EMPAT

1.4K 104 16
                                    

Via Instagram On-

charisaafaith "Orang asing mengira aku pendiam, temanku mengira aku asyik, sahabatku mengetahui bahwa aku sangat gila"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

charisaafaith "Orang asing mengira aku pendiam, temanku mengira aku asyik, sahabatku mengetahui bahwa aku sangat gila"

.

Tag anneth.dlc , joaquine3101_

Liked by joaquine3101_ , devencp23 , friden_fp , anneth.dlc and 356 others

View all 108 comments

joaquine3101_ Elah Cha, orang asing juga tau kalau lu gila

devencp23 Gini nih, kalau punya sahabat cewek semua. Gak pernah dianggep. Btw, baju pink cantik.

charisaafaith Ululu klepon ngambek :p devencp23

friden_fp Murid baru langsung lu sosor Dev

joaquine3101_ Ciaelah Anneth doang yang dibilang cantik devencp23 anneth.dlc

charisaafaith tau nih joaquine3101_

devencp23 kamu juga cantik kok Cha

joaquine3101_ beginilah nasib jadi nyamuk~

anneth.dlc Sa ae

Via Instagram Off-

Anneth tersenyum melihat postingan sahabatnya itu.

Namun senyumnya mereda saat melihat komen Deven.

"Kamu juga cantik kok Cha"

Entah kenapa hatinya tidak suka melihat Deven memuji Charisa.

"Ayolah Neth, mereka kan sahabat dari kecil. Kalau kayak gitu pasti udah biasa," bantah Anneth pada dirinya sendiri.

"Dah lah, tidur aja."

***

Sepagi ini, Anneth sudah tiba di sekolah. Setelah meletakkan tasnya di kursi, Anneth berjalan menuju kantin. Maklum, ia belum sarapan. Walaupun masih pagi, kantin udah buka.

Awalnya semua nya berjalan baik baik aja. Sebelum dia datang menganggu suasana.

"Hai Neth, lagi sarapan?" tanya nya.

"Iya."

"Boleh duduk?"

"Ini tempat umum Dev, ya boleh lah." Anneth menjawab dengan jengkel.

Deven terkekeh, lalu duduk di depan Anneth. Hanya berbatasan meja dengannya.

"Neth."

"Hm?"

"Lo sebelum kesini, sekolah dimana?"

"Di Florida," jawab Anneth. Nadanya sudah berubah menjadi ramah.

"Wow, dari kapan?"

"Setahun sebelum kamu kenal ama Ucha."

Jawaban Anneth berhasil membuat Deven terdiam. Tiba-tiba, ia teringat kejadian beberapa tahun silam.

Deven kecil sedang bermain ditaman kompleknya.

Sendirian.

Bukannya Deven gak mau main dengan yang lain, tapi ia dijauhi oleh teman-temannya. Mereka gak mau temenan dengan Deven. Karena Deven pendek dan kecil. Sepele bukan? Tapi itulah anak kecil.

Deven hanya duduk diayunan. Sambil menyayunkan tubuhnya perlahan. Ia menatap ke depan. Dengan tatapan kosong. Mungkin tubuhnya memang disini, namun pikiran gak di sini.

Ditengah lamunannya, Deven mendengar suara tangisan. Sontak Deven berdiri. Kepalanya celingak-celinguk berusaha mencari sumber suara. Deven mulai melangkah, dengan perlahan. Menuju sebuah pohon tua yang besar. Kata orang sih, pohon itu angker, tapi Deven tidak percaya yang namanya hantu.

Kini, Deven berada tepat di depan pohon tua itu. Ia mendengar suara tangisan yang semakin jelas. Deven menolehkan kepalanya ke belakang pohon tersebut.

"Kamu kenapa?" tanya Deven setelah menemukan gadis kecil-yang lebih besar darinya-sedang menangis.

Gadis kecil itu menggeleng pelan. Namun, terlihat jelas bahwa ia telah menangis hebat.

"Cerita aja gak papa kok," bujuk Deven. Ia jelas tidak suka melihat sorang cewek menangis.

Gadis itu menatap Deven.

"Aku punya sahabat." Gadis kecil itu mulai bercerita.

Deven menyimak.

"Kami dah lama bareng-"

"Tapi, tahun lalu dia harus pindah," lanjutnya. Matanya mulai berair.

"Udah, kan masih ada teman teman kamu yang lain." Deven mencoba menenangkan.

"Gak mau! Aku gak mau ama yang lain," bantah gadis itu.

Air mata yang dari tadi coba ia tahan, tumpah. Melihat itu, Deven mengelus punggung nya. Mencoba memberi kekuatan.

"Jangan sedih, kan masih ada aku," hibur Deven.

"Aku mau kok temenan ama kamu," lanjutnya.

"Beneran?" tanya gadis itu dengan pandangan penuh harap.

"Iya." jawab Deven mantap.

Gadis itu tersenyum. Lalu mengusap matanya.

"Nama aku Deven." Deven menjulurkan tangannya.

"Aku Ucha."

"Dev," panggil Anneth.

Deven tidak menggubris.

"Deven...."

"Apa sih Neth?!" Perkataan itu langsung keluar dari mulut Deven, tanpa sengaja.

"Habisnya kamu ngelamun sih," ucap Anneth pelan. Ia tidak menatap Deven. Takut akan nada kasar yang barusan keluar dari mulut lelaki di hadapannya.

"Eh, sorry, Neth. Gue gak maksud," kata Deven merasa bersalah.

"Enggak papa kok, Dev."

"Oh ya, gue kekelas dulu ya," pamit deven.

"Iya." Anneth mengangguk.

"Bye, cantik." Deven berlalu menuju kelasnya.

Anneth terdiam. Perlahan terukir senyuman di wajah cantiknya. Tanpa Anneth sadari.

____________________________

Hai! Maapkeun ni chapter pendek sangad :v
Btw, senin-jumat besok, aku gak Up yak!
Aku Up nya hari Sabtu ama Minggu. Ama hari libur juga.
Soal nya, gak mau ngenganggu sekolah.
Kuusahain 2 chapter lah.
Tapi gak janji yak.
Jangan terlalu berharap.
Nanti kamu kecewa
😊
Bye! See you...

- Minggu, 06/01/2019 -

The One And Only [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang