"Berkuasa dan ditakuti, itulah aku!"
~Carnation~
***
Lagi-lagi hari Senin dimulai. Tentu Senin itu tak lepas dari yang namanya upacara. Dan upacara adalah hal yang menyebalkan bagi para pelajar. Padahal upacara adalah salah satu hal yang dilakukan untuk menghargai perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdakaan.
Bagi para pelajar, hari itu tidak adil. Senin ke Minggu itu sangat lama, tapi dari Minggu ke Senin sangat cepat. Sungguh menyebalkan.
Salah satu pelajar yang seperti itu adalah Moza. Gadis itu baru keluar dari kamarnya saat pagi sudah menunjukkan pukul tujuh. Upacara akan dimulai sekitar dua puluh menit lagi padahal.
Dua puluh menit mungkin memang lama, tapi Moza pasti butuh waktu untuk sarapan dan otewe ke sekolah.
"Good morning!!" Sapa Moza ceria.
"Morning!!"
"Udah dateng aja, Nis," Moza menatap Nisa yang duduk anteng menghadap sarapannya. Mereka memang janji untuk berangkat bersama.
"Sekalian sarapan hehehe,"
Moza mendelik, namun bibirnya tersenyum sambil terkekeh.
"Kak Kea!" Moza yang baru saja ingin duduk dikagetkan karena tiba-tiba dipeluk.
"Nathan?" Moza terjengit kaget saat mendengar suara dan wangi parfum yang begitu ia hapal.
"Kangen!!" Rengek Nathan yang disambut kekehan oleh Moza.
"Kakak juga. Kenapa gak kasih kabar kalau mau nyusul?"
"Biar kejutan buat Kakak," pria yang dipanggil Nathan itu membawa Moza untuk duduk dan dia duduk di samping Moza.
"Badan doang yang gede, tapi manjanya minta digolok," Nisa mencibir saat melihat tingkah Nathan yang tampak manja pada Moza.
"Iri aja kamu!"
Nathan, begitulah orang kerap memanggil pria tampan bule itu. Ia kelahiran asli Inggris dengan darah blasteran Indonesia. Hanya saja, ia dibesarkan di Inggris sejak usianya enam tahun. Meskipun memiliki darah Indonesia, Nathan itu dulu sulit berbahasa Indonesia. Ia fasih berbahasa Indonesia karena Moza dan Nisa.
Moza, Nisa dan Nathan adalah serangkaian manusia yang tidak dipisahkan. Di mana ada Moza, pasti akan selalu ada Nisa dan Nathan.
Moza adalah bagian yang paling dewasa, sedangkan Nisa pura-pura dewasa jika di hadapan Nathan, kalau Nathan yang paling menunjukkan sisi manjanya pada Moza. Pria itu adalah anak tunggal, wajar saja dia memiliki sisi manja.
"Udah, jangan berantem! Sarapan gih, habis itu berangkat," Ana melerai tingkah mereka yang mungkin saja bisa menimbulkan pertikaian jika tidak dipisahkan.
"Kamu pindah sekolah yang sama kayak Kakak juga, Nath?" Tanya Moza saat memperhatikan seragam Nathan yang sama seperti miliknya.
"Iya, dong!"
"Kakak pikir kamu cuma mau berkunjung sebentar,"
Nathan menggeleng tegas, "Nathan kesepian gak ada Kakak. Di sana jadi gak asik,"
"Tapi dibolehin kan sama Papi Mami kamu?"
"Boleh, dong! Nathan tinggal di rumah Mami yang dulu,"
Dan setelahnya Moza hanya mengangguk tanda ia mengerti.
***
"Sama siapa, Za?" Jihan langsung bertanya saat Moza, Nisa dan Nathan tiba. Mereka bertemu di depan gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carnation
Teen FictionJudul Awal : Cinta Afa & Oja KARYA 2 Carnation, itulah bunga yang pantas untuk melambangkan kisah mereka. Dipertemukan dan dipisahkan dalam sekejap. Meninggalkan sebuah janji yang maknanya bukan main-main. Berpisah dan berjanji untuk kembali bertemu...