11

60 29 3
                                    

2:05 WIB, tanggal ke tiga di bulan Mei.

Hai hai kembali hai, aku ingin kalian membaca kisah yang masih panjang kelanjutannya.

Mohon untuk adab klik bintang, jangan lupa ya, kolom komentar juga punya ruang kosong:).

Selamat memasuki ruang malamku.

*

Kesendirian bukanlah hal yang asing lagi bagi Hujan Rinjani, kalaulah seasing itu, Hujan Rinjani pasti tidak akan pernah betah tinggal di rumah penuh sunyinya ini.

Siapa lagi, kalau bukan bunda yang membuatnya betah. Secara, di rumah inilah kenangan-kenangan tentang bunda tetap hidup.

Jujur saja, akhir-akhir ini Hujan Rinjani lebih sibuk dengan dunia perkampusannya.

Sampai lupa bahwa hujan, sudah lama tidak melawat. Tapi Hujan Rinjani tidak semuluk-muluk dulu ketika hujan tak kunjung melawat.

Karena, ada yang memoles warna baru pada dunia abu-abunya. Warna yang sejenak, menyembunyikan kefanatikannya.

Tapi, masih ada satu sosok yang Hujan Rinjani masih harapkan kepulangannya. Mengisi ruang kosong, yang sengaja ia sisihkan untuk sosok itu.

Rinai Rinjani,

Saudari yang bijaksana, dan punya banyak warna.

Ironisnya, dia seperti tak akan pernah kembali, mungkin, kebijaksanaannya membuat mesin akal yang ada di kepalanya mati.

Sampai tega, meninggalkan bunda yang sedang sakit parah. Lebih dari itu, Hujan Rinjani dengan segala ketidak sukaannya terhadap dunia.

Sudahlah, mungkin sudah saatnya Rinai di-blacklisdari daftar orang-orang terkasih Hujan Rinjani.

Malam ini, sehabis hari yang melelahkan, seperti kerinduannya pada bunda, juga hujan, bukan Rinai.

Air dari langit itu, perlahan turun, guna mengobati rindu yang membesit di hati Hujan Rinjani.

Spontan saja, Hujan Rinjani berlari keluar rumah, menyusul panggilan hujan yang mengiang-ngiang di benaknya. Bahkan, ia membuka pagar rumahnya, lalu, melintas di jalanan yang tiba-tiba menyepi.

Satu dua toko tutup, dipenuhi pengendara sepeda motor yang meneduh. Hujan sangat merepotkan perjalanan mereka.

Sesekali beberapa lampu mobil, menyoroti mata Hujan Rinjani.

Begitulah kiranya, cara hujan membuat Hujan Rinjani lupa dengan pasal-pasal yang membeban di pikirannya.

Setidaknya, Hujan Rinjani tak pernah lupa adab ketika hujan turun. Jika tidak mandi hujan, berarti diam meratapi, menghayati lantunan indah dari hujan.

Bedanya untuk hujan kali ini, malam ini, jiwanya mendorong untuk tetap mandi hujan, padahal, dulu, mandi hujan malam-malam adalah sebuah larangan keras dari bunda.

Tapi tak tau juga kenapa, hujan malam ini benar-benar menarik jiwanya.

Dasar melankolis!

Hujan Rinjani tidak menari-nari dalam rintikan hujan, seperti di film bertajuk Bollywood  di tipi-tipi.

Ia hanya berjalan santai, dengan senyum manis lagi indah yang melengkung pada ruas wajahnya. Kalaulah dunia melihat senyum itu, pasti setiap manik akan terpesona melihatnya.

Bagaimana tidak?
Perempuan bersurai coklat dan mata yang juga coklat itu sudah cukup disebut karya Tuhan yang paling cantik.

Hanya saja kurang senyum, sehingga dengan mudahnya semua kecantikan itu tersamar.

Hujan yang tak pernah usai.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang