"Gimana? Enak?"
Anneth mengangguk sebagai respon atas pertanyaan Deven. Lantas kembali melahap es doger yang baru saja dibelikan oleh lelaki di sebelahnya ini.
"Kira-kira Aland ngapain kesini, ya?" gumam Deven yang membuat Anneth mengalihkan pandangannya ke sahabat cowoknya itu.
Keduanya tampak berpikir. Sebenarnya, hati Anneth selalu terasa sakit jika mendengar nama Aland. Namun ia tak ingin menjadi gadis lemah. Anneth harus bisa membuktikan. Korban tak selalu pasrah.
Setelah berpikir selama dua menit, keduanya tak mendapat jawaban yang tepat. Orang itu terlalu misterius.
"Nggak tau deh, Dev."
Deven tersenyum pada Anneth. "Ya udah, nggak usah dipikirin."
Anneth membalas senyuman Deven sebelum ia kembali menikmati es doger di tangannya. Sementara Deven hanya menatap Anneth lekat. Hatinya sedikit meringis mengingat kejadian yang menimpa gadis itu di masa lalu.
Tangan Deven perlahan terangkat ke pucuk kepala Anneth. Mengusak rambut Gadis disebelahnya dengan lembut. Anneth tampak tak keberatan, ia tak terganggu sama sekali. Hal itu membuat senyuman Deven mengembang.
"Jangan cemas ya, aku selalu jaga kamu."
***
"Maaf ya udah bikin kamu salah paham kemaren," ucap Nashwa seraya mengulurkan tangan pada gadis di hadapannya.
Joa melirik uluran tangan Nashwa, hatinya sedikit ragu untuk membalas uluran tersebut. Namun akhirnya ia membalas uluran sepupu Friden itu.
"Nggak apa-apa."
Nashwa tersenyum. Friden tak salah ketika ia bercerita tentang Joa padanya. Friden yang melihat Joa mau bermaafan dengan sepupu yang membuat mereka sempat salah paham, tersenyum bangga. Bangga atas sikap dewasa Joa.
"Nash, aku sama Joa jalan dulu ya?"
Sontak, Joa menoleh ke arah Friden. Hey, Friden tak bilang apa-apa tentang jalan berdua. Ia hanya bilang bahwa Nashwa ingin bertemu dengannya.
Nashwa mengangguk setuju. "Iya. Aku juga ada janji sama teman baru aku. Kamu nggak usah khawatir, oke?"
Friden tersenyum gemas. "Iya, kamu hati-hati."
Joa hanya terdiam melihat interaksi keduanya. Joa yang sudah mendengar penjelasan Friden pun merasa tak masalah jika melihat perlakuan Friden ke Nashwa yang terbilang...manis.
"Yuk, Jo!"
"Eh-" Joa gelalapan melihat tangannya yang digenggam oleh Friden. Friden yang mengetahuinya hanya terkekeh. Namun tak ada niatan untuk melepas genggamannya.
Setelah 5 menit perjalanan dengan motor Friden, akhirnya mereka sampai di taman kota. Keduanya berjalan menuju salah sau kursi di bawah pohon. Berhubung masih siang, suasana di taman tak begitu ramai.
"Hmm, Jo," panggil Friden.
Joa menoleh ke arah Friden yang memanggilnya. "Iya?"
"Kalau dipikir-pikir, kita ini aneh ya?"
Joa tersentak. Eh? 'Aneh' gimana maksudnya?
"Padahalkan kita belum jadian, tapi salah pahamnya udah kayak orang pacaran aja," kekeh Friden. Sementara Joa yang disampingnya terdiam. Gadis itu membenarkan ucapan Friden. Namun disatu sisi ia juga kesal. Enak saja Friden mengatainya aneh!
"Iya juga sih," balas Joa.
Friden merubah posisinya. Ia sedikit menyampingkan badannya. Sementara Joa masih pada posisi semula.
![](https://img.wattpad.com/cover/171964547-288-k566937.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The One And Only [END]
Fiksi PenggemarKisah tentang 2 manusia yang terjebak dalam kesalahpahaman dan tidak mau mengakui keadaan. Cerita tentang 2 manusia yang bimbang dalam memilih keputusan. Mencintai atau dicintai? Mana yang lebih baik? . . . Story about Neth.Dev.Cha ________________...