#26. Ruang Rawat

13.2K 828 8
                                    

Sudah tiga jam dan Rafa baru sadarkan diri beberapa menit lalu. Pria remaja itu sudah dipindahkan ke ruang rawat VIP dan terbaring miring agar luka di punggungnya tidak tertekan.

Di hadapannya ada Moza yang hanya menunduk dengan tangan saling bertaut. Gadis itu gelisah, Rafa menyadarinya.

Di ruangan itu hanya ada mereka berdua karena yang lainnya sedang makan siang. Sedangkan Moza menolak dengan alasan ia akan bergantian dengan yang lain untuk makan siang.

"Gak usah nyalahin diri sendiri. Emang udah seharusnya gue lindungi lo," ujar Rafa peka.

"Maafin Moza, gak seharusnya Moza ceroboh,"

"Hm, gue gak papa. Lain kali jangan ceroboh, gue gak bisa selalu lindungin lo,"

Moza mengangguk, "Moza bakal jaga diri,"

"Gue gak mau lo terus nunduk ngerasa bersalah. Bukan salah lo,"

Moza mulai mendongak, tatapannya menunjukkan kekesalan, "Gak usah nenangin Moza kayak gitu, deh. Ini tuh jelas salah Moza," sewotnya kesal dan hanya diberi respon tatapan geli oleh Rafa. Moza sudah aktif kembali ke mode biasanya.

Pintu kamar dibuka dan menampakkan seorang suster yang membawa nampan. Pasti itu makan siang untuk Rafa.

"Permisi Tuan Muda, ini makan siang anda,"

Moza berdiri menyambut nampan tersebut, "Terima kasih, suster," balasnya tersenyum ramah.

"Sama-sama Nona. Kalau begitu, saya pergi dulu," suster itu pun melenggang pergi setelah mendapat persetujuan dari Moza.

"Bisa duduk sendiri?"

Rafa mengangguk dan mulai merubah posisinya menjadi duduk meskipun sesekali meringis perih karena lukanya. Lukanya memang lumayan lebar dan menyusahkan pergerakannya. Bahkan, saat tangannya bergerak sedikit saja sudah sakit, padahal punggungnya yang terluka.

"Makanannya dihabisin, jangan sampai sisa!" Peringat Moza yang hanya didengar oleh Rafa.

"Sshh, ini punggung apa tangan gue sih, yang luka?!" Gerutu Rafa saat lukanya terasa perih dan ngilu ketika tangannya hendak meraih sendok.

Tak tega melihat raut kesakitan dari Rafa, Moza beralih mengambil makanan Rafa, "Biar Moza suap," ujarnya mulai menyendokkan nasi.

Moza mencicipi sedikit bubur itu dengan ujung lidahnya, "Masih panas."

Tindakan kecil Moza itu, mendapat respon yang tidak biasa dari Rafa. Bagaimana bisa gadis itu dengan santainya mencicipi makanannya dan otomatis ia akan makan bekas jilatan Moza?

"Bismillah," suapan dari Moza membuyarkan lamunan Rafa. Rafa pun tidak mau pikir lebih lanjut, ia lebih memilih menyambut suapan itu.

Mata Rafa menyipit dan tampak menelan paksa makanannya, "Hambar, Za." Adunya pada Moza.

"Namanya juga makanan buat orang sakit," jawab Moza sambil membersihkan bubur yang menodai sudut bibir Rafa dengan tissue. Moza tampak tidak canggung melakukan skinship dengan Rafa.

"Gak suka. Gue bukan orang sakit,"

"Kalau gak sakit ngapain di rumah sakit?"

Meski tidak suka, namun Rafa tetap menyambut suapan Moza.

"Cuma luka,"

"Luka itu sakit, berarti Rafa itu sakit,"

Begitu saja terus, Rafa yang protes namun tetap menyambut suapan dari Moza. Sedangkan Moza hanya membatin pongah dengan perangai Rafa.

"Katanya gak mau, gak enak, tapi disodorin malah iya-iya aja," batin Moza mengejek.

"Alhamdulillah habis. Gak berasa kan udah habis makannya, ngomel mulu sih," kekeh Moza membuat Rafa mendelik kesal.

CarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang