"Aku tahu, aku memang tidak sepenting itu. Tapi aku tidak tahu, kalau aku akan diperlakukan seperti ini."
~Carnation~
***
Hari yang dinantikan oleh seluruh penghuni Sin's High School telah tiba, yaitu camping. Memangnya siapa yang tidak senang untuk berkemah dan menikmati keindahan alam yang sudah Tuhan ciptakan dengan begitu sempurnanya? Mungkin hanya mereka yang tidak nyaman di tengah-tengah keramaian.
Saat ini, seluruh murid sudah duduk di bangku yang sudah Rafa dan Moza tetapkan. Mereka akan pergi menggunakan empat bus. Tentu saja, penghuni sekolahan bukan sedikit jumlahnya.
Setelah semuanya kebagian tempat duduk, Rafa dan Moza juga duduk di tempatnya, mereka akan duduk berdua atas perintah bapak Samda terhormat.
"ARE YOU READY, GUYS??!!" seru Moza.
"READY!!"
"OKAY!! PAK SUPIR, JALAN!!" sang supir menekan klakson sebanyak tiga kali dan melajukan bus dengan kecepatan sedang.
Suasana bus sangat ramai dengan suara-suara penumpangnya yang tak bisa diam. Mereka asik bernyanyi dengan gembira dan saling bercanda.
Moza mengedarkan pemandangannya, melihat senyum teman-temannya yang mengembang bahagia. Ia tak ikut bernyanyi, hanya sekedar menyimak.
"Entah Moza yang gak bersyukur atau gimana, Moza gak tau. Tapi Moza memang gak bisa sebahagia mereka. Kenapa?" di tengah keramaian yang temannya ciptakan, ada Moza yang selalu merasa kesepian.
Moza menoleh pada Rafa yang ternyata asik dengan ponselnya. Sebenarnya Moza merasa heran pada Rafa, karena sejak tadi sahabatnya itu lebih banyak diam dari pada diamnya yang biasa. Wajahnya yang datar itu pun terlihat kusut, tak sedap dipandang mata cantiknya.
"Rafa kenapa? Dari tadi kusut banget mukanya," akhirnya Moza menanyakannya.
"Lo tau, Radit udah lamar Silvi?"
"HAH?!" Moza tak mampu untuk tidak berteriak, fakta yang sangat mengejutkan untukknya.
"Kayaknya cuma kita yang gak tau,"
"Rafa serius? Gak bercanda? Kapan? Kok Moza gak tau?!"
"Hm, gue baru tau tadi pagi sebelum berangkat. Bokap gua nanya, kapan Radit sama Silvi nikahnya. Tentu gue jawab gak tau. Tau Radit lamar Silvi juga enggak,"
Moza menghela napasnya. Tentu ia kecewa. Sebagai sahabt, ia tak tahu apa-apa.
"Gue juga baru tau, pernikahan Ersa Jihan dimajuin minggu depan,"
"WHAT THE FUCK?!" pekik Moza sambil mengumpat. Tak tahan lagi dengan kekesalan dan kekecewaannya.
"Ini maksudnya apaan, sih?! Biarin kita jadi kayak orang bego?!" Moza bersiap untuk melabrak kedua sahabatnya itu jika Rafa tak menahannya.
"Biarin aja, pura-pura gak tau. Kita liat, sampai kapan mereka bungkam. Gak usah ikut campur sama urusan mereka,"
Moza mendengus dan memilih mengambil cemilannya dengan kasar. Bukan marah lagi yang mengusainya, melainkan rasa kecewa.
"Leo jadi lo bawa?" Rafa mengalihkan pembicaraan mereka, mencoba menghilangkan kekesalan gadis di sampingnya.
"Jadi, nanti bakal nyusul," dan Rafa hanya merespon dengan anggukan, sekarang matanya terpejam, bersiap memasuki alam mimpinya.
"Dih, malah tidur!" gerutu Moza menepuk pundak Rafa.
"Ngantuk, Za. Semalam gue gak tidur,"
"Ngapain gak tidur? Ngepet?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Carnation
Teen FictionJudul Awal : Cinta Afa & Oja KARYA 2 Carnation, itulah bunga yang pantas untuk melambangkan kisah mereka. Dipertemukan dan dipisahkan dalam sekejap. Meninggalkan sebuah janji yang maknanya bukan main-main. Berpisah dan berjanji untuk kembali bertemu...