DUA PULUH DUA

438 37 5
                                    

Bagi yang lupa alur, dipersilahkan membaca ulang part sebelumnya, Enjoyy!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Thanks ya, Dev," ucap Anneth seraya berusaha tersenyum. Namun, nampak jelas di matanya bahwa ia sedang menahan air matanya.

"Nggak usah senyum kalau nggak sanggup, Neth. Semua orang berhak untuk 'Nggak baik-baik saja'. Luapin aja semuanya. Jangan dipendam, nggak baik buat hati kamu."

Mendengar perkataan Deven, pertahan Anneth runtuh seketika. Air mata yang ia tahan akhirnya tumpah. Anneth menelungkupkan kepalanya di lekukan kedua lengannya.

Deven yang melihat Anneth serapuh ini, hanya bisa mengelus pundak gadis itu perlahan, mencoba memberi kekuatan. Pikirannya sibuk mengulang pernyataan Anneth beberapa menit lalu.

Flashback On ~

"Namanya Aland, Dev. Sebelum aku masuk ke sekolah disana, dia sama Andrew itu sahabatan. Tapi entah kenapa, sejak aku sama Andrew dekat, dia kelihatan ada dendam tersendiri sama aku."

Deven mendengar dengan seksama.

"Awalnya dia biasa aja, tapi semakin lama dia kayak nguntit aku gitu. Tiap hari aku di spam, di telfon, sampai di datengi ke rumah, tanpa aku tahu alasannya apa."

Deven terbelalak. Hey, segitunya kah?

"Kamu nggak ngelawan, Neth?"

Anneth menggeleng lemas. "Aku udah pernah ngelawan, Dev. Saat dia datang ke rumah ku, aku nggak mau ngebuka pintunya. Terus dia malah ngedobrak pintu dan masuk ke rumah ku. Waktu itu aku lagi sendirian, Mami lagi belanja, Papi lagi kerja. Dia marah, tanganku langsung disabet pakai cutter. Untung aja nggak dalam," tutur Anneth sembari menunjukkan sebuah luka goresan di dkat pergelangan tangannya.

"Neth, kamu nggak apa-apa?" tanya Deven prihatin sembari memegang tangan Anneth.

Anneth terdiam sejenak. "Aku nggak pernah baik-baik saja sejak kejadian itu."

Deven dapat mendengar jelas suara Anneth yang bergetar. Ia menatap Anneth yang dibalas tatapan sayu dari gadis di sampingnya ini.

"Mau lanjut cerita? Kalau nggak sanggup juga nggak apa-apa," ucap Deven lembut.

Anneth menyeka air mata yang hampir saja jatuh.

"Setelah di nyabet tangan aku, dia langsung pergi tanpa berkata apa-apa. Dengan sisa tenagaku, aku berusaha nelfon Andrew. Dia langsung datang saat itu juga. Dan membawa ku ke rumah sakit terdekat."

Deven terdiam. Tidak menyangka kejadian sekejam ini menimpa Anneth.

"Sejak itu, Andrew selalu sama aku. Bahkan nomor WA aku juga dipegang sama dia. Aku benar-benar ngerasa terjaga selama ada Andrew. Tapi, ternyata Andrew saja nggak cukup untuk menghentikan tingkah Aland."

Dahi Deven mengerut. Maksudnya?

"Aland memang berhenti datang ke rumah ku. Tapi kalau di sekolah, dia selalu mendekati aku kalau aku lagi nggak sama Andrew. Terlebih saat kelas 7 aku nggak sekelas sama Andrew. Aland selalu mengambil kesempatan buat nyakiti aku," lirihnya. Anneth menatap papan tulis di depan kelas mereka dengan pandangan kosong.

Jujur, Deven bisa merasakan ketakutan di setiap perkataan Anneth.

"Dan yang paling parah--"

"Jangan dilanjutin, Neth." Perkataan Deven membuat Anneth tak melanjutkan ucapannya.

"Cukup sampai situ aja ceritanya, aku nggak mau kamu membuka luka lama," jelas Deven.

Seutas senyum menghiasi wajah cantik Anneth.

"Hmm, Neth."

"Iya?"

"Boleh kan aku menggantikan posisi Andrew untuk saat ini?"

Anneth terdiam. Namun, seketika hatinya menghangat. Seakan ada kupu-kupu terbang didalamnya.

"Kalau kamu nggak keberatan, aku memperbolehkan kok," jawab Anneth kemudian. Terlihat Anneth sedang salah tingkah karena Deven terus saja menatapnya.

"Aku nggak pernah keberatan kalau tentang kamu Neth."

Flashback Off ~

***

"Jo."

Joa menoleh ke arah Charisa yang memanggilnya.

"Kenapa?"

"Anneth mana?"

Joa menatap jam tangannya. Barulah ia menyadari. Anneth belum keluar kelas sejak 35 menit yang lalu. Ia bangkit dari posisi duduknya.

"Eh, Jo. Mau kemana?"

"Mau ngecek Anneth."

Charisa yang melihat Joa mulai berjalan meninggalkannya segera berlari menyusul sahabatnya itu.

Tak butuh waktu lama bagi Joa dan Charisa untuk tiba di depan kelas mereka. Namun kedua dikejutkan dengan Deven dan Anneth yang baru saja keluar kelas. Terlebih dengan wajah Anneth yang terlihat jelas habis menangis.

"Dev, lo apain Nethi, hah?" tanya Joa sedikit membentak. Anneth tidak pernah serapuh ini. Bahkan untuk menatap Joa saja, Anneth tak sanggup.

"Wuih, Jo. Santai dong," ucap Deven dengan cengirannya.

"Gini, Anneth tadi cerita-cerita sama gue, makanya dia nangis gini," jelas Deven yang membuat Joa menghembuskan nafas kasar. Joa masih tidak percaya dengan pengakuan Deven. Sementara Charisa menghela nafas lega mendengar perkataan Deven. Setidaknya sahabat cowoknya yang satu ini tidak melukai Anneth.

"Ya udah deh ya, terserah lo mau bilang apa. Tapi yang pasti Anneth nggak pernah nangis sampai segininya. Dan lo jadi tersangka utamanya!" ketus Joa sembari menarik lengan Anneth. Mengajaknya pulang.

"Eits! Annethnya mau dibawa kemana? Dia pulang bareng gue."

Joa terbelalak. Lantas menggeleng sarkas. "Nggak!"

"Jo..."

Joa seketika menoleh ke arah Anneth yang baru saja memanggilnya.

"Aku pulang bareng Deven aja, ya," ucap Anneth lembut. Joa luluh mendengar suara lembut nan lemah dari sahabatnya itu.

"Tapi, Neth..."

Anneth tersenyum, meyakinkan Joa bahwa ia tak apa-apa. Akhirnya Joa mengalah. "Ya udah deh, kalau ada apa-apa, kabari ya."

Anneth mengangguk mantap.

"Neth, kamu beneran nggak apa-apa?"

Anneth menatap Charisa yang tampak khawatir. "Iya, Ucha. Aku nggak apa-apa kok."

"Udah ya, aku sama Anneth pamit duluan," ucap Deven.

Joa kembali menatap Deven tajam. "Jaga Anneth!"

Deven mengancungkan jempolnya. "Pasti itu mah."

"Yuk, Neth"

___________________________________________

Hai kalian semuaa! Gimana nih kabarnya?

Maaf yaa mengejutkan kalian tengah malam gini

Part ini penuh dengan penjelasan atas pertanyaan di part-part sebelumnya

Maaf ya, baru bisa Up nih, jujur dari kemaren aku sibuk sama cerita aku yg lain, hehe

Aku aja sempet lupa kalau punya cerita ini, untung aja kalian ada yang nagih buat Up, makasi yaa

Apakah cerita ini masih ada di perpustakaan kalian? Atau udah nyerah buat nunggu cerita ini Up?

Sekali lagi maaf yaaaa

Stay healthy ya gais, STAY AT HOME! Jangan bandel!

Hehe, See you again

Love you ❣️

- Senin, 13 April 2020 -

The One And Only [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang