"Mengetahui aktivitasmu tanpa sadar membuatku memiliki rasa khawatir yang tak bisa aku jelaskan."
~Carnation~
***
Sudah hampir lima belas menit Ana menggedor kamar putrinya yang berisi lima gadis. Sudah hampir subuh, tapi kelima gadis itu tak kunjung bangun dari tidurnya. Pintu kamar pun dikunci, membuatnya tak bisa masuk ke kamar dan mengguyur para gadis itu dengan air.
"Anak-anak, bangun!" seru Ana. Subuh-subuh begini kesabarannya benar-benar diuji.
"Kenapa teriak-teriak buang suara sih, Ma?! Nih, kunci cadangan," Ken datang menyodorkan kunci cadangan kamar Moza.
Ana menerimanya sambil mendengus, "Kenapa gak dari tadi sih, Ken?! Kesel nih, Mama!"
"Lagian Mama gak bilang. Kalau gak denger suara Mama koar-koar, Ken juga gak bakal tau kalau Mama butuh kunci," Jawab Ken tak mau kalah.
"Kamu tuh, gak pekaan! Makanya belum punya pasangan," hina Ana pada putranya kemudian membuka pintu kamar sang putri dengan kunci yang sudah diberikan oleh Ken.
Ken mengelus dadanya sabar. Hinaan sang mama tadi benar-benar melukai hati juga harga dirinya sebagai pria dewasa.
Byuurrr!!
Satu gayung penuh langsung Ana siramkan pada kelima gadis yang sedang tertidur pulas. Tak peduli jika keempat gadis lainnya adalah anak orang lain. Suaranya sudah dibaut serak oleh kelima gadis itu. Rasanya kesal sekali jika harus membangunkan dengan teriakan lagi.
"Astaghfirullah!! Banjir!!" kelima gadis itu langsung terduduk dengan terbatuk-batuk dan panik.
"Dari tadi digedor-gedor, gak ada yang bangun! Suara Mama habis karena ulah kalian! Mandi sana, habis itu sholat subuh! Anak gadis kok kayak kebo!" omel Ana langsung keluar dari kamar, membiarkan para gadis itu asik di dunia terkejutnya.
"Tante Ana emang niat banget ngguyurnya," komentar Silvi dengan tubuh gemetar.
"Ternyata gak Cuma Mommy aja yang suka guyur air, Tante ana juga sama," sekarang Fishya yang berkomentar.
"Auto masuk angin ini mah," seru keempat anak tiri Ana.
Moza terkekeh meski tubuhnya juga menggigil, "Udah, buruan mandi! Pakai aja kamar mandi di bawah atau kamar mandi di kamar lain," titah Moza kemudian masuk ke kamar mandi.
***
Setelah melaksanakan sholat subuh dan segala tetek bengeknya di pagi hari, kini keluarga kecil yang sedang kedatangan tamu itu sudah duduk manis di ruang makan.
Ana memberikan mereka susu hangat sesuai rasa yang mereka inginkan. Ana tak sejahat itu tak memberikan susu hangat setelah mengguyur kelima gadis tersebut. Kalau untuk Moza sih, tidak masalah. Tapi untuk keempat gadis lainnya, bisa-bisa ia dituntut membuat anaknya pulang-pulang masuk angin.
"Dihabisin susunya biar badannya hangat," ujar Ana yang diangguki mereka.
"Apa kegiatan kalian hari ini?" Tanya Ana sambil menyiapkan sarapan untuk putra satu-satunya yang sekarang duduk di kursi kepala keluarga, kursi yang dulu selalu diduduki oleh Fernand.
"Main sama Bang Ken ke mall," jawab Moza sambil mengambil sarapannya sendiri. Selalu begitu, Ana selalu mengambilkan Ken makan, sedangkan untuknya tidak. Tapi Moza tak pernah iri, ia bisa memahami posisi abangnya itu. Ken sudah bekerja keras sejak papanya meninggal, wajar saja sang mama lebih memperhatikan kesehatan sang abang.
Ana mengangguk kemudian mengambil sarapan untuk dirinya sendiri. Setelah Ken memimpin doa, barulah mereka semua memulai sarapan dengan hening. Ken memang meminta mereka untuk makan dengan hening. Ken ini adalah tipe pria yang selalu memperhatikan kesopanan saat makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carnation
Teen FictionJudul Awal : Cinta Afa & Oja KARYA 2 Carnation, itulah bunga yang pantas untuk melambangkan kisah mereka. Dipertemukan dan dipisahkan dalam sekejap. Meninggalkan sebuah janji yang maknanya bukan main-main. Berpisah dan berjanji untuk kembali bertemu...