LIMA

1.4K 100 7
                                        

"Eh Neth, lo darimana aja?"

Anneth yang baru masuk kelas, menoleh pada sumber suara.

"Dari kantin Jo, sarapan." jawab Anneth. Ia berjalan menuju kursinya.

"Owh," Joa mengangguk.

Anneth melirik Joa sekilas, lalu mengeluarkan buku.

"Btw Neth,"

Anneth menoleh dengan tatapan kesal. "Ya?" tanya Anneth malas.

"Ucha belum datang ya?"

"Ya belum lah."

Bukan. Bukan Anneth yang menjawab itu. Anneth dan Joa menoleh.

"Loh, Dev? Lo sejak kapan disitu?"

"Sejak tadi. Kalian aja yang gak ngeliat. Emang badan gue kecil banget ya?" balas Deven. Ia menaiki salah satu meja yang berada di dekat lokasi Anneth dan Joa berbincang.

"Lo tau darimana Ucha belum datang?"

"Sepanjang gue kenal Ucha, dia gak pernah dan gak akan pernah memasuki gerbang sekolah sebelum jam setengah 7. Nah, sekarang gue tanya. Sekarang jam berapa? " jawab-dan tanya- Deven.

"Jam 06.10," gumam Anneth.

"Nah!" seru Deven.

"Itu tau." lanjutnya.

"Eh, tapi-" Anneth tidak meneruskan perkataannya.

"Tapi, apa?" Joa memasang wajah heran.

"Tapi, kata siapa seorang Charisa Faith gak bisa dateng sebelum jam setengah tujuh?"

Bukan. Bukan Anneth yang bertanya. Suara itu berasal dari ambang pintu. Deven tersenyum miring melihat orang itu.

"Sejak kapan lu dateng pagi, Cha? " cibir Deven.

Joa yang melihatnya hanya tertawa kecil. Sementara Anneth terdiam.

"Sejak sapi kakinya dua!" sewotnya.

"Santai dong, Cha," kekeh Deven.

Charisa hanya memutar bola matanya malas.

"Heh! Ketua kelas gak boleh duduk di meja! Turun!" tegur Charisa.

"Lo siapa gue sih? Berani banget nyuruh."

Charisa terdiam.

" Gue siapanya lo yak? " tanya Charisa polos.

Joa sedari tadi hanya memperhatikan keduanya. Tidak berniat menganggu. Sementara Anneth sudah membaca buku yang tadi ia keluarkan.

" Lo gak tau lo siapanya gue? " Deven tersenyum miring.

Deven turun dari meja.

"Lo..."

Ia mendekati Charisa yang diam ditempat. Tidak beranjak dari sana.

"Gue..., apa?" heran Charisa.

"Masa depan gue."

Usai mengucapkan kalimat itu, Deven segera berlari keluar kelas. Ia tau, Charisa pasti akan memukulnya lantas berkata 'gak usah sok romantis, Dev' dengan tampang judesnya. Butuh 5 detik bagi Charisa untuk kembali ke dunia nyata

"DEVEN! NGAREP LU YE?!" pekik Charisa. Ia berlari secepat mungkin mengejar Deven.

Joa hanya geleng geleng kepala melihat tingkah keduanya. Bagi Joa, hal seperti ini sudah biasa. Terlepas dari fakta bahwa mereka sudah bersahabat sejak lama, keduanya merupakan pribadi yang tidak peduli perkataan orang lain. Jadi, kalau ada yang menanyakan hubungan mereka, entah Deven atau Charisa hanya cuek saja. Gak salah kan kalau banyak yang salah paham atas hubungan mereka?

The One And Only [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang