Kembali lagi hai hai.
Jangan lupa adab buat vote sebelum ataupun sesudah membaca ya.
*
Pertemuan dengan Dewa adalah sebuah anugerah yang tak pernah berusai bagi Hujan Rinjani.
Dewa bisa menuntun jiwa dinginnya untuk menghangat perlahan-lahan. Biarlah, mungkin sudah waktunya Hujan Rinjani berhenti berfantasi soal hujannya itu.
Karena, ada yang lebih nyata dari hujan yang juga tau semua rasanya.
Setiap harinya, banyak pelajaran baru yang Hujan Rinjani serap dari orang-orang baru di hidupnya.
Shofi juga tak perlu terlalu pusing untuk urusan komunikasi Hujan Rinjani, karena Shofi sudah serahkan urusan itu bulat-bulat kepada Dewa.
Sekarang tugas Shofi, menjadi tempat pertama kali Hujan Rinjani pulang, jika suatu saat terjadi sesuatu pada Hujan Rinjani.
Dewa beserta anak-anaknya, kini 99% menjadi jiwa keduanya. Di mana sampai saat ini, masih belum ada 100% dalam hidup Hujan Rinjani.
Secepat itu ya?
Ya, karena harus secepatnya Hujan Rinjani menemukan hidupnya, juga mengartikan hujan yang tak pernah usainya.Tapi pada dasarnya, kita tak boleh meminta banyak pada semesta. Seperti permintaan banyak orang untuk Hujan Rinjani yang kaku setengah mati, dingin -°C menjadi 360° dari biasanya.
Semuanya itu bermetamorfosa, tak ada yang perlu ditentang.
Biarlah setengah kisah ini mereka lakoni, tapi sisanya, terserah waktu mau digiring kemana.
* * *
Kelas terakhir Hujan Rinjani sudah diakhiri 15 menit yang lalu.
Hujan Rinjani sedari tadi menunggu Shofi, yang mengajaknya pulang bareng. Sudah lama juga tidak pulang bareng shofi, jadi hari ini ia putuskan untuk menghabiskan waktu ngobrol bersama shofi.
Tapi, sudah lewat dari 15 menit, Shofi tak kunjung menampakkan wujudnya. Sudah Hujan Rinjani hubungi tapi tak diangkat.
"Lo nungguin siapa?" suara bernada dingin itu menyudahi kejenuhan Hujan Rinjani.
"Shofi, temen gue."
"Oh, temen ngeribut Lo itu." Garaa yang datar itu mengambil posisi duduk di samping Hujan Rinjani.
"Ya kali, menurut Lo."
"Udah habis kelas kan? Gak ke ruangan? Atau nunggu dijemput Dewanya?"
"Ngapain gue nunggu Shofi kalau bukan karna mau balik. Bosan juga, jumpa Lo Mulu."
"Gak bisa santai emang. Lo mirip Gue."
"Iddih ya kali."
"Apa alasan cewe kaya Lo, kok sedatar gini. Padahal covernya baik hati."
"Perasaan Lo aja gue baik, buktinya jauh sebelum ini gue gak diterima banyak orang."
"Lo mirip Gue," ulang Garaa.
"Gue cewe, Lo apa? Cewo ya? Okay kita mirip." Hujan Rinjani tertawa hambar.
"Lo mirip Gue, Lo mirip Gue, dan Lo mirip Gue."
"Gue budeg nih ya." Hujan Rinjani memutar bola matanya malas.
Sebenarnya, kedatangan Garaa hanya untuk memastikan satu hal tentang cewe antik kekaku-kakuan yang membuat jiwa penasarannya meronta-ronta.
Kenapa masih ada cewek, yang harusnya cuma ngerasain bahagia, tapi seperti tak berdamai dengan kebahagiaan itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan yang tak pernah usai.
Teen FictionMon, 16th November #1st of Shofi #1st of Penyukahujan #2nd of karyapertama Wed, 18th November #1st of karyapertama Thurs, 3rd December #2nd of Halte Hujan Rinjani adalah cewek antik penyuka hujan. Dia percaya bahwa tak ada yang lebih menyenangkan se...