"Aku masih bertanya-tanya, kenapa aku harus menerima tawaranmu?"
~Carnation~
***
Jam makan malam. Moza, Ana dan Ken duduk bersama di meja makan. Mereka bersiap untuk makan.
Banyak makanan yang terhidang di atas meja. Mulai dari ikan, ayam, daging, hampir semuanya. Maklum, orang kaya. Tapi mereka masak sebanyak itu bukan untuk mereka saja, melainkan juga para maid yang sudah disisihkan bagiannya.
"Ma, Moza minta makan malamnya, ya? Buat temen Moza,"
"Temen siapa? Temen apa temen?" Ken menatap adiknya menggoda.
"Temen ish!"
"Iya boleh. Masih banyak juga,"
Moza tersenyum senang dan segera ke dapur, meminta maid menyiapkannya.
"Ma, Moza juga makan malam sama temen. Assalamu'alaikum," Moza kembali dengan serantang makanan.
"Wa'alaikumussalam," Ana dan Ken menatap kepergian Moza sambil menggeleng. Gadis mereka itu memang dibebaskan untuk keluar rumah, karena mereka tahu, Moza mampu menjaga dirinya.
Moza kembali membawa mobil Rafa untuk menemui pemiliknya. Moza membawa lajunya lumayan kencang karena takut Rafa menunggu lama.
Meski sendiri, di mobil mewah itu tak terasa sepi karena Moza menghidupkan musik dan ikut menyanyi.
Tak butuh lama untuk sampai di kantor Rafa. Moza dengan santainya memarkirkan mobil mewah itu di depan pintu masuk.
Tak ada yang berani menegur, pihak keamanan tahu kalau mobil itu milik Rafa meski yang keluar bukan Rafa.
"Pak, tolong parkirin, ya! Saya gak tau parkiran petinggi," Moza memberikan kunci mobilnya pada security.
"Baik, Nona,"
"Kuncinya langsung antar ke ruangan Rafa!" Moza kembali bertitah dan melenggang begitu saja sambil tersenyum manis.
"Siapa itu? Kok bisa bawa mobil Tuan Muda?" Si penerima kunci mobil bertanya pada temannya.
"Mana saya tau. Pacarnya kali. Udah buruan parkirin!"
***
Moza berjalan dengan anggun, mengabaikan tatapan heran dari para pekerja yang mungkin saja bersiap untuk lembur.
Kakinya yang tak terlalu panjang itu melangkah menuju resepsionis.
Tak banyak drama, sang resepsionis langsung menunjukkan ruangan Rafa.
"Ada yang bisa dibantu?" Moza mendapatkan pertanyaan itu saat mendekati ruangan Rafa. Moza yakin, pria dewasa itu adalah sekretaris Rafa.
"Ada perlu sama Rafa. Udah buat janji tadi,"
Sang sekretaris menganguk, "Silakan, Nona. Tapi, lima menit lagi Tuan muda akan kedatangan tamu,"
Moza mengangguk dan langsung masuk ke ruangan Rafa tanpa mengetuknya.
Rafa yang terpejam. Itulah yang menyambut kedatangan Moza. Pria itu terpejam di kursi kebesarannya. Gurat lelah kentara di wajah tampan dan tegasnya.
"Rafa," Moza memanggil sambil melangkah mendekat.
"Ck, kebo!" Gerutu Moza saat Rafa tak bereaksi.
Setelah meletakkan rantang bawaannya di meja, Moza langsung berpindah ke sisi Rafa berada.
Tanpa perasaan, Moza memutar-mutar kursi itu dengan kencang, "RAFA BANGUN!!" Tak lupa dengan suara pekikan.
"Pusing, Za," Rafa langsung terbangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carnation
Teen FictionJudul Awal : Cinta Afa & Oja KARYA 2 Carnation, itulah bunga yang pantas untuk melambangkan kisah mereka. Dipertemukan dan dipisahkan dalam sekejap. Meninggalkan sebuah janji yang maknanya bukan main-main. Berpisah dan berjanji untuk kembali bertemu...