Hey hey selamat baca, mari bersama voting dan comments nya.
Stay sampai ending ya.
*
Semangkuk bakso PAK DE memang sedap disantap ketika sang Surya lagi terik-teriknya.
Apalagi jika gratis, karena entah apa yang merasuki Shofi kali ini, tiba-tiba saja dia ingin membelanjakan Hujan Rinjani."Nanti gue jelasin." tutur Shofi sesaat sebelum mereka sampai di warung bakso terlaris seantero Yogyakarta ini.
"Ini adalah acara untuk merayakan seorang Hujan Rinjani yang sudah bisa membuka diri. Gue turut bahagia ya Jan."
"Uhuk...hukkk...hukkk.." Hujan Rinjani tersedak seketika.
"Hehehehe" cengir Shofi tak merasa bersalah. Ya karena Shofi memang tak bersalah, malah berpahala.
"Btw Jan, Lo kok bisa kenal kak Dewa? Salut gue."
"Nyam....nyamm...nyamm.." malas sekali Hujan Rinjani melayannya.
"Jan.. kan udah gue jajanin. Cerita dong secara runtut Lo sama lake Dewa." bujuk Shofi.
"Bakso gue belum abis Sop."
"Ck...tega Lo Kan. Gue pikir, gue Bakalan jadi orang yang pertama kali tau soal ini." Shofi berlagak merajuk.
"Dewa mana?" Hujan Rinjani mengalah. Dengan menuturkan pertanyaan untuk memancing Shofi.
Raut shofi berseri seketika.
Dasar Lo bawel, batin Hujan Rinjani.Ternyata keberserian yang menghiasi wajah teduh Shofi itu bukan karena Hujan Rinjani yang memancingnya untuk bercerita.
"Itu Jan...kak Dewa... Yang..."
Hujan Rinjani memiring herankan wajahnya.
"Yang...lagi berdiri dibelakang Lo." lanjutnya kilat.
"Uhuk....hukkk....hukkk...."
Tak ada petir, tak ada hujan, dan tak ada bakso. Sudah dua sedakan yang menghiasi tenggorokan Hujan Rinjani.
"Mbak..."
suara itu membuat Hujan Rinjani menoleh kebelakang."Siang-siang terik emang enak banget makan bakso mbak. Tapi kenapa saya dikirim ke warung bakso yang ada mbak aneh dan sombong ini ya?. Apa mungkin semesta suruh saya buat makan mbak biar kenyang? Hehe..."
Qausar Dewa Alam.
Lelaki yang ia cari-cari dari beberapa hari lalu. Tapi paling Hujan Rinjani benci karena mulutnya yang selalu punya pembicaraan."Udah gila Lo ya?" sergah Hujan Rinjani.
"Gue lagi gak mau..."
Secara lancang lelaki itu memotong ucapan Hujan Rinjani.
"Diganggu? Setiap ketemu saya mbak selalu mengucapkan kata-kata yang ada embel-embel ganggunya. Kayak gak ada kata-kata lain aja di kamus mbaknya." lalu lelaki itu membuang pandangannya.
"Maaf ya kak, temen saya ini sedang full place, perutnya." malah Shofi yang khawatir.
"Never mind. Kalo Lo punya nama kan? Gak kayak temen aneh Lo ini?"
"Hahaha iya kak. Saya Adora Shofiya. Dari fakultas bahasa kak."
"Hmmm...anak bahasa. Kalo temen Lo anak mana ya? Dan namanya siapa?"
Seketika, Hujan Rinjani spontan membekap mulut Shofi.
"Diam Lo! " ancamnya.
"Hahaha.." Dewa tertawa renyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan yang tak pernah usai.
Teen FictionMon, 16th November #1st of Shofi #1st of Penyukahujan #2nd of karyapertama Wed, 18th November #1st of karyapertama Thurs, 3rd December #2nd of Halte Hujan Rinjani adalah cewek antik penyuka hujan. Dia percaya bahwa tak ada yang lebih menyenangkan se...