"Maafin aku, Kak. Aku gagal menjaga Kea, seharusnya sudah sejak awal aku bawa Kea ke rumah sakit. Hukum aku, Kak!" Sandi duduk bersimpuh di hadapan Ana.
Setelah mengantar Moza ke rumah sakit untuk ditangani, Sandi memang menghubungi Ana dan Kenzo. Sandi sudah tak sanggup lagi menanggung semuanya sendiri, Ana dan Kenzo juga berhak tahu dengan keadaan Moza yang mengkhawatirkan.
"Bukan salah kamu, Sandi. Allah sudah mengaturnya, Moza pasti akan baik-baik saja," Ana masih berusaha untuk tetap tenang.
Khawatir tentu saja, tapi bergerak gelisah bukanlah bisa mengatasi masalah. Di dalam sana, putrinya masih sedang diperiksa.
Sebenarnya keadaan seperti ini sudah pernah terjadi saat usia Moza sepuluh tahun, saat ia benar-benar merindukan papanya dan menjadi beban pikiran. Moza menjadi sosok yang begitu rapuh jika bersangkutan dengan sang papa, Fernand.
"Bagaimana keadaan adik saya, Dokter?" Kenzo yang pertama kali menyadari keberadaan dokter langsung bergegas memastikan keadaan adiknya.
"Detak jantungnya lemah sekali, badannya juga demam. Kami sudah memberi infus untuk vitamin dan menurunkan demamnya. Mungkin dalam beberapa jam ia akan sadar. Namun tadi ia sempat siuman dan mengigau lirih memanggil papanya. Apa beliau ada? Karena dari penilaian sepintas saya, sepertinya psikis adik anda sedikit bermasalah,"
Kenzo menghela napasnya, lagi, kejadian saat Moza sakit parah delapan tahun lalu terulang lagi.
"Papa sudah meninggal sejak adik saya umur tujuh tahun. Sakitnya juga pernah terjadi saat dia umur sepuluh tahun, saat itu tiba-tiba saja adik saya didiagnosis mengidap Gangguan Identitas Disosiatif, dia punya kepribadian ganda, Dok,"
"Apa setelahnya kepribadian ganda itu muncul kembali?"
Kenzo menggeleng yakin, "Tidak pernah, Dok. Saat itu kepribadian gandanya bertahan selama tiga hari penuh,"
"Apa adik anda menjadi menyakiti dirinya sendiri?"
"Tidak, Dok. Ia cenderung pendiam dan menyendiri,"
Sang dokter tampak mengangguk, seperti sudah paham dengan yang terjadi, "Untuk pemeriksaan lebih lanjut, saya akan meminta dokter psikiater yang memeriksanya. Usahakan untuk tidak meninggalkan adik anda sendiri,"
"Baik, Dok, terima kasih banyak,"
1 minggu kemudian...
Kini hanya ada Rafa dan Moza. Mereka pergi makan dikantin rumah sakit. Rafa lah yang memaksa. Karena, mereka semua belum makan. Rafa pun ingin berbicara dan mencoba untuk membangunkan Moza, karena selama satu minggu ini, dia belum mencoba.
"Za, lo ga mau bangun? Lo ga kasian sama keluarga lo? Sama sahabat-sahabat lo? Za, selama satu minggu ini mereka selalu nangis liat kondisi lo kayak gini. Za, bangun!" ucap Rafa lirih.
Sedangkan Moza di bawah alam sadarnya...
Moza terbangun di antara bunga-bunga. Dengan pakaian berbeda. Gamis putih polos tanpa hijab.
"Kea... Princess Papa..." panggil seseorang, dia adalah Fernand, Papa Moza. Moza mencari sumber suara itu dan berhenti pada pria paruh baya yang tersenyum padanya.
Wajah Moza menjadi berseri dan berlari kearah Fernand lalu memeluk erat. "Papa..., Kea kangen Papa!" Ucap Moza di pelukan Fernand dan mulai menangis.
"Papa juga kangen sama kamu, Sayang." jawab Fernand ikut menangis dan meluruh ke bawah. Mereka pun menjadi terduduk di tanah sambil berpelukan.
"Kenapa Papa pergi ninggalin Kea, Mama, dan Bang Ken?"
"Sayang, ini sudah qadar Allah. Papa juga tidak mau meninggalkan kalian, tapi Allah berkehendak lain, Sayang."
"Tapi kenapa Papa lebih pilih nyelamatin mereka dari pada hidup bahagia sama Kea?"
"Itu semua udah takdir Allah. Papa tidak bisa mengubahnya. Maafkan Papa."
"Papa gak salah. Bener yang Papa bilang, semuanya udah takdir dari Allah." jawab Moza membaringkan kepalanya di paha Fernand, Fernand mengusap lembut rambut Moza. Moza kembali menangis, begitu pula dengan Fernand.
"Apa Papa bahagia?" tanya Moza mendongakkan wajahnya melihat wajah Fernand.
"Papa bahagia. Bahagia menikah dengan Mama dan memiliki anak yang soleh solehah. Yang setia dan selalu mendoakan Papa."
"Pa, Kea gak mau kembali lagi. Kea mau ikut Papa aja."
"Kembalilah, Kea! Ada saatnya nanti kita berkumpul kembali!"
"Papa pergi sayang! Bahagialah walau tanpa Papa! Kamu bahagia Papa juga bahagia. Papa pergi Princess Kecil."
"PA? PAPA? PAPA?!" teriak Moza, tapi sayang, tubuh Fernand dengan perlahan mulai menghilang.
***
Rafa masih diam di tempat. Mengamati wajah Moza yang terkadang senyum dan murung, tapi air matanya selalu mengalir.
Rafa mengambil tisu yang ada di atas nakas dan menghapus air mata Moza.
"Lo mimpi apa sih, Za? Lo udah tidur terlalu lama. Kenapa lo kadang senyum, kadang murung, tapi air mata lo selalu keluar?" tanya Rafa masih menghapus air mata Moza.
"Za, gue dan yang lain nungguin lo bangun. Lo harus bangun, Moza!" Ucap Rafa lagi, dirinya seolah putus asa melihat Moza yang tak kunjung membuka matanya.
Rafa kembali duduk bersandar di kursi. Saat Rafa melihat kearah tangan Moza, Rafa melihat jari-jari Moza bergerak. Sontak Rafa berdiri dan menatap Moza yang berusaha membuka matanya.
"Papa." lirih Moza hampir tak terdengar.
"Alhamdulillah, akhirnya lo sadar juga!" Terdapat hembusan napas lega dari Rafa. Dadanya yang sesak menjadi longgar seketika saat mata Moza sudah terbuka.
"Moza?! Moza, kamu sudah bangun?" Heboh Ana masuk lalu memeluk tubuh Moza yang tampak kurusan. Moza hanya diam menatap langit-langit.
"Dek?" panggil Ken, namun Moza tetap sama.
"Princess?" panggil Sandi, masih tak ada respon juga.
"Kak Moza?" panggilan yang lebih kecil, namun tetap sama.
"Moza?" panggil sahabat-sahabatnya, masih sama juga.
Moza berusaha untuk duduk, dibantu oleh Rafa, karena posisi Rafa yang sangat dekat dengan Moza. Rafa menekan tombol di samping brankar memanggil Dokter. Tak lama kemudian, Dokter datang dengan dua orang suster di belakangnya. Mereka memberi ruang untuk Dokter itu agar bisa memeriksa kondisi Moza. Rafa berpindah menjadi menghadap Moza. Moza hanya menatap kosong didepannya, namun tatapannya tak pernah lepas dari Rafa.
"Ya Allah, apa Oja merasakan hal yang sama seperti Moza? Semoga saja tidak!" Batin Rafa yang tiba-tiba teringat dengan gadis masa kecilnya.
"Bagaimana keadaan putri saya?" Tanya Ana.
"Saya akan memanggil dokter psikiater untuk memastikan,"
Tbc...
Jujur aku block writing😭
Cerita ini tuh ternyata sksksksksksksksksk
Malu aku😭Jinjja mianhe, aku tidak bisa melawan rasa malu membaca ketikanku sendiri🫠
Terima kasih banget untuk kalian yang sudah sudi membaca tulisanku yang ternyata amburadul🤧Duri,
Rabu/01-Mei-2024#as.zey
KAMU SEDANG MEMBACA
Carnation
Teen FictionJudul Awal : Cinta Afa & Oja KARYA 2 Carnation, itulah bunga yang pantas untuk melambangkan kisah mereka. Dipertemukan dan dipisahkan dalam sekejap. Meninggalkan sebuah janji yang maknanya bukan main-main. Berpisah dan berjanji untuk kembali bertemu...