DUA PULUH

785 60 13
                                    

"Joa!"

Untuk yang kedua kalinya, Joa menoleh pada seseorang yang memanggil namanya. Namun kali ini, bukan tampang malas yang ia tunjukan. Melainkan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Anneth, Ucha! Sini," ucap Joa sembari melambaikan tangannya pada Charisa dan Anneth.

Sahabatnya itu menurut. Mereka berjalan -sedikit berlari- menuju tempat Joa bersantai.

"Lama banget, Jo," keluh Anneth.

"Iya nih, kami sampai jamuran nunggu kamu," timpal Charisa setengah bercanda.

Joa hanya terkekeh.

Awalnya Joa, Charisa dan Anneth berpencar. Joa menuju toko sepatu. Charisa menuju toko aksesoris. Anneth menuju toko pakaian. Hanya butuh setengah jam untuk Anneth dan Charisa mendapatkan barang yang mereka inginkan.

Namun, itu tidak berlaku untuk Joa. Joa yang bertemu dengan Friden bahkan sebelum ia memasuki toko sepatu memerlukan waktu lebih lama untuk mendapatkan barang yang ia inginkan. Dan mungkin, untuk memulihkan mood nya yang sempat hancur ketika melihat interaksi antara Friden dan-

Eh? Siapa namanya tadi? Ah, sudahlah, Joa tidak ingin mengingatnya lagi.

"Jo?"

Joa tidak menggubris.

"Jo!" Charisa menepuk pundak Joa.

Joa terperanjat. Sekejap, ia tersadar dari lamunannya.

"Kenapa sih? Ada kejadian apa tadi?"

Anneth tau, Joa bukanlah tipe orang yang gemar melamun. Jika Joa melamun bahkan sampai tidak menjawab ketika dipanggil, Anneth yakin ada sesuatu yang mengganjal pikirannya.

***

"Den! Kenapa sih?"

Friden masih terdiam. Sedari tadi, ia memikirkan cara agar Joa mau mendengarkan penjelasannya.

"Iden!"

Gubrak!

"Aduh, Nash! Sakit!" rintih Friden.

Nashwa yang sudah kesal dengan Friden lantaran panggilannya tidak digubris oleh sepupunya itu, mengambil tindakan yang terlintas di otaknya. Mendorong Friden yang tengah duduk di kursi.

"Ya habis, dipanggil dari tadi gak nyahut," gerutu Nashwa.

Friden tersenyum kecil. Kalau dalam kondisi seperti ini, mengapa sepupunya menjadi semakin menggemaskan?

"Iya deh iya, maaf," balas Friden gemas sembari mengelus puncak kepala Nashwa yang dibalut hijab hitam favoritnya.

"Tadi itu, cewek kamu?" tanya Nashwa yang berhasil membuat Friden tergelak.

"Eh, bukan bukan."

"Cie salting," goda Nashwa.

Sementara yang digoda hanya menyengir. Jujur, ada rasa senang mendengar Nashwa meledeknya. Hey, jika kalian diledek dengan orang yang kalian sayangi, tentu ada perasaan bahagia kan?

"Eh, Nash, pulang yuk! Bunda udah nyuruh nih." Friden berusaha mengalihkan topik.

Nashwa mengangguk. Lantas, mengekor Friden yang sudah berjalan lebih dulu.

"Naik."

Tanpa menunggu, Nashwa segera menaiki motor yang dikendarai Friden. Tiga menit kemudian, motor Friden sudah bergabung dengan kendaraan lain di jalanan.

***

Via WA On -

Deven

Neth

Anneth

Iya, Dev?

Deven

Sibuk?

Anneth

Enggak kok, ini lagi bantuin Ucha ngerjain pr Fisika

Deven

Telpon boleh? Ada yang mau aku omongin

Anneth

Oh, boleh boleh

Read.

Via WA Off -

***

Via Telpon On -

"Hai, Neth! Aku bener gak ganggu kan?"

Anneth tersenyum mendengar suara di seberang nya.

"Iya, Dev. Enggak kok," balas Anneth yang membuat Deven lega.

"Kenapa, Dev?"

Jujur, Anneth begitu penasaran ketika Deven bilang ia ingin membicarakan sesuatu dengannya. Terselip sebuah harapan pada pemikiran Anneth. Bagaimana kalau tiba tiba Deven mengungkapkan kalau ia-

Ah, Anneth tidak ingin mengatakannya. Ia tidak mau memberikan sebuah harapan. Tapi, bukan kah Deven memang menyukai nya? Sisi lain dari hati Anneth protes begitu saja.

"Neth."

"Eh, iya, Dev?" Anneth gelagapan ketika Deven memanggilnya.

"Ngapain sih? Kok daritadi dipanggil gak nyahut?"

"Eh, enggak ngapa-ngapain, Dev."

Diseberang, Deven menyerngitkan dahinya. Kelakuan Anneth memang aneh sekali.

"Tadi mau ngomong apa Dev?" tanya Anneth kembali pada topik.

"Emm, itu."

Anneth terdiam, menunggu kelanjutan ucapan Deven.

"Kamu sama Andrew kenal dari kapan?"

Tuh kan! Anneth terlalu berharap!

"Sejak aku pindah. Kelas 3 sih kayaknya."

Deven ber'ooh' ria.

"Kenapa, Dev?" tanya Anneth penasaran.

"Pantes aja dia ngelindungin kamu banget," timpal Deven.

Anneth tersentak. Hey, Deven dan Andrew berkomunikasi?

"Kok tau?"

Deven pun menjelaskan semuanya. Sejak Andrew menelponnya pertama kali, menyuruh Deven melindungi ketiga sahabat perempuannya. Hingga komunikasi mereka yang terakhir kali. Anneth mendengarkan dengan seksama. Hingga tidak menyadari tatapan penasaran dari Charisa.

Sedari tadi, Charisa yang sedang mengoreksi ulang jawabannya, menghentikan kegiatannya. Lantas menatap Anneth yang begitu serius mendengarkan seseorang berbicara yang ia yakini Deven dari handphonenya. Ada apa dengan mereka?

_________________________________________

halo gaiseu!¡
apa kabar klean semua??
Mudah mudahan pada sehat ya:)
Makasih dah mau nunggu lama lama, hehe
Gimana sekolahnya? Seru? Atau ngebosenin?
Kalau aku sih, jujur, bosen, hehehe.

Bubay!!! ❣️

- Minggu, 04/08/2019 -












The One And Only [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang