"Tak semua yang tersenyum itu bahagia. Karena nyatanya, senyuman adalah hal yang paling menipu di dunia ini."
~Carnation~
***
Sabtu sore, tempat pemakaman adalah tempat yang Moza kunjungi.
Sudah bisa ditebak, Moza pasti mengunjungi makam papanya, Fernand. Sedari pulang dari Inggris, Moza memang belum berziarah karena alasan belum siap.
Kakinya melangkah mendekati makam yang bernisankan nama papanya. Meski sudah sepuluh tahun, letak makam cinta pertamanya itu tak pernah Moza lupa.
"Assalamu'alaikum Papa," Moza berjongkok di makam yang masih terdapat taburan bunga segar. Ia yakin, kalau tidak Ana, pasti Ken yang berziarah.
"Papa gimana di sana? Maaf Moza baru nemuin Papa lagi," tanpa bisa dicegah, air mata mulai mengaliri pipi mulus Moza.
"Moza baru pulang dari rumah Oma beberapa hari lalu, dan Moza baru siap nemuin Papa hari ini,"
"Pa," Moza menjeda kalimatnya sambil menghapus air mata yang kian deras.
"Oja kangen Papa!" Runtuh sudah, tangisan lirihnya berubah menjadi isakan memilukan.
"Oja kangen sama Papa. Oja kangen sama pelukan Papa, ciuman Papa, digendong Papa, jalan sama Papa. Oja rindu semuanya tentang Papa," Moza bersuara dengan sesenggukan.
"Selama Papa pergi, banyak banget yang terjadi. Moza pengen banget ceritain semuanya sama Papa,"
"Oja butuh Papa, Pa! Kenapa Papa ninggalin Oja?!" Suara tangis Moza semakin menyakitkan untuk didengar.
Gadis itu tidak bersuara lagi. Dia hanya menelungkupkan kepalanya di atas nisan sang papa sambil terus menangis, melepaskan beban dan kerinduannya yang sangat membuncah.
"Oja sayang Papa, rindu Papa, cinta Papa. Oja pulang dulu ya, Pa. Assalamu'alaikum," Moza menghapus air matanya dengan kasar dan melangkah pergi setelah mencium nisan sang papa.
Sesaat setelah merasa tenang, Moza langsung melajukan mobilnya. Saat ini tujuannya adalah rumah Jihan. Mereka sekawan sudah berjanji akan berkumpul setelah ashar.
***
"Baru sampai juga?" Tanya Moza saat melihat Rafa yang baru turun dari mobil. Mereka sampai bersamaan.
"Hm,"
"Moza setuju sama ajakan Rafa," ucapan Moza mampu menghentikan langkah Rafa.
Dahinya berkerut heran, "Ajakan apa?"
Moza menatap Rafa sinis, "Tawaran join jadi agen rahasia, Moza setuju. Masih berlaku kan, tawarannya?"
Rafa tak mampu lagi menutupi rasa kagetnya. Bagaimana Moza bisa tahu kalau agen itu adalah dirinya? Kalau Moza tidak mengungkitnya, mungkin Rafa akan lupa.
Moza terkekeh melihat wajah kaget Rafa, "Udah keliatan banget kemarin itu Rafa sama Radit,"
Rafa berdecak, dirinya jadi kesal sendiri.
"Besok kalau ada misi kita hubungin lo,"
"Asshiiapp!!" Balas Moza girang, ia tak sabar menjalankan misi pertamanya.
Mereka berdua pun berjalan memasuki rumah tingkat tiga itu. Yakin, sahabat mereka pasti sudah menunggu.
"Assalamu'alaikum," ujar keduanya masuk rumah.
"Wa'alaikumussalam,"
"Kok lama banget, sih?!" Jihan menggerutu.
"Macet," jawab keduanya berbohong tanpa rencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carnation
Teen FictionJudul Awal : Cinta Afa & Oja KARYA 2 Carnation, itulah bunga yang pantas untuk melambangkan kisah mereka. Dipertemukan dan dipisahkan dalam sekejap. Meninggalkan sebuah janji yang maknanya bukan main-main. Berpisah dan berjanji untuk kembali bertemu...