#18. Carnation

13.8K 926 7
                                    

"Gadis kecilku, hari ini aku kembali mengungkapkan rinduku dengan anyelir."

~Carnation~

***

Setelah mengantarkan Moza pulang, Rafa tak langsung pulang. Dirinya saat ini sedang berada di sebuah toko bunga sederhana di sudut kota. Toko bunga langganannya selama hampir sepuluh tahunan ini.

Rafa menatap sekeliling toko bunga yang sudah hampir dua minggu tak ia kunjungi. Toko yang penuh dengan bunga segar itu tampak sepi dan tak pernah berubah nuansanya. Selalu membuat hatinya tenang dengan wangi bunga-bunga yang ada.

"Rafa datang!" seorang wanita renta datang dan dengan penuh kehangatan memeluk Rafa. Rafa pun tanpa ragu membalas pelukan wanita lansia itu.

Dia adalah Salma, pemilik toko bunga tersebut. Rafa sudah menganggap Salma seperti neneknya sendiri. Mengenal Salma hampir sepuluh tahun membuat Rafa tahu, bahwa kehidupan Salma tak mudah, namun wanita itu mampu menjalaninya dengan suka rela.

"Nenek apa kabar?" Tanya Rafa sambil membawa Salma duduk, takut wanita itu akan kelelahan karena lama berdiri.

"Alhamdulillah, Nenek baik. Kamu? Sudah lama tidak kemari, kamu kerja?" bahkan Salma hampir tahu semua tentang keseharian Rafa.

"Iya, kemarin ada jadwal flight,"

"Sudah istirahat, kan?"

"Udah, Nek. Rafa pulang sudah dua hari lalu. Tapi kemarin ke kantor dulu,"

"Tetap jaga kesehatan, Nak,"

"Iya, Nek,"

"Ini, Kak, minumnya," seorang gadis datang memberikan Rafa segelas cokelat hangat.

Sejak Salma tahu Rafa sangat menyukai minuman cokelat, Salma langsung menyediakan cokelat. Jadi, setiap Rafa datang, mereka akan mengobrol di depan toko dengan segelas cokelat hangat. Selalu.

Gadis yang membawakan cokelat hangat itu sendiri adalah cucu Salma. Namanya Indi, berusia 15 tahun. Indi lah yang membantu Salma menjaga toko bunga.

"Terima kasih, Indi,"

"Sama-sama, Kak. Indi nungguin Kakak datang, tapi gak datang-datang," Indi duduk di samping Rafa.

"Seperti biasa, Ndi. Kakak ada jadwal flight kemarin. Kenapa? Kamu ada masalah?"

"Kemarin Indi dibully di sekolah. Tapi Indi yang disuruh minta maaf sama guru BK. Indi gak mau, kan Indi gak salah. Terus Indi disuruh panggil wali. Indi gak sekolah tiga hari ini,"

Satu hal lagi, Rafa sekarang menjabat sebagai wali Indi. Dia lah yang menyekolahkan Indi. Rafa tidak akan membiarkan gadis malang itu semakin malang.

"Kenapa gak telpon Kakak aja, Adek? Kakak kasih kamu ponsel untuk hubungi Kakak,"

Indi menundukkan kepalanya, kedua tangan mungilnya saling bertautan. Takut Rafa akan marah kepadanya

"Katanya takut ganggu kamu, Fa. Lagian bener, kan, kamu sibuk," Salma bersuara.

"Kalau Indi telpon kan Rafa bisa langsung pulang, Nek,"

"Maafin Indi,"

Rafa menghela napasnya dan mengusap rambut Indi, "Gak papa. Tapi besok, kalau ada apa-apa, langsung hubungi Kakak! Meskipun Kakak sibuk, kalau Kakak gak bisa langsung nemuin kamu, Kakak bisa suruh orang, Dek,"

"Iya, Indi janji gak gitu lagi,"

"Apa aja yang sakit? Kamu dipukul?"

Indi menatap Rafa ragu. Mata gadis kecil itu mulai memerah, berkaca-kaca. Ia terlalu takut untuk mengingat kejadian saat ia dibully dan takut mengatakannya pada Rafa. Indi tahu, Rafa bukanlah sembarang orang.

CarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang