#10. Inggris

15K 1K 13
                                    

"Lagi-lagi aku bertanya ada apa dengan diriku. Kenapa tubuh ini begitu banyak melakukan hal luar biasa untukmu?"

~Carnation~

***


Guys, seberapa minat kalian buat beli CARNATION versi cetak?

Kalau emang gak ada peminatnya, aku usahain bakal batalin CARNATION versi cetak.

Jujur, ini pertama kalinya selama aku hidup 17 tahun, aku merasa insecure, gak percaya diri, ovt.

Aku mikirin, gimana nasib aku? Gimana nasib pihak publisher nanti kalau nyatanya penjualanan CARNATION gak sesuai ekspektasi?

Jujur, selama revisi naskah ini, aku jadi lebih sering stress, penyakitku sering kambuh, gak cuma itu, cedera jempolku juga kambuh. Pengorbanan aku buat CARNATION memang sebesar dan seberat itu, baik untuk my self, kalian dan pihak penerbit.

Jadi, aku mohon respon kalian. Seberapa antusias kalian nyambut CARNATION versi cetak? Seberapa gak sabarnya kalian peluk CARNATION?

***
"Rafa ke mana?" Pertanyaan itu berasal dari Moza.

Saat ini, setelah upacara selesai mereka yang dekat entah sejak kapan, sudah duduk manis di kantin dengan santapannya masing-masing.

Moza bertanya demikian karena ia tak melihat sosok Rafa sedari tadi, bahkan saat upacara.

"Rafa lagi ada jadwal flight," jawab Radit.

"Gue kira ya, maksud 'flight' Rafa dulu, dia tuh pergi gitu ikut bonyok perjalanan bisnis. Eh, taunya jadi pilot beneran, deng," oceh Silvi.

"Itu beda lagi dong itu kepentingan bisnis. Lagian, Rafa jarang ikut perjalanan bisnis. Dia kan punya urusan bisnisnya sendiri,"

"Iya, sih. Omong-omong, si Rafa flight tujuan ke mana?"

"Kaget ntar kalo tau tujuan flight Rafa,"

"Ke mana emang?"

"Ke Malaysia dulu, habis itu ke Inggris,"

"WHAT?! SERIUOSLY?!" Bener kan yang dibilang sama Ersa, mereka pasti kaget berjamaah.

"Serius lah. Udah biasa sih sampai luar negeri dan sekalinya flight pasti berjam-jam atau bahkan berhari-hari,"

"Paling jauh flight ke mana?"

"Lupa gue. Tapi dia lumayan sering sih keluar negeri,"

"Seharusnya Rafa menikmati masa mudanya, main bareng gitu contohnya,"

Radit menggeleng, "Rafa menikmati masanya dengan cara dia sendiri. Lagian bonyoknya, keluarga, kasih semua yang Rafa mau. Memenuhi keinginan dan kebutuhan Rafa. Cuma Rafa aja yang emang otaknya agak beda,"

"Skip deh, ghibah mulu dari tadi," Moza mulai jengah dengan pembicaraan mereka.

"Cincin siapa tuh, Han? Kayak cincin married," Silvi bertanya saat netranya melihat cincin melingkar manis di jari sahabatnya.

"See?! Gue buktiin ucapan gue. Jihan sama gue udah tunangan," Ersa menunjukkan jarinya yang juga dilingkari cincin, cincin yang sama seperti milik Jihan.

"SUMPAH DEMI APA?!" Lagi, mereka dibuat kaget berjamaah. Senin ini memang membuat mereka terkejut bukan main dengan kejutannya.

Ersa terkekeh dan mengangguk yakin, "Semalam, sebelum Rafa flight, gue bawa bonyok juga Rafa ke rumah Jihan," jelas Ersa dengan bangganya.

"Lo kok gak bilang kita sih, Han?!" Protes Silvi.

Jihan terkekeh malu dengan wajahnya yang bersemu, "Gue gak tau bilangnya gimana. Lagian Ersa datang gak bilang-bilang. Sorry guys,"

CarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang