Flashback
"Aku harus pindah ke Jakarta Yardan. Semua berkasnya sudah diurus papaku. Besok mungkin aku gak bisa berangkat bersama Ayesha. Aku titip dia yah," jawabnya pelan.
"Dhit, kok mendadak begini? Kamu juga tidak cerita pada mereka berdua?"
Adhit menggeleng, sebenarnya dia juga bingung harus bertindak bagaimana. Ia takut jika mengatakan yang sebenarnya ia malah tak tega untuk pergi.
"Gak ada pilihan lain Yardan. Jangan beritahu mereka dulu sebelum aku sampai di Jakarta. Aku tahu mereka pasti kecewa."
"Bagaimana kalau sekarang aku tahu?" Fazaira yang tiba-tiba berdiri di sana membuat Yardan dan Adhit terkejut. Ia mendekat dengan mata yang berkaca-kaca.
"Faza?" ucap Adhit lirih.
"Mengapa harus pindah?" tanyanya dengan nada yang bergetar menahan diri agar tak menangis.
"Mau membuatmu rindu," ucapnya diikuti senyum usil.
"Adhit jangan bercanda!" bentaknya sembari memukul lengan Adhit keras. Adhit menoleh menatap Yardan yang juga masih berdiri di sana seolah meminta persetujuan padanya, entah persetujuan untuk apa, tapi Yardan mengangguk saja.
"Maaf, selalu membuatmu kesal Faza," ucapnya lembut sembari menggenggam tangan sahabatnya. Fazaira sudah tak bisa menahan air matanya lagi. Ia memang selalu dibuat kesal oleh manusia di hadapannya itu, jika ia pergi bukannya itu bagus. Hidupnya akan lebih tenang, tapi dia tak rela.
"Adhit, ini tidak lucu."
"Aku memang tidak sedang bercanda. Jadi, aku tidak memaksamu untuk tertawa."
"Makanan dari fansmu tak akan ada lagi. Kamu mau buat aku kelaparan?"
"Bawa bekal dari rumah. Biar nanti Yardan yang mengingatkan. Jangan membentak adik kelas jika datang mencariku katakan saja aku sedang pergi untuk membuat kalian semua rindu."
"Kamu jahat!"
"Bukannya selalu begitu. Menurutmu kan aku selalu jahat."
Fazaira menggeleng cepat. "Tidak!"
Adhit tersenyum tulus. Rasanya tak tega melihat sahabatnya sesedih ini. Bagaimana dengan Ayesha. Ia bahkan tak bisa menebak bagaimana perasaan gadis itu. Adhit menghapus air mata Fazaira, sahabat yang selalu diusilinya itu menangis karena akan kehilangan dirinya.
"Bagaimana dengan Ayesha?"tanya Fazaira pelan.
Adhit buru-buru membuang pandangan, ia tak boleh terlihat lemah di hadapan sahabat-sahabatnya ini karena melihatnya ikut menangis.
"Bagaimana dengan Ayesha Adhit?" tanyanya sekali lagi.
Adhit menggeleng, "Jangan beritahu dia, Faza."
"Kenapa? Dia pasti sedih banget kalau kamu tiba-tiba hilang."
"Aku takut, langkahku tidak mau beranjak jika melihat wajahnya bersedih."
***
Aku marah, pada semua orang. Pada Adhit, Fazaira, Yardan dan juga bunda. Mereka bersekutu untuk menyembunyikan perihal kepindahan Adhit yang tiba-tiba. Sore ini aku pulang dengan perasaan tidak terima. Waktu jahat, merebut sumber bahagiaku untuk yang kesekian kalinya dan semesta tak mau mendukung lagi, ia hanya melihatku dengan marah karena mataku tak bisa dibujuk untuk tidak menangis. Meskipun Fazaira memaksaku untuk mengantar pulang bersama Yardan, tapi aku menolak.
![](https://img.wattpad.com/cover/220255805-288-k565001.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
R A S A
Teen FictionKisah ini tentang Ayesha, si gadis penyuka sepi namun juga bukan pembenci ramai. Bersama sahabat-sahabatnya kisah SMA dilaluinya dengan banyak cerita. Prinsipnya laki-laki idaman itu yang seperti ayah, humoris dan romantis. Jadi, jangan heran jika a...