#30. Kakak Ipar?

14.6K 904 5
                                    

Ini sudah hari ke tujuh, namun Angel masih betah mendominasi tubuh Moza. Selama satu minggu pula aktivitas Moza berantakan dibuatnya, ia tak sekolah, tak pula ibadah. Dari pagi hingga malam hanya mengurung diri di kamarnya, untuk makan pun bahkan diantar. Ia hanya keluar saat tengah malam untuk ikut balapan ataupun berpesta-pesta.

Meresahkan, namun Ana, Kenzo dan Sandi bisa sedikit tenang. Setidaknya gadis itu tidak menyakiti dirinya sendiri seperti saat pertama kali dia ada dalam diri Moza.

"Ma, Adek belum pulang?" Pertanyaan itu Kenzo lontarkan pada mamanya yang masih menonton drama di televisi ruang keluarga. Kenzo sendiri baru selesai dengan pekerjaan kantornya di ruang kerja.

"Belum, Ken. Mungkin sebentar lagi, anak itu kalau belum menjelang subuh mana pulang," Ana menjawab santai, seolah-olah kepergian Angel tengah malam dan baru pulang menjelang subuh adalah hal yang biasa.

"Terus ini Mama lagi nungguin Adek pulang? Udah jam satu loh, Ma. Nanti Mama bisa sakit kalau jam tidur berantakan gini."

"Meskipun Angel udah biasa pergi malam pulang subuh, tetap aja Mama khawatir, Ken. Mau itu Angel ataupun Moza, mereka tetap anak Mama."

Kenzo menghela napasnya pelan, turut mengangguk pertanda setuju. Memang benar bukan? Entah itu Moza atau Angel, mereka tetap satu.

"Aku pulang!" Suara itu terdengar nyaring menggema ke seluruh ruang keluarga. Yang ditunggu akhirnya pulang, tanpa merasa bersalah ia duduk bersandar di samping Ana.

"Tumben cepat pulangnya? Biasanya subuh baru pulang," Ana bertanya penuh keheranan. Bukan tidak senang, namun tidak biasanya sosok Angel pulang cepat. Ia baru pergi selama dua jam.

"Aku lihat Ibu selalu menunggu aku pulang," Angel menjawab santai, tanpa mau menatap wajah Ana, ia memfokuskan matanya pada drama yang ditayangkan di televisi.

Ana dan Kenzo tersenyum bersamaan mendengar jawaban Angel. Yah, nyatanya Moza dan Angel masih memiliki kesamaan, yaitu perhatian pada Ana. Meskipun perhatian Angel hanya sebesar biji sawi, namun itu mampu menyenangkan hati Ana.

"Tumben perhatian?" Tangan Kenzo terangkat untuk mengusap kepala Angel yang langsung ditepis oleh gadis itu.

"Tidak, biasa saja!" Sinis Angel dan kembali menghadirkan senyuman di bibir Kenzo.

"Ma, Dek, Abang mau ngomong sesuatu," suasana berubah menjadi serius ketika sang sulung tampak tidak main-main.

"Jangan bilang Abang sudah menghamili anak gadis orang?" Angel menyela, wajah datarnya menampakkan raut menyelidik.

Kenzo berdecak kesal, "Bukan, dengerin Abang dulu!"

"Yaudah buruan, Ibu mau tidur tuh."

"Dih, bilang aja kamu yang mau tidur!"

"Kok jadi ribut, sih?! Kamu mau bilang apa emangnya, Bang?" Akhirnya yaaa harus sang ibu yang menengahi.

"Abang mau lamar gadis yang Abang jumpai di Amerika waktu itu, Ma, Dek."

"Kan, bener Abang udah hamili anak gadis orang!" Jari telunjuk Angel teracung, menodong abang satu-satunya.

"Bukan, Adek, astaghfirullah! Gemesin banget, pengen Abang tenggelemin ke Amazon, nih!“

Angel acuh, bahunya terangkat pertanda tak takut dan tak peduli.

CarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang