekembar itu.

Pagi saat di sekolah aku berniat menanyakan hal ini pada Yardan, mungkin saja Ayesha keliru jika mengatakan apa yang kulihat di meja kamarnya itu diberikan oleh Arbian. Tulisan itu jelas-jelas tulisan Yardan. Aku tak mungkin salah. Namun, belum sempat aku menanyakan seorang teman menghampiri kami memberitahukan sesuatu yang membuat jantungku tiba-tiba memompa cepat. Panik. Ayesha sedang melakukan hal nekat.

Aku berteriak histeris saat menyaksikan sahabatku sudah ada di atas sana. Aku ingin berlari, menyelamatkannya, tapi tak tahu bagaimana caranya. Kulihat Yardan sudah pergi, entah ingin kemana. Aku mau mengikuti, tapi Didi menahanku.

"Mau ngapain? Gak usah ikutan deh! Doain aja semoga Yardan bisa turun bareng Yesha dengan selamat!" bentaknya padaku yang rasanya sudah kehilangan arah. Aku mau memberitahu bunda, tapi takut bunda akan lebih panik.

Aku menangis tak henti-hentinya berteriak keras dari bawah, apalagi ketika kulihat Ayesha sudah bergelantungan sebab kakinya yang mungkin salah berpijak. Semoga Yardan bisa menyelamatkan Ayesha. Kulihat Yardan menjulurkan tangannya untuk digenggam oleh Ayesha namun, gadis itu masih saja tidak menerimanya. Ayesha, jangan keras kepala di saat seperti ini! Tak lama, ia menerima uluran tangan Yardan. Aku mengelus dada legah saat menyaksikan dua sahabatku sudah berdiri di sana dengan selamat. Tapi, tiba-tiba Yardan terjatuh.

"YARDAN!!!!!" pekikku keras saat menyaksikan Yardan terkapar di depanku dengan darah yang mulai memenuhi kepalanya. Yardan terjatuh dari ketinggian.

***

R A S ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang