Flashback
Setelah bertanya tentang Adhit Ayesha sudah tak ada suara lagi. Bunda naik ke kamarnya hendak menanyakan dia yang tadi katanya mau ke rumah nenek. Bunda mau memintanya sekalian membawakan kolak yang baru saja dibuat bunda, tapi ternyata gadis itu sudah terlelap. Mungkin Ayesha kecapean belajar sampai sangat sore, pikir bunda. Wanitu yang sangat menyayangi Ayesha itu hanya menghampirinya, menarik selimut hingga menutupi tubuh sampai dadanya dan mengecup keningnya singkat kemudian keluar sembari menutup pintu.
Karena Ayesha sudah tertidur, kolak yang hendak diberikan untuk nenek dan Adhit diantarkan oleh bunda sendiri. Rumah nenek dan rumah Ayesha sangat dekat, dua bangunan megah itu tepat sekali berhadapan. Tak sampai lima menit bunda sudah sampai di depan pintu rumah nenek. Baru saja bunda ingin mengetuk pintu putih itu namun, suara dari dalam membuatnya mengurungkan niatnya.
"Ma, Adhit harus saya bawa dulu. Rita sangat merindukannya ma."
"Mengapa tak meminta dia saja yang datang ke Bandung. Tak perlu membawanya pindah."
"Setiap pekan Rita harus kontrol ma, sekarang juga dia dirawat jalan."
"Mama cuman tidak mau cucu mama kalian telantarkan. Sudah cukup, bertahun-tahun kalian dijadikan budak oleh pekerjaan kalian dan lupa kalau kalian punya anak yang juga membutuhkan kalian."
"Ma, kami bekerja juga untuk masa depan dia yang lebih baik kok."
"Masa depan apa? Anak kalian hanya butuh kasih sayang kalian bukan kasih sayang pengasuh bayarannya."
"Cukup ma, saya rasa saya juga punya hak atas anak saya sendiri. Tanpa atau dengan persetujuan mama, Adhit tetap saya bawah pindah ke Jakarta. Mama tenang saja, semuanya saya yang urus."
Mendengar perdebatan yang terjadi di dalam, bunda mengetuk pintu.
"Assalamu'alaikum."
Nenek membuka pintu, ekspresinya yang tadi sepertinya kesal berubah berganti senyum ramah.
"Eh, masuk-masuk." bunda masuk, dengan ramah menyapa Pak Rahadi yang juga tersenyum ramah padanya.
"Ini Papanya Adhit, baru datang dari Jakarta," ucap nenek memperkenalkan Pak Rahadi pada bunda.
"Maaf, tadi saya dengar Adhit mau pindah ke Jakarta?" tanya bunda memulai obrolan. Nenek hanya terdiam tapi, Pak Rahadi mengangguk mantap sebagai jawaban.
"Iya, teh. Rencananya saya mau bawah dia pindah."
"Tapi kenapa harus pindah atuh? Sekolahnya sebentar lagi selesai loh."
"Di Jakarta dia bisa lanjut sekolahnya teh. Di sana juga teman-temannya bisa lebih bagus. Anak-anak di sini sepertinya tidak memberi pengaruh baik pada Adhit."
Bunda terdiam.
"Rahadi, cucu mama punya banyak teman yang baik di sini. Kamu jangan menyimpulkan yang tidak-tidak!" bentak nenek.
Bunda yang sebenarnya tiba-tiba merasa tak enak tetap tersenyum.
"Eh iya, ini saya bawa kolak. Habis masak banyak tadi."
"Oh, terima kasih banyak yah."
"Iya tante, sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu. Ayesha sudah tidur kasihan sendiri. Mari tante, mari pak," pamitnya.
***
Aku ikut terdiam melihat bunda yang tiba-tiba melamun.
"Bunda?"

KAMU SEDANG MEMBACA
R A S A
Teen FictionKisah ini tentang Ayesha, si gadis penyuka sepi namun juga bukan pembenci ramai. Bersama sahabat-sahabatnya kisah SMA dilaluinya dengan banyak cerita. Prinsipnya laki-laki idaman itu yang seperti ayah, humoris dan romantis. Jadi, jangan heran jika a...